Rabu, 13 Maret 2024

Apa yang mendorong individu untuk berpuasa?

Credit foto: https://umsu.ac.id/

Mendorong individu untuk berpuasa adalah fenomena yang kompleks dan berkaitan erat dengan berbagai faktor budaya, agama, sosial, dan psikologis. Berikut adalah deskripsi yang mendalam tentang faktor-faktor yang mendorong individu untuk berpuasa:

Pertama-tama, faktor agama memainkan peran sentral dalam mendorong individu untuk berpuasa. Dalam banyak agama, puasa dianggap sebagai kewajiban atau tindakan ibadah yang penting. Misalnya, dalam agama Islam, puasa bulan Ramadan adalah salah satu dari lima rukun Islam dan diwajibkan bagi umat Muslim yang telah mencapai usia pubertas. Puasa Ramadan dianggap sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kesadaran spiritual, dan memperkuat iman. Faktor agama juga terlihat dalam agama-agama lainnya seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan agama-agama lainnya di mana puasa sering kali dianggap sebagai bentuk pengorbanan atau kesucian.

Selain faktor agama, motivasi untuk berpuasa juga dapat berasal dari faktor sosial dan budaya. Puasa sering kali merupakan bagian dari identitas budaya suatu masyarakat dan dianggap sebagai tradisi yang harus dijaga dan dihormati. Misalnya, dalam masyarakat Muslim, berpuasa bulan Ramadan adalah bagian integral dari identitas keagamaan dan budaya, di mana masyarakat berbondong-bondong untuk merayakannya bersama-sama sebagai komunitas.

Selanjutnya, individu juga mungkin termotivasi untuk berpuasa oleh faktor kesehatan. Beberapa orang menganggap puasa sebagai cara untuk membersihkan tubuh dari racun, meningkatkan kesehatan pencernaan, atau bahkan mengontrol berat badan. Meskipun pandangan ini tidak selalu bersifat religius, tetapi puasa dalam konteks kesehatan masih merupakan pilihan yang populer di beberapa kelompok masyarakat.

Aspek psikologis juga turut berperan dalam mendorong individu untuk berpuasa. Beberapa orang melihat puasa sebagai cara untuk menguji dan memperkuat disiplin diri serta mengembangkan ketahanan terhadap godaan. Aktivitas menahan diri dari makanan dan minuman selama periode puasa juga dapat memperkuat ketahanan mental dan emosional seseorang. Selain itu, puasa juga dapat memberikan rasa pencapaian pribadi dan kepuasan spiritual bagi individu yang berhasil melaksanakannya.

Di samping itu, faktor-faktor eksternal seperti tekanan sosial juga dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk berpuasa. Misalnya, tekanan dari keluarga, teman, atau masyarakat dapat menjadi faktor penting dalam memotivasi seseorang untuk berpuasa, terutama jika puasa dianggap sebagai norma atau ekspektasi sosial yang harus dipenuhi.

Dengan demikian, motivasi untuk berpuasa sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti agama, budaya, kesehatan, psikologis, dan sosial. Seseorang mungkin terdorong untuk berpuasa karena kebutuhan spiritual, kepatuhan terhadap tradisi budaya, pertimbangan kesehatan, keinginan untuk menguji disiplin diri, atau tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya. Kombinasi dari faktor-faktor ini membentuk landskap yang kompleks di balik praktik puasa di berbagai masyarakat di seluruh dunia.

Senin, 08 Juni 2015

Yuuk Berbagi Bersama “Pelangi Berbagi”





Mungkin kita pernah sejenak merenung, betapa beruntungnya hidup kita. Apa yang kita butuhkan selalu dapat terpenuhi dengan mudah atau minimal kita tidak pernah mengalami kesulitan hidup yang begitu berarti. Tapi, ternyata tidak semua kita yang hidupnya beruntung. Diluar sana masih ada saudara-saudara kita yang berjuang keras untuk bisa bertahan hidup. Adik-adik kecil ada di jalan tidak bersekolah, mereka mengamen, mereka mengemis, bukan karena tidak ingin sekolah tapi hanya itu yang bisa mereka lakukan. Mereka mencari uang untuk sekedar bisa makan sehari-hari.

Di sebuah panti asuhan di Jogja, beberapa anak bermain kejar-kejaran bersama temannya. Mereka berlari-lari sambil tertawa bahagia, kami yang menyaksikan mereka juga ikut tersenyum. Kebahagiaan mereka benar-benar terasa dan membawa kebahagiaan bagi kami juga. Tapi, teman-teman tentu tidak pernah berfikir betapa tidak beruntungnya mereka. Mereka belum pernah bertemu dan mengenal orangnya. Sejak mereka baru lahir mereka sudah dititipkan di panti asuhan atau mungkin hanya dilepas begitu saja di depan panti oleh orang tua mereka. Pada saatnya nanti ketika mereka tau dan mengerti, mereka “dibuang” oleh orang tuanya mungkin gurat kebahagiaan yang mereka rasakan sekarang tidak lagi akan tampak diganti oleh kesedihan.

Mari sahabat kita peduli, peduli orang-orang di sekitar kita. Mari kita berbagi kebahagiaan bersama mereka. Bagi kita mungkin sepele tapi mereka bilang itu sangat berarti.

Yuuk sahabat semua bersama “PELANGI BERBAGI” kita ulurkan tangan untuk membantu mereka. Udah tahu kan “pelangi berbagi” itu apa? Yah, bagi yang belum tau, Pelangi berbagi adalah sebuah komunitas sosial yang gagas oleh beberapa mahasiswa UGM, sebenarnya kegiatannya sudah berjalan kurang lebih 3 tahun, namun baru diresmikan tanggal 13 februari 2015. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan, seperti bagi-bagi nasi, baksos bencana alam, baksos panti asuhan, baksos yayasan dan baksos panti jompo. 

Nah, Masuk bulan ramadhan besok kita akan mengadakan bazar “Pasar Tumpah” di Kulon Progo. Dana yang terkumpul nanti akan kita digunakan untuk kegiatan-kegiatan bakti sosial yang lain. Kami mengajak sahabat-sahabat yang ingin berbagi untuk terlibat langsung, kita tidak menuntut sahabat-sahabat untuk menyumbang, kita sekedar memberi wadah untuk “peduli” dan bersama-sama merasakan “betapa berartinya kepedulian kita bagi mereka”.


Berikut Informasi Acaranya:

PASAR TUMPAH PELANGI (Bazaar, Performing Arts, Festival Jajan dan Donasi)
Kulonprogo, 27 Juni 2015
Sahabat semua bisa ikut berbagi dengan memilih paket dibawah ini:

A.     PAKET DONASI Rp. 10.000,-
·   1 Kg Beras + 0.5 Kg Bawang Putih, atau 
·   Sardine King Fisher + 1 buah Bihun Superior
B.      PAKET DONASI Rp. 30.000,-
·   Beras, Tepung Terigu, Margarine Palmia + Box Plastik
C.      PAKET DONASI Rp. 50.000,-
·   Beras, Kue, Susu, Gula, margarine, Luwak White Coffee + Box Plastik
D.      PAKET DONASI Rp. 100.000,-
·   Beras, Kue, Kopi, Gula, Susu, Cookies, Margarine + Box Plastik


*Uang yang akan anda donasikan akan digunakan untuk berbagi bersama dalan acara Pasar Tumpah Pelangi di daerah Kulonprogo, Yogyakarta.




Bagi yang ingin donasi, transfer ke:
v  DITA NURTJAHYA             1120006934728                   Mandiri
v  CICI FITRIYANI                  8110280514                         BCA

Untuk Contact Person bisa menghubungi:

KIKI        085763507650
ETIK       085713074306

Kamis, 08 Januari 2015

Isni, Tjoet Nyak Dien Muda dari Aceh Besar



Bumi Serambi Makkah, Aceh memang selalu menyimpan beragam keistimewaan yang tidak dimiliki oleh daerah-darah lain di Indonesia. Namun yang paling berkesan bagiku tentang aceh adalah cerita kepahlawanan seorang perempuan hebat, seorang ibu yang begitu gigih memperjuangkan kebebasan negerinya dari belenggu penjajah. Sejengkal pun tanahnya tidak rela ia serahkan, ia memimpin rakyat Aceh untuk berjuang mengusir penjajah sampai akhir hayatnya. Ia mendidik generasi-generasi dengan menanamkan nilai-nilai keislaman yang kuat di dalam hati para generasi muda. Perempuan hebat itu adalah “Tjoet Nyak Dien”. Seorang Guru dan Pejuang untuk masyarakat Aceh.
            Beberapa hari yang lalu aku berkenalan dengan seorang gadis Aceh yang begitu peduli akan pendidikan. Ia menghabiskan banyak waktunya mengabdikan diri untuk pendidikan di Aceh terutama di daerah-daerah terpencil. Gadis muda yang penuh semangat itu bernama Isni Wardaton.
            Gadis kelahiran Aceh Barat 23 tahun silam itu sangat aktif dalam berbagai kegiatan social dan pendidikan. Kepeduliannya terhadap dunia pendidikan di Aceh diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan positif. Pada tahun 2012 yang lalu dia bersama beberapa orang sahabatnya menginisiasi gerakan pendidikan yang ia beri nama “One Man, One Book” (satu orang menyumbang satu buku). Kegiatan itu berawal dari gagasan untuk mendirikan sekolah di salah satu daerah terpencil di Aceh, ketika sekolah tersebut berhasil berdiri muncul permasalahan baru yaitu mereka tidak mempunyai fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar seperti buku dan sebagainya. Terdesak dengan kondisi tersebut mereka kemudian menelurkan ide tentang One Man One Book , dimana kegiatan ini mengajak masyarakat dan pemuda untuk menyumbangkan satu buku yang kemudian akan disalurkan ke daerah-daerah pelosok untuk membantu kegiatan pendidikan. Pada awal berjalannya kegiatan tersebut berhasil terkumpul sekitar 400-an buah buku yang kemudian langsung dimanfaatkan untuk memulai kegiatan belajar di sekolah itu.
            Isni menyelesaikan study S1 di UIN Ar Raniery Aceh Besar, selama kuliah ia juga aktif dalam beberapa organisasi kampus satu diantaranya HMJ Fisika. Kegiatan-kegiatan dan pengalaman organisasi yang dijalani selama kuliah menjadi modal penting baginya untuk bisa berkontribusi bagi masyarakat. Selain itu hoby membaca dan menulis membawa dia tergabung untuk mengelola Redaksi Majalah kampus. Baginya kegemaran membaca dan menulis akan bisa menghasilkan karya-karya yang bagus. Saat ini ia sedang mempersiapkan diri untuk masuk, melanjutkan study S2 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan jurusan yang sama dengan jurusan di S1 nya yaitu pendidikan Fisika.
Disamping berperan menjadi seorang aktivis pendidikan, Isni juga aktif dalam kegiatan menulis. Dia tergabung dalam komunitas FLP (Forum Lingkar Pena) yang diasuhlangsung  oleh sastrawan Indonesia Elvie Tiana Rossa, dia mengelola FLP untuk wilayah Aceh. Bersama komunitas ini ia aktif menyalurkan tulisan-tulisannya melalui blog maupun mengirim ke berbagai media. Banyak aktivitas yang diadakan oleh Isni dan komunitas FLP, selain kegiatan tulis menulis mereka juga sering melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial dan pendidikan.
Dari pengalaman dan aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan kita bisa belajar belajar banyak hal, terutama kepedulian terhadap dunia pendidikan karena pendidikan merupakan kunci untuk membangun masa depan yang lebih baik. Jika dahulu pahlawan perempuan Aceh “Tjoet Nyak Dien” mengangkat senjata untuk menyelamatkan negerinya, maka sekarang ada “Tjoet Nyak Dien Muda” yang siap mengangkat pena untuk membangun bangsa dan generasi Indonesia.
#Salam Sukses Kawan

Rabu, 22 Oktober 2014

Guruku Tersenyum Aku Menangis





Ketika aku mulai menuliskan kata-kata ini, air mataku meleleh tanpa bisa aku bendung. Bertemu hanya sesaat tapi beliau mampu membuat aku menangis dengan senyum dan tawanya.

Banyak sekali orang termasuk aku sendiri merasa memiliki persoalan yang banyak dan sulit, sehingga memaksa diri harus bertindak seolah-olah hanya dia sendiri yang punya masalah atau dengan bangga mengatakan masalahku lebih rumit dari pada yang lain. Tapi seorang yang istimewa baru saja merubah jalan fikiranku, kalimat sederhananya membuat aku terdiam dan merenung, beliau berujar “Seberat apapun persoalan jika itu tidak ada hubungannya dengan kematian itu bukan masalah, orang sering berkata ..ah ujian ini sulit pusiiiingg, itu bukan masalah. Jika ujian membuat kamu mati barulah ia menjadi masalah”. Betapa cengengnya aku yang selalu mengeluh menghadapi persoalan sepele, padahal beliau yang sedang bergelut menghadapi kematian masih bisa tertawa tanpa sedikitpun gurat kesedihan di wajahnya.

Kerinduanlah

Kamis, 04 September 2014

Contoh essay beasiswa LPDP

“Apa yang akan Saya Lakukan untuk Daerah Saya Setelah Lulus?”
Oleh : M. Zainul Asror, S.Pd

Sejahtera, mungkin kata itu sudah lama hilang terlupa dari ingatan sebagian besar rakyat indonesia. Atau sengaja dihapus, sebab sekian puluh tahun merdeka rakyat tak kunjung bisa merasakan manisnya buah kemerdekaan itu. Bagi rakyat Indonesia sekarang ini kebutuhan dasar saja dapat terpenuhi sudah cukup karena mengharap kesejahteraan mungkin adalah sebuah kemustahilan.

Saya berasal dari desa Perian, sebuah desa kecil di sebelah selatan lereng gunung Rinjani di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Daerah yang secara geografis memiliki kondisi tanah yang cukup subur serta didukung oleh iklim tropis dan persediaan air yang melimpah. Keadaan alam yang begitu subur menjadikan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian utama sebagai petani dan sebagian ada juga yang menjadi peternak. Keadaan sosial masyarakatnya sebagian besar belum sejahtera dan masih hidup dibawah garis kemiskinan.

Jika kita melihat secara sadar Indonesia adalah negeri yang kaya, tak satupun orang yang akan berkata negeri ini miskin. Kekayaan alam yang luar biasa berlimpah, terhampar luas dari ujung barat di Sabang sampai ujung timur Merauke. Dengan keberlimpahan sumber daya alam yang tak habisnya tersebut seyogyanya dapat menjadi sarana pemenuhan kebutuhan hidup dan peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Namun ternyata melimpahnya sumber daya alam Indonesia belum sebanding dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Masih rendahnya kualitas SDM inilah yang menjadi salah satu penyebab kurang maksimalnya pengelolaan sumber daya alam tersebut, terutama pada sektor pertanian.

Lahan pertanian yang menjadi satu-satunya tumpuan mata pencaharian utama, secara nyata belum dapat menjadi solusi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat menuju kesejahteraan atau minimal dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini diperparah dengan munculnya tren negative dari para pemuda desa. Dalam beberapa tahun terakhir para pemuda desa di Kabupaten Lombok Timur banyak yang memilih untuk merantau keluar negeri dari pada tetap menjalankan aktivitas sebagai petani. Satu contoh riil, di desa Perian sendiri, hampir setengah jumlah pemudanya mencari penghidupan sebagai TKI di luar negeri. Kondisi ini tentu menjadi pertanda buruk bahwa kekayaan sumber daya pertanian yang menjadi lahan penghidupan masyarakat desa Perian terancam kehilangan penggarap. Sementara tenaga para petani tua tentu tidak bisa lagi diharapkan bekerja secara maksimal untuk dapat meningkatkan produksinya.