Rabu, 18 April 2012

makalah sosiologi ekonomi

KEBERADAAN PASAR SWALAYAN
TERHADAP PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
(studi kasus tentang keberadaan pedagang tradisional
di tengah keberadaan pasar swalayan)


I.PENDAHULUAN

Indonesia saat ini benar-benar disulap menjadi sebuah negara yang konsumtif. Masyarakatnya yang rata-rata memilih membeli dari pada membuat sangat cocok sekali untuk dijadikan sebagai pasar yang sangat sempurna untuk dijadikan objek pasar.

Ini terbukti dengan banyaknya pasar-pasar swalayan asing yang berbentuk waralaba tersebar hingga ke tiap-tiap Kabupaten diseluruh Indonesia, bahkan sangat mungkin sekali bisa ditemukan di kecamatan-kecamatan. Kita bisa Melihat seperti AlfaMart, IndoMart, serta Mini market Dan masih banyak lagi pasar-pasar swalayan asing yang menyebarkan sayapnya.

Tapi apa yang kita lihat sungguh berbalik dengan keadaan Pasar-pasar tradisional. Pasar tradisional seperti dianak tirikan, padahal “mereka-mereka” yang berjualan adalah tuan rumah dinegerinya sendiri. Tapi nasibnya seolah-olah terabaikan bahkan tidak sedikit penggusuran justru yang mereka dapatkan, beberapa contohnya dapat kita lihat pada realita yang di tayangkan oleh beberapa stasiun televisi.

Kenapa Pasar tradisional tidak dibuat sebagus, sebersih, serapi, semurah swalayan modern? bukankah pihak pemerintah/pihak terkait mempunyai wewenang untuk itu?serta bagaimana nasib para ibu-ibu atau para pedagang kecil-kecilan yang berusaha mencukupi biaya sekolah anaknya?iba, Mungkin cuman kalimat ini yang sementara bisa kita utarakan.

Definisi kapitalisme menurut H. Spencer dalam Contemporary Macro Ekonomis :
“Kapitalisme merupakan sebuah system organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi (tanah, pabrik, jalan-jalan, dsb) dan pemanfaatan untuk mencapai laba dalam kondisi-kondisi yang sangat kompetitif (dalam Winardi. kapitalisme versus Sosialisme, “ suatu analisa ekonomi teoritis”. Remadja Karya. Bandung. 1986.

Kemudian, “Menurut teori kapitalisme marx, oleh karena kapitalisme didasarkan atas persaingan dalam hal pengejaran keuntungan, maka peningkatan teknologi, terutama mekanisasi produksi yang semakin berkembang merupakan senjata ampuh bagi setiap kapitalis di dalam perjuanganya untuk mempertahankan hidup di pasaran, sehingga seorang pengusaha bisa memperbesar bagian keuntungannya dengan berproduksi lebih murah dari pada para pesaing-pesaingnya (dalam kapitalisme dan teori social modern “teori perkembangan kapitalisme” Marx,hal 65).

Dari peryataan Marx dan Spencer diatas tampak bahwa dalam “menjajakan” berbagai kebutuhan masyarakat perlu adanya perhatian terhadap berbagai aspek-aspek yang dapat mengugah konsumen untuk membeli berbagai kebutuhan hidupnya serta pola pengorganisasian terhadap barang dagangan dan pasar itu sendiri.

Kemudian kita lihat pada saat sekarang ini pasar swalayan sudah dibangun dengan megah dan menarik, baik dari tata ruang, tata udara, tata lampu yang sangat tropis. Lihatlah berbagai pasar seperti Minang Plaza, Rocky Plaza, Matahari, Plaza Andalas, yang membuat pasar tradisional kalah dalam bersaing adalah karena managemennya sangat-sangat jauh dari profesional.
Berbagai retribusi, aturan “bisa” dilanggar, kebersihan dan ketertiban payah pengelolaannya. Semua ini akibat managemen pengelolaan dan terutama keuangan yang tidak baik (menurut Rudi gazali dalam salah satu televisi swasta Metro TV, pada tanggal 29 oktober 2008, pukul 09.30).

II. Pasar Swalayan Dan Pasar Tradisional

Kehadiran pasar swalayan yang tumbuh dengan pesat telah menimbulkan kekhawatiran akan kelangsungan pasar tradisional. Karenanya, pemerintah menetapkan kebijaksanaan pelarangan pasar swalayan di daerah tingkat II untuk melindungi pasar tradisional (http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpl-gdl-s1-1999-dwiyulitas-205&q=Daya).

Di sini terlihat adanya upaya membatasi perkembangan pasar swalayan, padahal proses berkembangnya pasar swalayan sendiri merupakan hal yang lazim terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah dan pendapatan penduduk, serta perubahan sosial budaya, dimana faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kuantitas, kualitas, dalam kegiatan perdagangan.

Upaya melindungi pasar tradisional dengan membatasi perkembangan pesaingnya, pasar swalayan, justru tidak meningkatkan daya saing pasar tradisional, padahal daya saing perlu ditingkatkan seiring dengan arus perdagangan yang kian terbuka.

Oleh karena itu perlu pengaturan pendirian pasar swalayan yang dikaitkan dengan keberadaannya sebagai pesaing pasar tradisional tanpa menutup kesempatan bagi kedua jenis pasar tersebut untuk tumbuh dan berkembang.
Sebagai bahan pertimbangan perlu diketahui kondisi persaingan pasar tradisional dan pasar swalayan, apakah kehadiran pasar swalayan telah menggantikan pasar tradisional. (Untuk hal ini dilakukan pengamatan perilaku berbelanja masyarakat di pasar tradisional dan pasar swalayan, selain melihat perkembangannya sehari-hari, dan kegiatan pasar tradisional dan pasar swalayan).

Dari beberapa indikator persaingan yang dianalisis dari perilaku berbelanja masyarakat dan karakteristik pasar tradisional dan pasar swalayan diketahui bahwa kehadiran pasar swalayan yang tumbuh dengan pesat belum sepenuhnya mampu menggantikan peran pasar tradisional karena hanya 17.72% pasar swalayan yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari secara lengkap seperti pasar tradisional. Minat masyarakat untuk berbelanja di kedua jenis pasar cukup besar.

Referensi masyarakat terhadap jenis komoditas yang dibeli menunjukkan bahwa pasar tradisional adalah tempat berbelanja bahan pokok yang tidak lama (sayuran, daging-ayam-ikan, telur, bumbu dapur. dan beras), sedangkan pasar swalayan adalah tempat berbelanja barang kelontong dan bahan pokok yang tahan lama (perlengkapan mandi, deterjen, gula-susu-kopi-teh. makanan ringan, buah-buahan, dan perabot rumah tangga).

Walaupun demikian persaingan terjadi untuk komoditas minvak goring ditinjau dari besarnya pendapatan masyarakat yang diserap diketahui pasar tradisional 34%. sedangkan pasar swalayan 66%. Adapun waktu pelayanan menunjukkan kekhasan masing-masing pasar dimana jam sibuk pasar tradisional pada pagi hari sampai siang hari sedangkan jam sibuk pasar swalayan pada sore hingga malam hari.

Daerah pelayanan pasar swalayan lebih luas dibandingkan pasar tradisional. Daerah pelayanan pasar tradisional adalah daerah dengan jangkauan pelayanan rata-rata sebesar 1.56 km, sedangkan daerah pelayanan pasar swalayan memiliki jangkauan pelayanan rata-rata sebesar 3.54 km, Sebaran pasar tradisional lebih merata dibandingkan pasar swalayan (http://henzter.wordpress.com/2007/05/04/pasar-swalayan-antara-yang-murah-dan-yang-menantang-usus/).

III. Nilai + (plus) Pasar Tradisional

Dari begitu banyak hal yang di utarakan pada setiap kalimat-kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa persaingan antara pasar tradisional dan pasar swalayan sangat ketat adalah dalam segi teknologi dan pengelolaan yang baik pada managemen pasar swalayan, komoditas. Nampak bahwa dominasi pasar tradisional dalam kegiatan perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari berkurang seiring dengan kehadiran pasar swalayan, namun pasar swalayan belum dapat menggantikan pasar tradisional.

Dalam segi managemen mungkin pasar tradisional bisa kurang tapi dari segi aura natural yang ditebarkan olah pasar tradisional mungkin belum bisa disaingi oleh pasar swalayan, dan komoditi-komoditi yang dijajakan oleh para pedagangnya agaknya tidak bisa disaingi oleh pasar swalayan, sebagai contoh pada pasar tradisional sayur-sayuran yang dijajakan rata-rata diambil langsung oleh pedagang sendiri, dan tidak adanya proses-proses yang memungkinkan bertambahnya kesegaran dari sayur-sayuran tersebut.

Kemudian melihat dari segi natural, komoditi yang dijual di pasar tradisional tidak mengalami proses-proses yang begitu rumit, lain halnya dengan dagangan-dagangan dipasar swalayan yang mengalami berbagai proses rumit baik itu untuk penyegaran melalui frezer atau dengan hal-hal kimia semacam itu guna menjaga daya tarik konsumen.

Oleh sebab itu keberadaan pasar swalayan agaknya belum perlu dibatasi secara besar-besaran karena walaupun kedua jenis pasar bersaing cukup ketat namun pasar swalayan belum dapat menggantikan peran pasar tradisional, selain itu pada dasarnya pasar tradisional memiliki keunggulan tersendiri yang tidak mudah untuk diimbangi oleh pasar swalayan “skala pelayanan dan kelengkapan komoditas kebutuhan sehari-hari terutama bahan pangan pokok (dalam Tabozzi, Frank.J, “Pasar dan Lembaga Keuangan” Salemba Empat, 1999).

Kepercayaan terhadap pasar tradisional akhir-akhir ini malah bertambah baik dengan adanya berbagai masalah pada pasar swalayan yang komoditinya terkadang disamarkan dari alaminya atau dengan kata lain barang-barangnya tidak layak lagi untuk di pasarkan, seperti susu cair yang kadaluarsa, sayur-sayuran yang telah di frezer lebih dari jangka waktunya serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang mengikat pada komoditi makanan holtikultura.

Maka dari pada itu persaingan tidak harus dihindari tapi justru dipertahankan, dan yang harus dilakukan adalah memberdayakan pasar tradisional agar tidak kalah bersaing dengan pasar swalayan, salah satu cara diantaranya adalah pembentukan badan pengelola pasar tradisional yang akan menangani manajemen pasar tradisional (mengingat kelemahan pasar tradisional dalam aspek pengelolaan), seperti pengelolaan fasilitas pasar tradisional, pengawasan mutu barang serta kinerja dari para pedagang-pedagang.

Kemudian ditinjau dari pola pemenuhan kebutuhan masyarakat, tampaknya masyarakat yang menjadi konsumen atas dagangan-dagangan yang di tampilkan mulai berubah, dikatakan berubah karena masyarakat melihat dari situasi dan kondisi pasar atau tempat dimana kebutuhan itu akan dibeli.

Pasar swalayan yang begitu baik dalam pola pemasaran barang-barangnya menjadi tempat yang dituju walaupun tidak semua komoditi yang tersedia, akan tetapi disini akan terlihat adanya gengsi yang akan didapatkan, bersebelahan dengan pasar tradisional yang identik dengan hal yang sederhana namun kwalitas dari komoditinya baik.

IV. Pasar swalayan dan pasar tradisional di lihat dari aspek sosiologis

Pasar swalayan merupakan pasar yang mempunyai kategori modern dimana segala sesuatu pada pasar swalayan di suguhkan dengan efisien, bersih serta teratur, sedangkan pasar tradisional merupakan pasar rakyat, dikatan pasar rakyat oleh karena pada pasar tradisional masyarakat yang dating tidak melihat dari segi manakah konsumen yang akan berbelanja, serta pola penjualan tidak asama dengan pola penjualan yang ada di pasar swalayan.

Namun dibalik itu, pasar tradisional memiliki pola interaksi yang baik, sebagai contoh pada saat penjual dan pembeli saling tawar menawar harga, disana tampak aspek sosiologisnya, kemudian juga pada saat para-para pedagang di pasar tradisonal yang saling bersaing dalam segi pejualan dagangan sesuai dengan pola kebutuhan masyarakat.

Dibadingkan dengan pasar tradisional, pasar swalayan tidak begitu menonjolkan adanya interaksi antara pembeli dan penjual, hanya saja tampak para pegawainya yang lalu-lalang,karena apabila nantinya suatu barang dipertanyakan maka si pegawai tidak dapat menjelaskan secara terperinci komoditi yang akan dibeli hal ini dikarenakan si pegawai tersebut bukanlah orang yang membeli maupun yang bertanggung jawab terhadap suatu barang, karena pagawai tersebut merupakan seorang penjual atau sekedar melayani saja, kemudian interaksi terjadi pada saat masuk dan membayar barang kebutuhan saja.

Dari sebagian contoh interaksi sosiologis yang ada di kedua pasar tersebut tampaknya kebutuhan-kebutuhan yang nantinya akan di beli, para konsumen dapat mempertanyakan langsung kepada si penjual, sehingga jelas layak tidak layaknya suatu komoditi itu dapat dikonsumsi atau tidak.

V. PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari berbagai pembahasan di atas yang mana antara pasar swalayan dengan pasar tradisional memiliki perbedaan dan kesamaan, perbedaan dari kedua pasar tersebut adalah kondisi pasar, komoditi dan pola managemennya, persamaan dari kedua pasar tersebut adalah adanya interaksi yang juga dapat membedakan besaran interaksi tersebut.

Kemudian dari keberadaan pasar swalayan, para pedagang pasar tradisional hanya akan terganggu pada komoditi yang siap saji dan makanan-makanan yang bersifat relative.

Selanjutnya dari segi pendapatan, para pedagang tradisional akan sedikit terganggu, hal ini disebabkan oleh karena sebagian dari komoditi yang dijual di pasar tradisional terdapat di pasar swalayan, akan tetapi hal ini tidak akan berpengaruh banyak oleh karena berbagai factor.

Dengan adanya tulisan ini setidaknya para pedagang tidak akan terlalu cemas tentang pendapatan yang akan mereka dapatkan, dan juga dapat dijadikan acuan bagi para pedagang tradisional dalam meningkatkan daya saingnya.

b. Saran

Kepada pedagang tradisional dan pemerintah yang terkait didalamnya hendaknya semakin meningkatkan pola menagemen pengelolaan pasar serta kebersihan dan juga kwalitas dari barang dagangan. Serta kepada pemerintah yang terkait agar dapat meningkatkan segala aspek yang dapat kembali meningkatkan kwalitas dari komoditi pasar tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Winardi. kapitalisme versus Sosialisme, “ suatu analisa ekonomi teoritis”. Remadja Karya.Bandung. 1986.
Giddens, Anthony. kapitalisme dan teori social modern “teori perkembangan kapitalisme” Marx, hal 65, UI Press. Jakarta.1971.
Damsar. Sosiologi Ekonomi.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.2002
Tabozzi, Frank,J. “Pasar dan Lembaga Keuangan” Salemba Empat, Jakarta. 1999.
Rudi gazali dalam salah satu televisi swasta Metro TV, pada tanggal 29 oktober 2008, pukul 09.30.
http://henzter.wordpress.com/2007/05/04/pasar-swalayan-antara-yang-murah-dan-yang-menantang-usus/.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpl-gdl-s1-1999-dwiyulitas-205&q=Daya