Perubahan Sosial dan Mitos Tentang Perubahan
Seperti
yang diungkapkan oleh TS Eliot, saat ini kita memerlukan pemahaman
tentang perubahan sosial . Pandangan para pemikir masa lalu bermanfaat
dan dapat dijadikan landasan, baik untuk memahami dunia sekarang maupun
untuk menyusun perspektif baru masa yang akan datang. Namun demikian
beberapa tulisan masa lalu cenderung mengkaburkan arti perubahan sosial
itu sendiri, dan dilandasi asumsi-asumsi yang terbukti keliru.
Teori-teori masa lalu dibangun berdasarkan asumsi-asumsi di atas mitos
tentang perubahan. Mitos-mitos ini merintangi dan menghalangi kita dalam
menyusun perspektif baru tentang perubahan sosial.
ARTI PERUBAHAN
Kebanyakan
difinisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert
Moore mendefiniskan perubahan sebagai perubahan penting dari struktur
sosial. Struktur sosial disini diartikan pola-pola prilaku dan interaksi
sosial. Moore memasukan kedalam definisi perubahan sosial berbagai
ekspresi mengenai struktur norma, nilai, dan fenomena kultural, jelaslah
definisi demikian serba mencakup.
Definisi
lain tentang perubahan sosial menyatakan sebagai variasi atau
modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola sosial, dan
bentuk-bentuk sosial, dan setiap modifikasi pola antar hubungan yang
mapan dan standar prilaku.
Dari
definisi yang dikemukakan para ahli dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup, yang
menunjuk pada perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan
manusia, mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia.
Perubahan
sikap sama pentingnya dan sama logisnya dengan perubahan institusional,
yang perlu diperhatikan adalah perubahan penting pada tingkat tertentu
tapi tidak harus penting pada tingkat yang lain.
Perubahan
sikap mungkin mencerminkan perubahan hubungan antar individu, antar
organisasi atau antar instansi, tetapi mungkin pula tidak.
MITOS TENTANG PERUBAHAN
1.Mitos Penyimpangan
Sejumlah
besar pemikiran sosiologis membayangkan perubahan sosial dalam arti
sebagai perkosaan terhadap keadaan normal. Artinya keadaan normal
peristiwa dalam masyarakat adalah terus menerus, institusi atau
nilai-nilai atau pola-pola kebudayaan dibayangkan stabil sepanjang
waktu. Sebagai contoh Auguste Comte miskipun mengakui peranan manusia
dalam kemajuan sosial, ia menurunkan peranan tersebut kepada salah satu
alat perombak intelektual. Utopia yang menurut Comte adalah salah satu
bentuk masyarakat ilmiah, akan muncul jika orang berpikir ilmiah.
Peranan sosiolog adalah menggiring masyarakat untuk berpikir ilmiah.
Perspektif
yang dominan dalam dekade belakangan ini adalah perpektif Stuktural
Fungsional yang memusatkan perhatian dan dukungannya pada tatanan sosial
yang ditandai stabilitas dan integrasi, pemusatan perhatian pada
stabilitas ini (akibatnya mengabaikan perubahan) dengan asumsi bahwa
analisis statis dapat dilakukan tanpa mempersoalkan perubahan, dan untuk
memahami perubahan sosial, terlebih dahulu diperlukan pemahaman yang
lebih mendalam tentang masyarakat dalam keadaan statis. Perspektif ini
memusatkan perhatian pada struktur ketimbang proses, sekalipun
menganalisis proses sosial analisisnya dalam batas-batas struktural yang
sempit.
Sifat
terus menerus dan teratur telah dipandang sebagai keadaan normal dari
peristiwa; dan perubahan telah dipandang sebagai sejenis penyimpangan
sosial.
Dengan
demikian, akan lebih realitis dan bermanfaat melihat perubahan sebagai
melekat di dalam sifat sesuatu termasuk melekat didalam kehidupan
sosial, Apakah kita berbicara dalam alam fisik, sejarah manusia, atau
intelek manusia, akan kita temukan tak ada yang tetap seperti apa,
dimana, dan keadaan semula, melainkan segala sesuatu bergerak, berubah,
terjadi dan berubah keadaannya.
Realitas
tidak statis seperti yang diamati filsuf Yunani Heraclitus semua mahluk
senantiasa mengalir, terus-menerus berubah, terus-menerus tercipta dan
lenyap.
Adanya
perubahan dimana-mana, barangkali akan mudah diterima oleh masyarakat
modern, maupun masyarakat tradisional atau masyarakat kuno. Mengenai
masyarakat kuno dapat diambil masyarakat Cina sebagai contoh. Dalam
pandangan Hegelian masyarakat Cina telah melampaui tingkat kemandegan
struktur sosial, tak dapat lagi dipertahankan. Jelas bahwa sejarah Cina
mengalami pergolakan, perubahan tiba-tiba dan perubahan bertahap.
Misalnya di zaman yang disebut zaman revolusi, Cina sangat berubah
bersama dengan masyarakat besar lainnya.
Dapat
disimpulkan bahwa perubahan adalah wajar atau normal dan perubahan
terjadi dimana-mana. Karena itu permasalahan perubahan sosial lebih
merupakan masalah tingkat perubahan itu sendiri dibanding masalah ada
atau tidaknya perubahan. Yang perlu diteliti adalah
pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa masyarakat tertentu dan pada waktu
tertentu menunjukan perubahan yang luar biasa cepatnya atau luar biasa
lambatnya; faktor apa yang mempengaruhinya dan bagaimana pengaruhnya.
Apakah ada tingkat perubahan optimal umat manusia.
2. Mitos tentang trauma
Pemikiran
yang menyatakan perubahan adalah abnormal sering dihubungkan dengan
pemikiran yang menyatakan bahwa perubahan adalah traumatis. Perubahan
dipandang sebagai siksaan, krisis, dan agen asing yang tak terkendali.
Spicer memberikan pandangan mengapa orang trauma dalam menghadapi perubahan penyebabnya adalah :
a. Perubahan itu dibayangkan dapat mengancam keamanan dasar.
b. Perubahan itu tidak dipahami masyarakat.
c. Perubahan itu terlalu dipaksakan.
Perubahan
bukanlah rintangan yang tak terelakan, kadang-kadang diwaktu lain orang
membuat perubahan, perubahan berkaitan dengan ketegangan yang dialami
oleh individu atau masyarakat. Perubahan yang cepat dapat menimbulkan
ketegangan yang luar biasa, Kenneth Kenison seorang ahli psikologi
berpendapat inovasi yang tidak henti-hentinya menandai kehidupan orang
Amerika merupakan bagian dari sumber ketegangan terdalam didalam
kehidupan bangsa Amerika. Alvin Toffler telah menciptakan ungkapan
goncangan masa depan (future shock) Riset yang dilakukan Vinohur dan
Selzer menemukan bahwa terdapat korelasi antara tingkat perubahan yang
dibayangkan dengan tingkat kegelisahan yang dialami, semakin besar
tingkat perubahan yang dibayangkan semakin tinggi tingkat kegelisahan
yang dialami oleh individu atau masyarakat itu sendiri.
Studi
lain disimpulkan oleh Strabuch, bahwa anggota organisasi akan menjadi
tidak bahagia jika berada dalam lingkungan yang terlalu stabil maupun
dalam lingkungan yang terlalu berubah-ubah.
3.Mitos perubahan satu arah dan Pandangan Utopia
Auguste
Comte dalam teori evolusi sosialnya menyatakan bahwa semua masyarakat
menuju pada tujuan yang seragam dan menempuh jalan yang seragam pula
untuk mencapai tujuan tersebut. Teori ini melukiskan urutan perkembangan
masyarakat pada urutan yang tak terelakan, yang menjurus ke arah tujuan
yang telah ditakdirkan sebelumnya.
Teori
ini beranggapan masyarakat yang menerima teknologi Barat, tak terelakan
akan meniru pula masyarakat Barat yang mengirim teknologi itu.
Dalam
pandangan Utopia berasumsi bahwa masyarakat industri modern
mencerminkan wujud tertingginya dalam prestasi manusia. Karena itu,
penyelesaian masalah dunia adalah terletak pada usaha membantu
negara-negara berkembang memodernisasikan dirinya secepat dan sebaik
mungkin sehingga serupa dengan Barat, dengan demikian negara-negara
berkembang akan segera menikmati perdamaian dan kesejahteraan.
Pandangan
ini banyak ditentang oleh sejumlah bukti penting, diantaranya
:Antitesis antara tradisional dengan modern adalah keliru.
Dalam
studinya di Cantel , Guetemala, Nash menemukan sejumlah besar kehidupan
tradisional berlanjut bahkan tumbuh subur pada tingkat lebih tinggi di
dalam proses industrialisasi.
Peranan
struktur kekeluargaan terhadap urbanisasi dan modernisasi memberikan
contoh yang baik tentang bagaimana tradisi Jepang telah membantu
perubahan. Urbanisasi di Jepang berlangsung menurut cara yang lebih
teratur dibanding dengan yang terjadi di Eropa maupun Amerika, dan
sedikit banyak ditentukan atau dikendalikan oleh organisasi keluarga.
Secara khas seorang anak laki-laki akan tetap tinggal di desa dan
mewarisi kekayaan keluarganya, sementara anak yang lain pergi ke kota
dan mencari kerja.
Karena
itu, tak ada konflik yang melekat antara aspek tradional dan aspek
modern, jadi tak ada alasan untuk menyatakan bahwa semakin modern suatu
bangsa semakin perlu melepaskan tradisinya.
Beberapa
faktor yang sering dihubungkan dengan pengalaman di Barat, mungkin
berkorelasi negatif dengan apa yang terjadi di negara-negara berkembang.
Pada tingkat perkembangan tertentu faktor-faktor seperti kemampuan baca
tulis, pertumbuhan media massa, pendidikan formal, dan urbanisasi
mungkin berkorelasi negatif dengan pertumbuhan terus-menerus. Pemerintah
negara berkembang mengalami situasi yang rumit berhadapan dengan
keinginan melaksanakan pembangunan pendidikan berskala luas, yang secara
politis penting tetapi disisi lain secara ekonomi tak mungkin
dilaksanakan karena akan mengganggu akumulasi kapital yang diperlukan
guna membangun ekonomi.
PENUTUP
Sosiologi
sebagai ilmu tentang tatanan sosial dan perubahan sosial lahir di
tengah pergolakan abad 19. Auguste Comte sebagai Bapak Sosiologi ,
menjadi bapak yang tidak hanya menjelaskan basis aktif struktur
masyarakat tetapi juga rangkaian perkembangan manusia.
Perspektif
baru tentang perubahan sosial berasumsi bahwa perubahan adalah normal,
wajar; bahwa pada dasarnya perubahan tidak mengandung trauma, bahwa
perubahan yang beraneka ragam terbuka bagi setiap masyarakat.