Tujuan
penyusunan teori pengurangan ketidakpastian ini adalah untuk
menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi
ketidakpastian di antara orang asing yang terlibat dalam pembicaraan
satu sama lain untuk pertama kali. Saat pertama kali bertemu, orang
bertindak sebagai peneliti yang naïf, yang termotivasi untuk memprediksi
maupun untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam perjumpaan – perjumpaan
awal.
Teori ini menyebutkan bahwa ada dua tipe ketidakpastian dari perjumpaan awal, yaitu :
1. Ketidakpastian Kognitif (Cognitive uncertainty) merupakan tingkatan ketidakpastian yang diasosiasikan dengan keyakinan dan sikap.
2. Ketidakpastian Perilaku (Behavioral uncertainty), dilain pihak berkenaan dengan luasnya perilaku yang dapat diprediksikan dalam situasi yang diberikan.
Suatu hari Christian menunggu waktu kuliah di kampus. Di sebelahnya
duduk seorang wanita yang tidak dikenalnya, yang merupakan mahasiswi
kampus Undana juga. Setelah 5 menit berlalu, mereka merasa saling tidak
nyaman dengan suasana tegang karena mereka tidak saling mengenal dan
terus berdiam diri. Ada rasa ketidakpastian apakah orang di sebelahnya
merasa tidak nyaman atau berpikir bahwa orang di sebelahnya itu sombong
karena tidak menyapa dan tidak mengajak berkenalan. Akhirnya Christian
menyapa wanita itu dan mengajaknya berkenalan, belum lama mereka
mengobrol akhirnya mereka masuk ke kelas masing – masing. Christian
mengalami ketidakpastian kembali dengan berpikir, apakah wanita itu
menganggapnya “sok kenal”? tapi Christian memiliki keinginan untuk
mengurangi ketidakpastian tersebut dengan mengajak wnaita itu
berkenalan, oleh karena itu dia mungkin lebih mengerti lebih baik
tentang kemungkinan tingkah laku dari orang itu.
ASUMSI UNCERTAINTY REDUCTION THEORY (TEORI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN)
Teori ini meliputi tujuh (7) asumsi :
1. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar interpersonal.
Karena terdapat harapan yang berbeda – beda mengenai kejadian
interpersonal , maka orang akan merasa tidak pasti atau bahkan cemas
untuk bertemu dengan orang lain.
2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara kognitif.
Berada dalam ketidakpastian membutuhkan energy emosional dan
psikologis yang banyak. Orang-orang yang dalam kerja barunya mengalami
stress dengan sekitarnya.
3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk
mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatkan prediktabilitas.
Meningkatkan prediktabilitas dengan mencari informasi yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan.
4. Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang terjadi melalui tahapan – tahapan.
Fase awal (awal interaksi di anntara orang asing) Fase personal
(tahapan ketika orng mulai berkomunikasi dengan lebih spontan dan
membuka banyak informasi personal) Fase Akhir (memutuskan apakah
hubungan tersebut akan diteruskan atau dihentikan).
5. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian.
Komunikasi interpesornal mensyartakan beberapa kondisi, yaitu
kemampuan untuk mendengar, tanda respon non-verbal, dan bahasa yang
sama. Tantangan seperti ini mempengaruhi proses pengurangan
ketidakpastian dan pengembangan hubungan.
6. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang berubah seiring berjalannya waktu.
Komunikasi interpersonal adalah perkembangan, yang diawali oleh interaksi awal sebagai elemen kunci keberhasilannya.
7. Sangat mungkin menduga perilaku orang dengan menggunakan cara seperti hukum.
Perilaku manusia diatur oleh prinsip – prinsip umum yang berfungsi dengan cara seperti hukum.
AKSIOMA UNCERTAINTY REDUCTION THEORY (TEORI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN)
Uncertanty Reduction Theory mengemukakan adanya tujuh aksioma
(kebenaran yang ditarik dari penelitian sebelumnya dan akal sehat) :
1. Dengan adanya tingkat ketidakpastian yang tinggi pada permulaan
fase awal, ketika jumlah komunikasi verbal antara dua orang asing
meningkat, tingkat ketidakpastian untuk tiap partisipan dalam suatu
hubungan akan menurun. Jika ketidakpastian menurun, jumlah komunikasi
verbal akan meningkat. Hal ini menyatakan adanya kebalikan atau hubungan
negative antara ketidakpastian dan komunikasi verbal.
2. Ketika ekspresi afiliatif nonverbal meningkat, tingkat
ketidakpastian menurun dalam situasi interaksi awal. Selain itu,
penurunan tingkat ketidakpastian akan menyebabkan peningkatan
keekspresifan afiliatif nonverbal. Hal ini merupakan salah satu hubungan
yang bersifat negative.
3. Tingkat ketidakpastian yang tinggi menyebabkan menungkatnya
perilaku pencarian infromasi. Ketika tingkat ketidakpastian menurun,
perilaku pencarian informasi juga menurun. Aksioma ini menunjukan
hubungan yang positif antara dua konsep tersebut.
4. Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam sebuah hubungan
menyebabkan penurunan tingkat keintiman dari isi komunikasi. Tingkat
ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat keintiman yang tinggi.
Aksioma ni memeprlihatkan hubungan yang negative antara ketidakpastian
dan tingkat keintiman.
5. Ketidkapastian yang tingkat tinggi menghasilkan tingkat
resiprositas yang tinggi. Tingkat ketidakpastian yang rendah
menghasilkan tingkay resiprositas yang rendah pula. Hubungan yang
positif terjadi disini.
6. Kemiripan di antara orang akan mengurangi ketidakpastian,
sementara ketidakmiripan akan meningkatkan ketidakpastian. Aksioma ini
menyakan sebuah hubungan yang negative.
7. Peningkatan ketidakpastian akan menghasilkan penurunan dalam
kesukaan; penurunan dalam ketidakpastian menghasilkan peningkatan dalam
kesukaan. Ini merupakan hubungan negative.