Kamis, 05 April 2012

KERUSUHAN BIMA
(Ananlisis Teori Konflik)

"Kutipan Berita di situs www.Detik.com 26/1/2012, Mataram. Aksi ribuan warga Kecamatan Lambu, Sape dan Langudu Kab. Bima NTB Kamis (26/1/2012) berahir rusuh,  masa aksi membakar kantor Bupati Bima dan kantor Komisi Pemilihan Umum  Kabupaten Bima di jalan Soekarno-Hatta hingga ludes. Belum diketahui apakah ada korban jiwa atau tidak dalam aksi ini".
            

          Konflik Agraria yang terjadi di Bima merupakan ekses langsung dari kebijakan pemerintah yang menerbitkan SK Bupati Nomor 188/2010 tentang izin usaha pertambangan (IUP) PT. Sumber Mineral Nusantara (SMN) ijin eksporasi perusahaan yang tumpang tindih dengan lakuan warga dibuat secar sepihak inilah yang memicu rentetan konflik sejak awal tahun 2011  lalu.
            Rakyat  menjadi korban perjuangan pencabutan ijin operasional PT. SMN itu, berujung pada jatuhnya 3 orang warga meninggal, puluhan oarng tertembak peluru logam dan karet, ratusan mendapkan tindakan represit hingga penjaraan. Bukan itu saja penanganan paska konflik didekati dengan cara mengisolasi kehidupan warga dengan pengepungan oleh aparat keamanan.
            Dalam kajian teori konflik, Karl Marx mengungkapkan bahwa determinan yang paling penting dan utama dari kehidupan sosial adalah pekerjaan yang dilakukan orang, terutama pekerjaan yang menghasilkan penyediaan kebutuhan dasar hidup, makanan, pakaian dan tempat berlindung,  jadi manusia  memiliki kepentingan-kepentingan yang azasi menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar mereka akan senantiasa berusaha untuk merealisasikannya.
            Namun ketika usaha pemenuhan kebutuhan dasar hidup itu terbentur dengan kekuatan yang lebih kuat maka disinalah mulai muncul benih-benih konflik.
            Begitu juga dengan dengan kasus yang terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat tersebut tanah lahan yang selama ini dikelola masyarakat yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidup warga diambil alih oleh PT.SMN
            Dengan diterbitkannya SK Bupati No. 188/2010, tentang ijin Usaha Pertambangan. Maka warga masyarakat Bima yang berkepntingan untuk mempertahankan lahan yang diklaim sebagai hak mereka terbentur dengan kepentingan PT. SMN yang diperkuat dengan dukungan dari pemerintah, sehingga menimbulkan benih-benih konflik yang kemudiam berujung pada terjadinya konflik terbuka (kerusuhan) yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah.
            Aksi proes masyarakat ini dalam konsep Marx disebut sebagai perjuangan kelas (class stingls) karena proletar menuntut penghapusan eksploetasi ekonomi yang secara langsung menimbulkan penindasan dan keterasingan bagi kaum buruh (proletar) dan satu jalan dalam perundingan  kaum buruh adalah dengan membangun kekuatan (labour forse) untuk melakukan revolusi  dan pembaharuan dan dalam struktur masyarakat konflik merupakan media yang dianggap sangat tepat untuk melakukan perubahan yang akan memunculkan konsensus baru yang lebih baik.