Rabu, 25 April 2012

EVALUASI KURIKULUM



A.    Pengertian Evaluasi Kurikulum
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara perkata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum. Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang  suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi  dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Sedangkan  pengertian kurikulum adalah :
a.       Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional);
b.      Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang  digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan  kegiatan pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.).
c.       Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa);
d.      Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.       Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. 
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru. Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan kurikulum tersebut.

B.     Implementasi Dan Evaluasi Kurikulum
Konsep kurikulum yang menekankan isi, memberikan peranan besar pada analisis pengetahuan baru yang ada, konsep penilaian secara rinci tentang lingkungan belajar, dan konsep organisasi memberi perhatian besar pada struktur belajar.
Pengembangan kurikulum yang menekankan isi membutuhkan waktu mempersiapakan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pengajaran yang cukup lama. Kurikulum yang menekankan pada situasi waktu untuk mempersiapkannya lebih pendek, sedangkan kurikulum yang menekankan pada organisasi waktu persiapannya hampir sama dengan kurikulum yang menekankan pada isi.  Kurikulum yang menekankan organisasi, strategi penyebarannya sangat mengutamakan latihan guru. Model evaluasi erat kaitannya dengan teori kurikulum, perbedaan konsep dan strategi pengembangan serta penyebaran kurikulumnya juga menimbulkan perbedaan dalam rancangan evaluasi. Model evaluasi yang bersifat komparatif atau yang menekankan pada objek sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan isi. Dalakurikulum menekankan situasi sukar disusun evaluasi yang bersifat komparatif karena konteksnya bukan terhadap guru atau satu tujuan tetapi terdapat banyak tujuan.
Pada kurikulum yang menekankan organisasi,tugas evaluasi lebih sulit lagi, karena isi dan hasil kurikulum bukan hal yang utama, yang utama adalah aktivitas dan kemampuan siswa. Salah satu pemecahan bagi masalah ini adalah dengan pendekatan yang bersifat elektrik seperti dalam proyek kurikulum humanistik dan care ( center for applied research in education ) dalam proyek itu dicari perbandingan materi antara proyek yang menggunakan guru yang terlatih dengan yang tidak terlatih ,dalam evaluasinya juga diteliti pengaruh umum dari proyek dengan cara mengumpulkan bahan-bahan secara studi kasus dari sekolah-sekolah proyek teori kurikulum dan teori evaluasi. Model evaluasi kurikulum berkaitan erat dengan konsep kurikulum yang digunakan seperti, model pengembangan dan penyebaran dihasilkan oleh kurikulum yang menekankan isi macam-macam model evaluasi yang dipergunkan bertumpu pada aspek -aspek tertentu yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum.model evaluasi yang bersifat kompratif berkaitan erat dengan tingkah-tingkah laku individu, evaluasi yang menekakan tujuan berkaitan erat dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajar atau isi kurikulum model ( pendekatan ) antropologis dalam evaluasi ditujukan untuk mengevaluasi tingkah-tingkah laku dalam suatu lembaga sosial, dengan demikian sesungguhnya terdpat hubungan yang sangat erat antara evaluasi dengan kurikulum.
C.    Model-Model Evaluasi Kurikulum
1.      Evaluasi Model Penelitian
Tes psikologi pada umumnya mempunyai dua bentuk yaitu tes intelegensi yang di tujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur prilaku skolastik. Eksperimen lapangan dalam pendidikan, di mulai tahun 1930 dengan menggunakan metode yang biasa di gunakan dalam penelitian botani pertama. Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam ekperimen tersebut :
v  Kesulitan administrasi, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan sekolah eksperimen.
v  Masalah teknis dan logis yaitu kesulitan menciptakan suasana kelas yang sama ketika kelompok-kelompok diuji
v  Sukar untuk mencampurkan guru-guru mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok control sebab pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol
v  Adanya keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan

2.      Evaluasi model objektif ( model tujuan ) berasal dari amerika serikat, perbedaan model objektif ada dalam dua hal :
·         Dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum.
·         Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif ( tujan khusus ).
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model objektif :
v  Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum.
v  Merumuskan tujuan-tujuan dalam perbuatan siswa.
v  Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
v  Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
Dasar-dasar teori tylor dan bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai rancangan kurikulum dan mencapai puncaknya dalam sistem belajar berprogram dan sistem intruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (individually prescribed instruction). Suatu program yang dikembangkan oleh learning research and development centre universitas pittsburg. Dalam IPI anak mengikuti kurikulum yang memiliki 7 unsur :
v  Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah- daerah tingkat-tingkat dan unit-unit.
v  Suatu prosedur program testing.
v  Pedoman prosedur penulisan.
v  Materi dan alat pengajaran.
v  Kegiatan guru dalam kelas.
v  Kegiatan murid dalam kelas.
v  Prosedur pengelolaan kelas.
3. Model Campuran Multivariasi.
Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model tylor dan bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut. Metode-metode tersebut masuk ke bidang kurikulum setelah computer dan program paket berkembang yaitu tahun 1960. Program paket berisi program statistik yang sederhana yang tidak membutuhkan pengetahuan computer untuk menggunakannya. Dengan berkembangnya penggunaan computer memungkinkan studi lapangan tidak di hambat oleh kesalahan dan kelambatan. Semua masalah pegolahan statistik dapat dikerjakan dengan computer.
Langkah- langkah model multivariasi tersebut adalah:
v  Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti.
v  Pelaksanaan program.
v  Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan metode global dan metode unsur dapat disiapkan tes tambahan.
v  Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan computer.
v  Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dan beberapa variabel yang berbeda.
Beberapa kesulitan dihadapi dalam model campuran multivariasi iniadalah :
v  Diharapkan memberi tes statistik yang signifikan (model kurikulum ini lebih sesuai bagi evaluasi skala besar.
v  Terlalu banyak variabel yang perlu dihitung pada suatu saat kemampuan computer hanya sampai 40 variabel
v  Meskipun model multivariasi telah mengurangi masalah control berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah perbandingan.

4.      Evaluasi Kurikulum Pada Tingkat Makro Dan Mikro
Ada sekurang-kurangnya dua tujuan pokok yang ingin dicapai melalui kegiatan evaluasi kurikulum. Pada tingkat mikro ini
v  Mengukur efek pengajaran tujuan utama evaluasi program pada tingkat mikro adalah untuk memperoleh gambaran tentang efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah diberikan terhadap penguasaan,kemampuan yang ingin dicapai dalam suatu mata ajaran
v  Efek atau pengaruh tersebut dapat diketahui bila dilakukan perbadingan antara hasil yang dicapai peserta didik sebelum dan sesudah pengajaran diberikan.
v  Memperbaiki pengajaran,disamping untuk keperluan pengukuran efek atau pengaruh pengajaran evaluasi program tingkat mikro bertujuan pula untuk memperoleh gambaran ataupun inpormasi tentang bagian-bagian pelajaran yang masih belum dipahami oleh para peserta didik.
v  Jenis-jenis evaluasi
·         Evaluasi awal di lakukan sebelum pengajaran diberikan,fungsinya ialah untuk mengetahui kemampua awal peserta didik tentang pelajaran yang akan diberikan.
·         Evaluasi antara ; dilakukan pada setiap unit bahan yang diberikan dalam suatu mata pelajaran,dapat berbentuk tes dan bentuk-bentuk evaluasi yang lain tentang unit yang bersangkutan.
·         Evaluasi akhir dilaukan setelah pengajaran diberikan.fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai pesrta didik pada akhir program.
·         Evaluasi kurikulum pada tingkat yang lebih makro
Berikut ini berturut-turut akan dijelaskan tentang tujuan, jenis, dan skema kegiatan evaluasi kurikulum yang tingkatnya lebih makro.
  1. Tujuan evaluasi
Evaluasi kurikulum pada tingkat yang lebih makro dilakukan untuk menghasilkan masukan-masukan yang diperlukan bagi penyusunan dan perbaikan :
·         Tujuan dan program kurikulum
·         Bahan dan pertalatan / fasilitas pendidikan

b.      Jenis evaluasi
Untuk mencapai tujuan evaluasi ada 4 jenis evaluasi yang perlu dilakukan :
·         Evaluasi kontek : evaluasi ini diadakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam perecanaan program, khususnya dalam penetuan tujuan dan program kuriklum diklat
·         Evaluasi masukan : evaluasi ini diadakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam penyiapan dan perbaikan peralatan pendidikan yang meliputi bahan ajar,sarana / alat penunjang media pengajaran stap pengajar,dan sebagainya.
·         Evaluasi proses / hasil jangka pendek : informasi untuk keperluan perbaikan program dan pelaksanaan pendidikan mencakup informasi tentang proses maupun hasil jangka pendek yang dicapai peserta didik selama dan pada akhir tiap unit program.
·         Evaluasi dampak / hasil jangka panjang : evaluasi ini diadakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan bagi peninjauan kembali keseluruhan program pendidikan dan penentu kegiatan tindak lanjut yang diperlukan termasuk perbaikan kurikulum pada siklus / putaran hidup.

D.    Peranan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial mempunyai asal-usul, sejarah struktur serta interself sendiri. Beberapa karakteristik dari proyek-proyek kurikulum yang telah dikembangkan pada saat ini adalah :
·         Lebih berkenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada
·         Lebih berskala nasional daripada lokal
·         Di biayai oleh grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh anggaran tetap
·         Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat psikometris daripada kebiasaan lama yang berupa penelitian sosial.
Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya minimal berkenaan dengan 3 hal yaitu :
·         Evaluasi sebagai moral judgement. Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai, hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung 2 pengertian yaitu :
1.      Evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai
2.      Evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-kriteria suatu hasil dapat dinilai
·         Evaluasi dan penentuan keputusan. Pengambilan keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum bergantung pada : guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembangan kurikulum dan sebagainya. Beberapa diantara mereka yang memegang peranan paling besar dalam penentuan keputusan pada prinsipnya tiap individu diatas membuat keputusan sesuai dengan posisinya.
·         Dan konsesus nilai dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang ikut terlibat dalam kegiatan penilaian atau evaluasi. Para partisipan dalam evaluasi pendidikan dapat terdiri dari : orang tua, murid, guru, pengembang kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi, penerbit, arsitek dan sebagainya. Bagaimana caranya agar dapat diantara mereka terdapat kesatuan penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu consensus.
secara historis konsensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari tradisi tes mental serta eksperimen
E.     Masalah dalam Evaluasi Kurikulum
Norman dan Schmidt (2002), mengemukakan ada beberapa kesulitan dalam penerapan evaluasi kurikulum, yaitu :
  1. Kesulitan dalam pengukuran
  2. Kesulitan dalan penerapan randomisasi dan double blind
  3. Kesulitan dalam menstandarkan  intervensi dalam pendidikan.
  4. Pengaruh intervensi dalam pendidikan mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sehingga pengaruh intervensi tersebut seakan-akan lemah.
Masalah yang dihadapi dalam melakukan evaluasi kurikulum yang ditemukan  dalam lapangan yaitu :
1.      Dasar teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemah.
 Dasar teori yang melatar belakangi kurikulum lemah akan mempengaruhi evaluasi kurikulum tersebut. Ketidak cukupan teori dalam mendukung penjelasan terhadap hasil intervensi  suatu kurikulum yang dievaluasi akan membuat penelitian (evaluasi kurikulum) tidak baik. Teori akan membantu memahami kompleksitas lingkungan pendidikan yang akan dievaluasi. Contohnya Colliver mengkritisi bahwa Problem Based Learning (PBL) tidak cukup hanya menggunakan teori kontekstual learning untuk menjelaskan efektivitas PBL. Kritisi ini ditanggapi oleh Albanese dengan mengemukakan teori lain yang mendukung PBL yaitu, information-processing theory, complex learning, self determination theory. Schdmit membantah bahwa sebenarnya bukan teorinya yang lemah akan tetapi kesalahan terletak kepada peneliti tersebut dalam memahami dan menerapkan teori tersebut dalam penelitian.
2.      Intervensi pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan Blinded Dalam penelitian pendidikan khususnya penelitian evaluasi kurikulum, ditemukan kesulitan dalam menerapkan metode blinded dalam melakukan intervensi pendidikan. Dengan tidak adanya blinded maka subjek penelitian mengetahui bahwa mereka mendapat intervensi atau perlakuan sehingga mereka akan melakukan dengan serius atau sungguh-sungguh. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan bias dalam penelitian evaluasi kurikulum.
3.      Kesulitan dalam melakukan randomisasi.
 Kesulitan melakukan penelitian evaluasi kurikulum dengan metode randomisasi dapat disebabkan karena subjek penelitian yang akan diteliti sedikit atau kemungkinan hanya institusi itu sendiri yang melakukannya. Apabila intervensi yang digunakan hanya pada institusi tersebut  maka timbul pertanyaan, “apakah mungkin mencari kelompok kontrol dan randomisasi?”.
4.      Kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan/kesulitan dalam menseragamkan intervensi.
 Dalam dunia pendidikan sulit sekali untuk menseragamkan sebuah perlakuan cotohnya penerapan PBL yang mana memiliki berbagai macam pola penerapan. Norman (2002) mengemukakan tidak ada dosis yang standar atau fixed dalam intervensi pedidikan. Hal ini berbeda untuk penelitian di biomed seperti pengaruh obat terhadap suatu penyakit, yang mana dapat ditentukan dosis yang fixed. Berbeda dengan penelitian evaluasi kurikulum misalnya pengaruh PBL terhadap kemamuan Self Directed Learning (SDL). Penerapan PBL di berbagai FK dapat bermacam-macam. Kemungkinan penerapan SDL dalam PBL di FK A 50% , sedangkan di    FK B adalah 70 % , maka apabila mereka dijadikan subjek penelitian maka tentu saja pengaruh PBL terhadap SDL akan berbeda.
5.      Masalah Etika penelitian Masalah etika penelitian merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Penerapan intervensi dengan metode blinded dalam penelitian pendidikan sering terhalang dengan isu etika. Secara etika intervensi tersebut harus dijelaskan kepada subjek penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Padahal apabila suatu intervensi diketahui oleh subjek penelitian maka ada kecendrungan subjek penelitian melakukan dengan sungguh-sungguh sehingga penelitian tidak berjalan secara alamiah.Pengaruh hasil penelitian terhadap institusi juga perlu dipertimbangkan. Adanya prediksi nantinya pengaruh hasil penelitian yang akan menentang kebijaksanaan institusi dapat mengkibatkan kadangkala peneliti menghindari resiko ini dengan cara menghilangkan salah satu variable dengan harapan hasil penelitian tidak akan menentang kebijaksanaan. Tidak adanya pure outcomeOutcome yang dihasilkan dari sebuah intervensi pendidikan seringkali tidak merupakan outcome murni dari intervensi tersebut. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor penganggu yang mana secara tidak langsung berhubungan dengan hasil penelitian. Postner dan Rudnitsky, 1994 juga mengemukakan dalam outcome based evaluation terdapat informasi mengenai main effect dan side effect sehingga kadangkala peneliti kesulitan membedakan atara main effect dan side effect ini.
6.      Kesulitan mencari alat ukurEvaluasi pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua bentuk evaluasi dapat dipakai untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi tentang tingkat keberhasilan pendidikan akan dapat dilihat apabila alat evaluasi yang digunakan sesuai dan dapat mengukur setiap tujuan. Alat ukur yang tidak relevan dapat mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat bahkan salah sama sekali.
7.      Penggunaan Perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembanding Postner mengemukakan ada lima perspektif dalam kurikulum yaitu traditional, experiential, Behavioral, structure of discipline dan constructivist. Masing-masing perspektif ini memiliki tujuannya masing-masing. Dalam melakukan evaluasi kurikulum kita harus mengetahui perspektif kurikulum yang akan dievaluasi dan perspektif kurikulum pembanding. Hal ini sering terlihat dalam evaluasi kurikulum dengan menggunakan metode comparative outcome based yang bila tidak memperhatikan masalah ini akan melahirkan bias dalam evaluasi. Kurikulum dengan perspektif tradisional tentu saja berlainan dengan kurikulum yang memiliki perspektif konstruktivist. Contoh kurikulum tradisional menekankan pada recall of knowledge sedangkan kurikulum konstruktivist menekankan pada konsep dasar dan ketrampilan berpikir. Apabila ada penelitian yang menghasilkan bahwa kurikulum tradisional di pendidikan dokter lebih baik dalam hal knowledge dibandingkan dengan PBL hal ini tentu saja dapat dimengerti karena perspektifnya berbeda. Penelitian yang menggunakan metode perbandingan kurikulum yang perspektifnya berbeda ini seringkali menjadi kritikan oleh para ahli.

F.     Pemecahan Masalah Dalam Evaluasi Kurukulum
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi  kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan  apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka  penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area – area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga dapat  menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak. Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif adalah sebagai berikut:
1.      Kejelasan Tujuan, yaitu untuk menunjukkan hasil proses dan tujun yang di capai.
2.      Realistic, yaitu dapat dilakukan sesuai dengan kondisi dan kemampuan.
3.      Ekologik yaitu, dimana evaluasi dapat memperhitungkan situasi dimana kurikulum di laksanakan.
4.      Operasional yaitu, merumuskan secara rasional apa yang harus diukur. 
5.      Klasifikasi yaitu, Jenjang/tingkat, jenis pendidikan, daya dukung, geografis
6.      Keseimbangan yaitu, Penilaian kurikulum ideal-aktual, komponen kurikulum
7.      Kointinitas yaitu, Dilakukan secara menyeluruh terhadap semua program



PENUTUP
a.      Kesimpulan
Evaluasi kurikulum memegang perenan penting baik dalam penetuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebjaksanaan pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam memeilih dan menetapkan kebjaksanaan pengembangan system pendidikan dan pengembanagan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.