“EVALUASI
KURIKULUM”
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum.wr.wb.
Alhamdulillah,
Segala puji bagi Alloh SWT. Tuhan alam semesta yang telah memberikan nikmat begitu banyak dan
berlimpah. Tak lupa pula kita
haturkan sholawat serta salam keharibaan Nabi Muhammad SAW. Yang telah
menghimbau dan menuntun kita ke jalan keislaman. Terima kasih pula kami ucapkan
kepada dosen pengampu serta teman – teman yang selalu mendukung pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari makalah yang sederhana dengan tema
“Evaluasi Kurikulum” ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu maka
kami berharap teman – teman dapat memberi kritik dan saran yang membangun
kepada kami. mudah-mudahan makalah bisa bermanfaat bagi pembaca terutama kami
sendiri.
Wassalamu’alaikum.wr.wb.
Pancor, 4 Desember 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Kurikulum
B.
Pentingnya Evaluasi
Kurikulum
C.
Aspek – Aspek Evaluasi Kurikulum
D. Masalah dalam Evaluasi Kurikulum
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Evaluasi
merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap
perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan
evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Makalah ini akan
membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum
dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan evaluasi kurikulum.
Evaluasi
kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan kebijaksanaan
pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksaan
pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam memilih dan menetapkan
kebijaksanaan pemegang system pendidikan dan pemegang model kurikulum yang
digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru,
kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan
membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan
alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri. Ada
pihak yang berpendapat antara keduannya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak
lainyang menyatakan keduannya mempunyai hubungan yang sangat erat. Pihak yang
memandang ada hubungan, hubungan tersebut merupakan hubungan sebab akibat.
Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya
perubahan evaluasi akan member warna pada pelaksanaan kurikulum.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk lebih
memantapkan dalam penguasaan terhadap materi evaluasi kurikulum.
2. Untuk menambah
pengetahuan tentang semua aspek evaluasi kurikulum.
3. Sebagai bahan
untuk mempermudah dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi Kurikulum
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai
dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh
karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari
kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi
kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah
penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa
obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses
penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk
membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983
mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai
implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses
membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode
penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan
efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis
untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Sedangkan
pengertian kurikulum adalah :
a. Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional);
b.
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta
metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.).
c.
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di
perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa);
d. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah
suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang
diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara
terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi
untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus
diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives)
pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai;e. Sedangkan menurut Harsono
(2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik.
Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini
definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak
hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang
terencana dari suatu institusi pendidikan.
Dari
pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang
manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan.
Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk
mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang
kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Evaluasi
kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen
kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam
kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan
penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik,
menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan
penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan,
menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai
kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki
tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan
menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru.
Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum
tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen
kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation
merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan
yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah kurikulum telah mencapai
tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap
suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic
evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi
sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang
menjalankan kurikulum tersebut.
B.
Pentingnya Evaluasi Kurikulum
Evaluasi
kurikulum merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan. Evaluasi kurikulum
dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi
kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan
sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat
keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi
atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi
kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang
berubah.
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area – area
kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses
perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi
formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi
kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut
masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif.
C.
Aspek – Aspek Evaluasi Kurikulum
1.
Keterkaitan Antara Evaluasi Kurikulum Dan Pengembangan
Kurikulum
a. Evaluasi
kurikulum dan system kurikulum
Sebagai suatu bagian
dari system evaluasi pendidikan, secara fungsional evaluasi kurikulum merupakan
bagian dari system kurikulum. System kurikulum memiliki tiga fungsi pokok yaitu
pengembangan kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan evaluasi efek system
kurikulum.
Evaluasi kurikulum
minimal berfokus pada empat bidang yaitu, evaluasi terhadap penggunaan
kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa, dan system kurikulum.
b. Evaluasi
kurikulum dan pengembangan kurikulum
Tylor berpendapat
dalam buku Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,evaluasi kurikulum minimal
terjadi dua kali yaitu pada awal dan akhir pengembangan kurikulum agara dapat
mengukur perubahan dalam jangka waktu tersebut. Pengembangan kurikulum adalah
proses yang meliputi kegiatan untuk melaksanakan percobaan evaluasi, sehingga
kekurangan yang ditemukan dapat diperbaiaki untuk hasil yang lebih baik.
Konsep R.A Becher
tentang pengembangan kurikulum dan evaluasi kurikulum, pada mulanya bersifat
deskriptif yaitu menekankan pada what is it?, tetapi kemudian berkembang kepada
yang bersifat preskriftif, yang menekankan pada what ought to be.
Evaluasi merupakan
kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan
hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentang yang cukup luas, mulai yang bersifat
sangat informal sampai yang sanat formal. Pada tingkat yang sangat informal
evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang
perubahan-perubahan yang dicapai oleh program sekolah. Pada ringkat yang lebih
formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatn data, sedangkan
pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan
kearah tujuan yang telah ditentukan.
2.
Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum
·
Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi
kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yan telah ditentukan secara jelas dan spesifik.
Tujuan itu pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan
evaluasi kurikulum
·
Bersifat obyektif, artinya berpijak pada keadaan yang
sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui
instrument yang handal
·
Bersifat komprehensip, mencakup semua dimensi atau
aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum
harus mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan
pengambilan keputusan
·
Koopratif dan bertanggung jawab dalam perencanaan,
pelaksanaan dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan
tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalamproses pendidikan
seperti guru, kepala sekolah, orang tua bahkan siswa dan sebagainya
·
Efisien, kkhususnya dalam penggunaan waktu, biaya,
tenaga, dan peralatan yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus
diupayakan agar hasl evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan
mateeril yang digunakan
·
Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat
tuntutan dari dalam dan luar sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan
kurikulum.
3.
Jenis-Jenis Straregi Evaluasi
·
Strategi pertama, penentuan lingkungan tempat
terjadinya perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum
terpenuhi dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta
kesemmpatan untuk terjadinya perubahanStrategi kedua, pengenalan dan penilaian
terhadap berbagai kemampuan yang relevan
·
Strateggi ketiga, pendekatan dan prediksi hambatan
yang mungkin terjadi dalam desain procedural atau implemmentasi sepanjang tahap
pelaksanaan program
·
Strategi keempat, pnentuan keefektifan proyek yang
telah dilaksanakan melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah
dicapai sehngga seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat
4.
Prosedur Strategi Evaluasi
a. Evalusi
kebutuhan dan Feasibility
Prosedur yang dapat dilakukan oleh organisasi atau administrator tingkat
pelaksana. Prosedur yang dilaksanakan adalah
1. Merumuskan
tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang sedang dismpaikan
2. Menetapkan
program yang dibutuhkan
3. Menilai data
setempat berdasarkan tes baku, tes intelengensi dan tes sikap yang ada
4. Menilai riset
yang telah ada baik riset setempat maupun riset tingkat nasional yang sama atau
berhubungan
5. Menetapkan
feasibility pelaksanaan program sesuai dengan sumber-sumber yang ada
6. Mengenali
masalah-masalah yang mendasari kebutuhan
7. Menentukan
proyek yang akan dikembangkan guna berkontribusi pada system sekolah
b. Evaluasi
masukan
Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan dan ahli mata
pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini harus
dilihat dalam hubungannya dengan hambatan (misalnya penerimaan pemecahan
masalah tersebut oleh guru dan siswa) jadi, evaluasi masukan menuju kearah
pengembangan berbagai strategi dan prosedur, yang dalam pembbuatan keputusannya
sangat dibutuhkan informasi yang akuarat selain itu masukan juga berusaha
mengenali daerah permasalahan agar dapat diawasi selam berlangsungnya
implementasi
c. Evaluasi proses
Evaluasi proses adalah system pengelolaan informasi dalam upaya membuat
keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi, dan
klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian masalah. Dalam hal ini staff
perpustakaan memainkan peran yang sangat penting, karena mereka secara langsung
melakukan monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan, serta memberikan
informasi tentang kegiatan-kegiatan program.
d. Evaluasi
produk
Evaluasi ini berkenaan dengan pengukuran terhadap hasil-hasil program dalam
kaitannya dengan tercapainya tujuan. Berbgai variable yang diuji bergantung
pada tujuan, perubahan sikap, perbaikan kemampuan dan perbaikan tingkat
kehadiran. Dari evaluasi akan diperoleh data dan informasi yang cukup valid
serta dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program perbaikan.
5.
Kompnen Desain Evaluasi
Desain evaluasi menguraikan tentang data yang harus dikumpulkan dan
Analisis data untuk membuktikan nilai dan efektivitas kurikulum.
Desain evaluasi biasanya terdiri dari sekurang-kurangnya lima langkah,
yaitu:
·
Merumuskan tujuan evaluasi kurikulum
·
Mendesain proses dan metodologi evaluasi
·
Menspesifisikan data yang diperlukan untuk menyusun
intrumen bagi proses bagi pengumpulan data
·
Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data
·
Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai
hasil-hasil, kesimpulan dan rekomendasi.
6.
Model – Model Evaluasi Kurikulum
a. Evaluasi model
penelitian
Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai pada tahun 1930, dengan
menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani pertanian. Para
ahli botani pertanian mengadakan percobaan untuk mengetahui produktivitas
bermacam-macam benih. Percobaan serupa juga dapat digunakan untuk mengetahui
pengaruh tanah, pupuk dan sebagainya terhadap produktivitas suatu macam beih.
Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam pendidikan, anak
dapat disamakan dengan benih sedangkan kurikulum serta berbagai fasilitas dan
sistem sekolah dapat disamakan dengan tanah dan pemeliharaannya. Untuk
mengetahui tingkat kesuburan benih (anak) serta hasil yang dicapai pada akhir
program percobaan dapat digunakan dengan tes (pre test dan post test).
Ada beberpa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut, yaitu :
1. Kesulitan
administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan sekolah
eksperimen
2. Masalah teknik
dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk
kelompok-kelompok yang diuji.
3. Sulit
mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol, pengaruh guru-guru tesebut sulit dikontrolA
4. danya
keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan.
b.
Evaluasi model objektif (tujuan)
Dalam model objektif , evaluasi merupakan bagain yang sangat penting dari
proses pengembangan kurikulum. Para evaluator juga mempunyai peranan menghimpun
pendapat-pendapat orang luar tentang inovasi kurikulum yang dilaksanakan.
Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan
seperangkat tujuan khusus.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengembang model objektif:
·
Adanya kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
·
Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan
siswa
·
Menyususn materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan
tersebut
·
Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hsil
yang diinginkan.
c.
Evaluasi campuran multivariasi
Evaluasi model perbandingan dan model Tylor dan Bloom melahirkan evaluasi
model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan
unsure-unsur dari kedua pendekatan tersebut.
Langkah – langkah model multivariasi tersebut adalah sebagai berikut:
·
Mencari sekolah yang bersedia dievaluasi atau diteliti
·
Pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran
sekolah tekanannya pada partisipasi yang optimal
·
Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua
tujuan dari pengajaran umpamanya dengan metode global dan metode unsure, dapat
disiapkan tes tambahan
·
Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul,
maka mulailah pekerjaan computer
·
Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur
pengaruh bersama dari bebrapa variabel yang berbeda
Beberapa
ksesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivariasi tersebut, yaitu:
·
Diharapkan memberi tes yang signifikan.
·
Terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung pada
suatu saat, kemampuan computer hanya sampai pada 40 variabel sedangkan dengan
model ini dapat dikumpulkan sampai 300 variabel
·
Meskipun model campuran multivariasi telah mengurangi
masalah kontrol berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi
masalah-masalah pembandingan.
7.
Proses Evaluasi Kurikulum
Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara evaluasi yang
berbeda pula. Evaluasi model yang sering digunakan adalah desain tujuan.
Evaluasi tersebut terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut :
·
Pelaksanan evaluasi internal,
·
Rancangan revisi,
·
Pendapat ahli,
·
Komentar yang dapat dipercaya,
·
Model kurikulum,
Dalam program evaluasi tersebut masih terdapat perbedaan pendapat tentang
apakah ahli yang melaksanakan kurikulum harus ahli juga dalam bidang ilmu
tersebut, ada pula ahli yang mengemukakan empat langkah evaluasi kurikulum yang
berfokus pada tujuan yaitu :
·
Evalusi internal dilaksanakan oleh pengembang
kurikulum dan berhubungan dengan model desain kuikulum yang bertujuan untuk
memperbaiki proses pengembangan kurikulum.
·
Evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang
kurikulum memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar menjadi
lebih efektif.
·
Evaluasi sumatif bertujuan untuk memeriksa kurikulum
dan diadakan setelah pelasanaan kurikulum untuk memeriksa efesiensi secara
keseluruhan.
·
Evaluasi jangka panjang.
8.
Peranan Evaluasi Kurikulum
Evalusi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan intittusi sosial.
Proyek-proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris umpamanya, juga di
Negara-negara lain, merupakan intitusi sosial mempunyai asal usul, sejarah,
struktur serta interest sendiri. Beberpa karakteristik dari proyek-proyek
kurikulum yang telah dikembangkan di Inggris, umpamanya
·
Lebih bekenaan dengan inovasi daripada dengan
kurikulum yang ada,
·
Lebih berskala nasional daripada lokal,
·
Dibiayai oleh Grant dari luar yang berjangka pendek
daripada oleh anggapan tetap,
·
Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian
yang bersifat psikomotorikdaripada oleh kebiasaan lama yang berupa penelitian
sosial.
Peran evaluasi kebijaksaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya
minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
1. Evaluasi
sebagai judget,
konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai.
Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan
selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu
skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat
dinilai. Kedua, evaluasi berisi suatu prangkat kriteria praktis berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut suatu hasil yang dapat dinilai. Evaluasi kurikulum
bukan merupakan konsep tunggal, minimal meliputi dua kegiatan, Kegiatan yang
pertama mengumpulkan informasi, mungkin juga mengandung segi - segi nilai
(terutama dalam memilih sumber informasi dan jenis informasi yang dikumpulkan),
tetapi belum menunjukkan suatu evaluasi. Dalam kegiatan yang kedua, yaitu
menentukan keputusan menunjukkan suatu evaluasi, dasar perimbangan yang
digunakan adalah suatu perangkat nilai-nilai.
2. Evaluasi dan
penentuan keputusan,
Pengambil
keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau khususnya kurikulum sangat banyak,
yaitu: guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur. Pengembang
kurikulum dan sebagainnya. Pada prinsipnya tiap individu tersebut membuat
keputusan sesuai dengan posisinya masing masing. Besar atau kecilnya peranan
keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya
serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu saat. Salah satu kesulitan
yang dihadapi dalam penggunaan hasil evaluasi bagi pengambilan keputusan
adalah, hasil evaluasi yang diterima oleh berbagai pihak pengambil keputusan
adalah sama. Masalah yang timbul adalah bahwa belum tentu keputusan yang
diambil bermanfaat bagi pihak lain, artinya suatu informasi mungkin lebih bermanfaat
bagi pihak tertentu tetapi belum tentu bermanfaat bagi pihak yang lain.
3. Evaluasi dan
konsensus nilai
Secara
historis consensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari tradisi tes
mental serta eksperimen. Konsensus tersebut berupa kerangka kerja penelitian
yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang
bersifat behavioral, penggunaan analisis statistic dari pre test dan post test
dan lain-lain. Model tersebut mendapatkan beberapa kritik tetapi kritik atau
kesulitan tersebut yang paling utama adalah dalam merumuskan tujuan-tujuan
khusus yang dapat diterima oleh seluruh partisipan evaluasi kurikulum serta
perencanaan kurikulum. Juga diantara partisipan harus ada persetujuan tentang
tujuan-tujuan yang paling penting.
Para partisipan dalam
evaluasi pendidikan dapat terdiri atas: orang tua, murid, guru, pengembang
kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi, penerbit, arsitek, dan
sebagainnya. Pernah dimimpikan para partisipan tersebut merupakan suatu
kelompok yang homogen sebagai pengambil keputusan atas hasil penelitian, tetapi
beberapa pengalaman menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin. Mereka mempunyai
sudut pandang, kepentingan nilai-nilai serta pengalaman tersendiri. Kesatuan
penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu konsensus.
D.
Masalah dalam Evaluasi Kurikulum
Norman dan Schmidt
2002 mengemukakan ada beberapa kesulitan dalam penerapan evaluasi kurikulum ,
yaitu :
1.
Kesulitan dalam pengukuran
2.
Kesulitan dalan penerapan randomisasi dan double
blind
3.
Kesulitan dalam menstandarkan intervensi dalam
pendidikan.
4.
Pengaruh intervensi dalam pendidikan mudah dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain sehingga pengaruh intervensi tersebut seakan-akan
lemah.
Salah satu
masalah yang biasa dihadapi dalam melakukan evaluasi kurikulum, yaitu Dasar
teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemah. Dasar teori yang
melatarbelakangi kurikulum lemah akan mempengaruhi evaluasi kurikulum tersebut.
Ketidakcukupan teori dalam mendukung penjelasan terhadap hasil intervensi
suatu kurikulum yang dievaluasi akan membuat penelitian (evaluasi kurikulum)
tidak baik. Teori akan membantu memahami kompleksitas lingkungan pendidikan
yang akan dievaluasi. Contohnya Colliver mengkritisi bahwa Problem Based
Learning (PBL) tidak cukup hanya menggunakan teori kontekstual learning
untuk menjelaskan efektivitas PBL. Kritisi ini ditanggapi oleh Albanese dengan
mengemukakan teori lain yang mendukung PBL yaitu, information-processing
theory, complex learning, self determination theory. Schdmit
membantah bahwa sebenarnya bukan teorinya yang lemah akan tetapi kesalahan
terletak kepada peneliti tersebut dalam memahami dan menerapkan teori tersebut
dalam penelitian.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Evaluasi Kurikulum Memegang Perenan Penting Baik Dalam Penetuan Kebijaksanaan
Pendidikan Pada Umumnya,Maupun Pada Pengambilan Keputusan Dalam
Kurikulum.Hasil-Hasil Evaluasi Kurikulum Dapat Digunakan Oleh Para Pemegang
Kebjaksanaan Pendidikan Dan Para Pemegang Kurikulum Dalam Memeilih Dan
Menetapkan Kebjaksanaan Pengembangan System Pendidikan Dan Pengembanagan Model
Kurikulum Yang Digunakan.Hasil-Hasil Evaluasi Kurikulum Juga Dapat Digunakan
Pleh Guru-Guru,Kepala Sekolah Dan Para Pelaksana Pendidikan Lainnya,Dalam
Memahami Dan Membantu Perkembangan Siswa, Memilih Bahan Pelajaran,Memilih
Metode Dan Alat-Alat Bantu Pelajaran, Cara Penilaian Serta Fasilitas Pendidikan
Lainnya.
B.
SARAN
Setelah membaca uraian makalah tntang Evaluasi kurikulum ini diharapkan
kepada seluruh elemen pendidikan bisa melkukan evaluasi kurikulum dengan baik
sehingga sistem pendidikan bisa lebih ditingkatkan kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurikulum dan Pembelajaran,
Pendidikan Profesi Guru JPTN FPTK UPI
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik dan
Kemahasiswaan,(2003). Buku II –Kurikulum Program Studi
_______________ Pengembangan Kurikulum
______ Tim Pengembangan MKDK Kurikulum Dan Pembelajaran.
________ Bandung Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan
FIP UPI