KATA
PENGANTAR
Dengan
nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah,
Tuhan Seru Sekalian alam. Shalawat serta salam hamba haturkan ke Haribaan
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Serta keluarga dan sahabatnya, semoga
beliau mendapat tempat yang sewajarnya disisinya. Amin ya robbal alamin.
Sebelum
kita membicarakan tentang ilmu batin/ ilmu hakikat/ ilmu tasyauf, maka terlebih
dahulu kita membicarakan tentang ilmu akidah/ pendirian kita dalam menelusuri
laut ma’rifat yang sangat dalam dan sangat berbahaya itu. Dalam perjalanannya
itu, kita harus mempunyai bekal untuk mengarung laut ma’rifat itu, apakah bekal
dan alat itu. Bekal itu ialah menyerah bulat-bulat kepada allah, dan
menyediakan waktu dan mengurang hawa nafsu kebendaan dan sanggup mengosongkan
diri dari kem auan hawa nafsu
sahwat yang tercela dan membesarkan himmah atau kemauan yang keras serta
sanggup menghadapi tantangan apapun jua bila perlu. Demikianlah orang yang
hendak mengenal Tuhan Allah s.w.t
RUKUN AGAMA ISLAM
Agama Islam
itu adalah agama yang murni. Kemurnian agama itu dibarengi oleh 4 rukun, itulah
dia yang disebut rukun agama.
Rukun agama itu
adalah :
- SARIAT
- TARIKAT
- HAKIKAT
- MARIFAT
Kalau yang empat perkara ini belum menyatu, maka
segala amal ibadah itu, amal ibadah yang palsu belaka (amal ibadah yang sia-sia
saja). Karena amal ibadah itu tidaklah berdiri sendiri saja, tentunya ada
syariat, tarikatnya, hakikatnya dan ada marifatnya. Jadi kesempurnaan agama ini
terletak kepada yang empat perkara tadi, inilah yang diesebut ilmu tauhid (ilmu
tasauf)
Rukun agama
tadi disebut juga dengan :
- ISLAM
- IMAN
- TAUHID
- MARIFAT
Tanpa
yang empat perkara ini belumlah lagi dikatakan Islam sejati dan iman yang
sempurna. Sempurnanya agama itu lantaran adanya: Islam, Iman, Tauhid dan Marifat.
Sekarang baiklah hamba teruskan kepada
rukun Islam.
RUKUN ISLAM
Rukun Islam itu
ada lima perkara :
- SYAHADAT
- SHOLAT
- PUASA
- ZAKAT
- HAJI
Dalam tiap-tiap
perkara mempunyai 4 bagian.
A. SYAHADAT
- SARIAT SYAHADAT
- TARIKAT SYAHADAT
- HAKIKAT SYAHADAT
- MARIFAT SYAHADAT
B. SHOLAT/SEMBAHYANG.
- SARIAT SHOLAT
- TARIKAT SHOLAT
- HAKIKAT SHOLAT
- MARIFAT SHOLAT
C. PUASA.
- SARIAT PUASA
- TARIKAT PUASA
- HAKIKAT PUASA
- MARIFAT PUASA
D. ZAKAT.
- SARIAT ZAKAT
- TARIKAT ZAKAT
- HAKIKAT ZAKAT
- MARIFAT ZAKAT
E. HAJI.
- SARIAT HAJI
- TARIKAT HAJI
- HAKIKAT HAJI
- MARIFAT HAJI
1. SYAHADAT.
- Syariat syahadat ialah : mengucapkan dua kalimah.
- Tarikat syahadat ialah : pada sholat sejatinya sedang melakukan tajli kepada Tuhan Allah.
- Hakikat syahadat ialah : hidup/hayat yang hakiki.
- Marifat syahadat ialah : agar supaya merasa dan melingkupi yang mencorong itu sama dengan ZAT dan Sifat Allah Taala.
2.
SHOLAT/SEMBAHYANG.
- Syariat sholat ialah : berdiri, ruku, sujud, duduk dll.
- Tarikat sholat ialah : tajli mutlak/sholat sejatinya.
- Hakikat sholat ialah : telah jelas adalah : Alif, Lam Awwal, Lam Ahir, Ha, katakanlah : Allah, tak salah lagi (narun, hawaun, maun dan tarobun).
- Marifat sholat ialah : sampai bertemu dengan NUR MUHAMMAD itu
( yaitu empat perkara yang itu
).
3. PUASA.
- Syariat puasa ialah : kita maklum adanya.
- Tarikat puasa ialah : menyatu dengan tajli.
- Hakikat puasa ialah : sudah pasti menahan nafsu: nafsu yang dimaksud disini yaitu kembali kepda nafsu yang hak.
- Marifat puasa ialah : harus bertemu dengan bulan purnama sidi
(bulan 14).
4. ZAKAT.
- Syariat zakat ialah : kita sudah maklum adanya.
- Tarikat zakat ialah : harus berdirinya/fananya mahluk dari ingatnya. Artinya ialah : harus ada tajli mutlak/Tuhan berdiri sendirinya.
- Hakikat zakat ialah : jangan sampai kita lupa/salah dalam akidah. Haruslah kita menjakatkan diri kita sendiri lahir dan batin.
- Marifat zakat ialah : harus bisa merasakan hilangnya jasmani seluruhnya lahir dan batinnya dalam keesaan Tuhan Yang Maha Esa.
5. HAJI.
- Sariat haji ialah : pergi ketanah suci mekkah.
- Tarikat haji ialah : sedang kita sholat atau waktu kita berada dibaitullah.
- Hakikat haji ialah : meleburkan dosa dengan jalan marifat.
- Marifat haji ialah : rohani dan jasmani telah menyatu dalam kesatuan yang mutlak (utuh).
Demikianlah
tentang rukun Islam yang lima perkara. Sekarang telah nyata kepada kita bahwa
rukun Islam pecah menjadi 20 rukun dan sifat dua puluh itu simpunnya kepada
sifat tujuh dan sifat Tuhan yang ada pada setiap dirinya dan sekarang baiklah
kita teruskan kepada rukun iman. Rukun iman itu ada 6 (enam) perkara.
RUKUN IMAN
Perihal rukun
iman itu ialah :
- AMMANTUBILLAH
- WAL MALAIKATIH
- WA KUTUBIHI
- WA RASULI
- WAL YAUMIL ACHIRI
- WA QADRI ACHIRI
WASARIHI MINALLAHI TAALA
Artinya ialah :
Aku percaya kepada adanya Tuhan Allah s.w.t.
Apakah cukup
dengan keyakinan begitu saja, apakah adanya yang ada itu berada di arsy atau di
langit sebelah ataukah berada di dalam surga. Kepercayaan orang seperti itu
adalah kepercayaan orang yang taklid atau buta, karena kebanyakan orang meraba-raba sendiri. Sedangkan dalil ada yang
mengatakan:
WANANHU AKROBU ILAIHI MIN HABLIL WARID
Artinya ialah: Dekat
urat lehermu dengan daging, maka dekat lagi tuhan itu.
Jadi makna rukun iman yang pertama
tadi harus begini dan tidak bisa dicari dengan dalil yang lain jadi Amantubillah
ini harus di artikan dengan: Sesungguhnya saya percaya bahwa kehidupan diri
sendiri, kehidupan ujud selama hidup ini adalah tanda adanya tuhan Allah SWT. Jadi
jelaslah kepada kita bahwa dunia ini pasti didalam ruanglingkup hidupnya tuhan.
Sedangkan sifat hidup itu adalah zat tuhan Allah.
- AMANTUBILLAH, artinya : aku percaya adanya Tuhan.
- WALMALAIKATIHI, artinya : percaya kepada malaikatnya.
- WAKUTUBIHI, artinya : percaya kepada kitab kitabnya.
- WARASULIHI, artinya : percaya kepada rasul-rasulnya.
- WAQADRI AKHIRI, artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala.
Sekarang
baiklah kita uraikan satu persatunya.
1. AMANTUBILLAHI artinya : percaya kepada
adanya Tuhan.
Belumlah
benar kalau belum dihalalkan, artinya kalau belum kembali kepada ruh lagi dan
perasaan lagi dekat kepadamu, daripada urat leher mereka sendiri. Jadi kita tak
usah repot mencari Tuhan : Tuhan ada pada kamu dimana saja engkau berada. Kesimpulannya
ialah : pandangan dan tatapanmu itulah tanda ADAnya Tuhan/YANG ADA.
LA MAUJUDA BI HAQQIN ILLALLAH,
artinya tidak ada yang maujud di dalam alam ini, kecuali Allah Taala. Demikianlah rukun iman yang pertama tadi.
2. WALMALAIKATIHI
artinya : percaya kepada malaikatnya.
Nah sekarang bagaimana sebenarnya percaya kepada para
malaikatnya? Pertama kita yakin bahwa malaikat itu ada. Cobalah tekadkan dan
telanjangi sekujur badan kita. Agar supaya cepat beriman kepada Tuhan Allah
s.w.t. Supaya jadi iman kepada Tuhan Yang Maha Agung, tatkala sedang menghadapi
sakaratulmaut nanti......dalil apakah yang bisa menolong untuk menyempurnakan
nyawa ?
Baiklah kita uraikan tentang ilmu iman kepada malaikat-malaikatnya. Bukankah
kita sudah tahu bahwa malaikat itu dalah utusan Tuhan Allah s.w.t. Jelaslah
sudah dengan usiknya utusan, tentu hiduplah yang memerintahkan : biarpun
sehelai bulu usiknya, begitu pula bertambah panjangnya bulu itu, semua itu
malaikat.
Malaikat itu bukan jirim dan bukan jisim. Tentunya terasa oleh kita bahwa
sedang tidur itupun, juga bulu memanjang akan tetap berlaku. Nah begitulah
kenyataanya malaikat pada diri kita ini,
tidak akan hilang dengan badan kita ini. Siang dan malam terus bekerja tanpa
hentinya. Jadi usahanya dalam melihat, mendengar, mencium, dan dalam berbicara:
mandornya ialah : JIBRIL, MIKAIL, ISROFIL, DAN IJROIL.
3. WAKUTUBIHI
artinya: percaya kepada kitab-kitabnya.
Jadi yang benar benar percaya kepada kitab kitabnya itu seperti Al Qur’an,
harus dirangkap dengan tulisan wujud kita ini. Jadi begini, kalau kita belum
mengetahuinya, kita harus percaya kepada takdir yang sudah tertulis kepada diri
kita sendiri. Kita harus yakin dengan adanya takdir Tuhan itu. Tulisan wujud
kita ini sesungguhnya, kalau kita sudah ainal yakin dan hakkul yakin; kita bisa
sadar dalam menghadapi apapun juga. Karena pohon ilmu itu adalah sabar dan
ridha. Tentunya semuanya sudah tertulis di Lukhmakhfudh. Jadi iman kepada kitab
kitabnya itu umum.
Persoalan diluar Al Kitab, manusia tak ada yang diluar kitab, tetapi amat
sulit mencapainya. Itulah yang disebut : MAKHSYAF,
yang tiada huruf, tiada suara dan tiada kata-kata. Ini adalah RAHASIA yang amat
dalam dan amat dahsyat, dan tidak
seorangpun yang mendapatkannya, kecuali Tuhan itu sendiri. Kehendak Tuhan tidak ada yang menghalanginya. Dia sanggup
merubah apa yang tidak dapat dirubah oleh mahluk. Sedang perubahan yang ada
pada mahluk ini adalah perubahan pada sangkamu saja. Tuhan kuasa menghidupkan
yang mati, dan mematikan yang hidup. Fahamkanlah wahai sekalian tholib ‼.
4. WARASULIHI
artinya : percaya kepada Rasul-Rasulnya.
Memang kita percaya kepada semua nabi-nabi dan rasul-rasul, itupun tak ada
salahnya, memang dalam bentuk nyawa, memang demikian. Tetapi karena sudah pada
wafat semua, sudah lestari, maka tinggal percaya itu yang berbalik kepada
wujud, yaitu kepada hakikatnya badan yang kita sesungguhnya percaya kepada rasa
wujud kita. Seperti rasa melihat, rasa
mendengar, rasa pengucap, rasa mencium. Coba saja kita rasakan,............. bagaimanakah
kita percaya kepada rasa wujud kita ini? Kalau kita mencicipi garam, sudah
tentu rasa mulut ini akan merasa asin tentunya. Tidak mungkin merasakan yang
lainnya, selain rasa asin itu tadi.
Demikianlah pula dengan yang lainnya seperti : pendengaran tidak mungkin salah
lagi. Juga seperti penglihatan, pencium
dan pengucap. Semuanya dapat kita rasakan dengan perasaan kita. Disinilah orang
tidak banyak FAHAM arti rasul yang
sesungguhnya. Padahal rasul atau utusan itu ada pada kita jua. Makanya kita
selalu mengatakan dua kalimat syahadat itu, harus tahu rahasianya. Kalau Tuhan
mengatakan : Aku naik saksi, tiada Tuhan melainkan Aku dan Muhammad itu
utusanKu. Maka kita pun demikian pula adanya, kalau lain dari pada itu, maka
tersalahlah marifat kita. Orang kebanyakan salah memahami tentang arti rasul
yang sebenarnya, mereka mengira rusul itu hanya ada pada nabi nabi, seperti
Muhammad itu utusanKu, yaitu Muhammad marifat. Karena setiap insan kamil mempunyai utusan
(rasul) pribadi.
Disinilah letaknya nilai dan barang yang bernilai itu letaknya dalam
pribadi masing masing. Inilah arti percaya kepada RASUL-RASUL.
5. WAL YAUMIL AKHIRI artinya: Percaya
kepada hari kiamat yang terakhir yaitu hari kiamat (hari pembalasan).
Kiamat besar hanya kita yakini: dan kiamat kecil dapat kita rasakan masing
masing. Pertama kiamat diri, yaitu hancur leburnya kedalam Nur Muhammad, dan
hingga sirna dan tuntas sampai tiada rasa lagi memiliki ujud lahir dan batin dan
akhirnya manunggal dengan kemaha agungan Tuhan.
Kiamat diri yang kedua ialah : Dikala sakaratulmaut telah tiba. Inilah yang disebut kiamat sugro,
sedangkan kiamat kubro adalah kiamat yang sebenarnya. Inilah pengertian
walyaumil akhiri itu tadi.
6. WAQODRI AKHIRI artinya: percaya kepada
untung baik dan untung jahat datang daripada Allah jua.
Maksudnya
segala perbuatan yang berlaku didalam alam ini adalah perkara perbuatan Allah
Taala. Allah yang menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu dan yakinlah bahwa
kita ini tidak mempunyai daya dan upaya, kecuali dengan kuderat dan iradat
Allah Taala jua adanya. Maka dengan adanya rukun iman yang keenam ini, tentunya kita menjadi sadar akan
diri kita ini. Kesadaran itu timbul karena marifat dan marifat itu timbul
karena terbuka hijab (dinding).
Orang ahli hakikat yang telah lupa kepada mahluk, karena langsung melihat
Allah saja yang hak, mereka lupa dari sebab musabab, karena teringat kepada
yang menentukan sebab dan yang menjadikannya. Orang ini sebab hamba yang
menghadapi hakikat yang nyata baginya, terang cahayanya dan sedang berjalan
pada jalannya.
Telah sampai pada puncaknya, hanya ia sedang tenggelam dalam cahaya, sehingga tidak kelihatan bekas bekas
mahluknya lagi dan lebih banyak lupanya terhadap alam, dari pada ingatnya
kepada mahluk dan bertemunya daripada renggangannya, dan lenyaplah dirinya dari
tetapnya perasaannya dan lupanya terhadap mahluk daripada ingatnya pada mereka.
Demikianlah seorang ahli hakikat yang telah fana zahirnya dan fana batinya
kepada yang hak dan siapa telah fana dengan Allah, maka pasti ia lupa atau goib
dari segala sesuatu. Orang ini pandangannya Allah semata. Siapa dalam tauhidnya
itu merasa seolah olah sebagai hasil kepintarannya sendiri, maka tauhidnya
belum benar-benar adanya dan tauhidnya tidak dapat menyelamatkan dirinya dari
api neraka.
ILMU
TASYAUF
Bertemunya
manusia kepada Tuhan dan sampainya kepadanya, itulah puncak harapan, dan dengan
itulah dia mencapai kebahagian dan kerajaan besar, bahkan dengan itulah dia
akan lupa dan terhibur dari sesuatu selain Allah Taala. Hilangkan pandangan
mahluk kepadamu, karena puas dengan penglihatan Allah kepadaMu dan lupakanlah
perhatian/menghadapnya mahluk kepadamu, karena melihat bahwa Allah menghadap
kepadamu. Nikmat itu meskipun beraneka bentuknya hanya disebabkan, oleh karena
melihat dan dekatnya kepada Allah.
Demikian
pula siksa itu walau bagaimanapun aneka ragamnya, hanya karena terhijab dan
sempurna nikmat itu, karena melihat kepada zat Tuhan yang maha mulia.
Maha
suci Allah yang sengaja tidak memberi tanda kepada walinya, kecuali sekedar
untuk mengenal kepadanya. Sebagaimana tidak menyampaikan dengan mereka, kecuali
kepada orang yang hendak disampaikannya untuk mengenal Allah, itulah hikmahnya
yang maha tinggi dan siapa benar-benar sudah mengenal kepada Allah, maka
pastilah dapat melihatnya dalam tiap-tiap sesuatu.
Tiada
suatu nafas yang terlepas daripadamu, melainkan disitu pula adanya takdir Allah
diatasmu. Semua manusia dalam alam ini sudah tergambar dalam atau di Lukhmakhfud.
Tidak ada kehendak mahluk yang mesti berubah. Perubahan itu hanya dalam pandangan
sariat. Sedang dalam pandangan hakikat, hanya Allah Yang Maha Mengetahuinya. Jadi
kesimpulannya ialah kehendak mahkluk adalah terbatas, sedang kehendak Allah
tidak ada yang membatasinya.
Maka
daripada itu orang yang FAHAM ialah orang yang bergembira dalam hidupnya, bergembira dengan Allah dalam setiap nafasnya
yang keluar masuk. Orang yang sudah faham ialah tidak menanyakan lagi apakah
boleh berubah atau tidaknya, dia telah sunyi dengan Allah. Maksudnya ialah
sudah satu iradat dengan TuhanNya, tidak ada lagi duanya.
Apabila
sudah manunggal denganNya, maka nyatalah Allah yang berlaku dalam segala hal.
Karena lapang dan sempit ada pada Allah saja. Andaikan Allah membukakan NUR
seorang wali yang berbuat dosa umpamanya niscaya cahaya yang memenuhi antara
langit dan bumi. Apabila dengan Nur cahaya seorang wali yang taat tentu dapat
kita membayangkan, bukan?
Andaikan
Allah membukakan hakikat kewalian seorang wali, niscaya akan disembah orang.
Sebab ia telah bersifat dengan sifat Allah dan siapa yang tidak puas dengan
pendengaran dan penglihatan Allah dalam amal perbuatan dan dalam perkataanya,
maka pasti orang itu kemasukan ria atau masih terdinding dengan Allah.
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu. Padahal
Allah yang menzahirkan atau menampakkan segala sesuatu. Bagaimana mungkin akan
dihijab oleh sesuatu. Padahal Allah yang
nampak zahir pada segala sesuatu.
Bagaimana
akan mungkin dihijab oleh sesuatu. Padahal dia jelas dari segala sesuatu. Bagaimana
akan dihijab oleh sesustu, padahal Allah lebih dekat kepadamu dari segala
sesuatu. Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal dia yang terlihat
dalam tiap tiap sesuatu. Sesungguhnya yang menghijab engkau daripada melihat
Allah itu, karena sangat dekatnya Allah kepadamu. Allah yang menzahirkan segala
sesuatu, karena Allah yang bersifat batin dan Allah yang melihat adanya segala
sesuatu, Sebab Allah itulah yang johir atau yang jelas pada tiap-tiap sesuatu.
Bagaimana Allah akan terhijab dengan sesuatu, padahal sesuatu yang terlihat itu
semata-mata nur ilahi dan pada segala tempat Allah berada dan tetap hadir dan
tak pernah goib. Andaikan Allah tidak johir pada benda-benda alam ini, tidak
mungkin adanya penglihatan padanya dan andaikan Allah menzahirkan
sifat-sifatnya, pastilah lenyap alam bendanya. Bagaimana akan mungkin dihijab
oleh sesuatu, padahal andaikan tidak ada Allah, niscaya tidak akan ada segala
sesuatu. Demikianlah kebijaksanaan Allah atas semua mahluknya dan hambanya.
Manusia
ini ada dua macam: Pertama ada yang mendapat karunia Allah sehingga ia berbuat
taat kepada Allah. Maksudnya ialah mengerjakan suruhan dan meninggalkan tengahNya. Yang kedua adalah dengan taatnya
kepada Allah sehingga kebesaran karunia Allah.
NUR
IMAN SEORANG SUFI
Dengan
Nur cahaya matahari, engkau dapat melihat benda benda alam ini. Tetapi dengan
Nur cahaya iman keyakinan yang mendalam, engkau dapat langsung melihat Allah
yang menjadikan benda alam ini. Amal perbuatan apakah yang paling dekat kepada
murka Allah? Amal yang tidak disukai Allah ialah karena melihat kepada dirinya sendirinya dan
lebih jahat lagi kalau ia menuntut upah balasan itu karena amalnya. Bagaimana
engkau minta upah atas amal perbuatanmu? Sedangkan engkau sendiri tidak ikut
berbuat?
NUR IMAN SEORANG SUFI
Nur
itulah yang menerangi dan basyirah atau matahari itulah yang menentukan hukum dan
hatilah yang melaksanakan dan menggagalkannya. Nur itulah yang menerangi baik
atau buruk lalu matahari ditetapkan hukum dan setelah itu maka hatilah yang
melaksanakan atau mengagalkannya. Sebab hati itu ruhani dan ruhani itu ialah
yang bersifat ketuhanan atau lahud.
Alam
ini berupa kegelapan, sedang yang meneranginya hanya karena tampaknya Allah
padanya. Maka barangsiapa yang melihat alam, tapi tidak melihat Allah
didalamnya, atau sesudahnya maka nyatalah orang itu buta mata hatinya.
RIWAYAT
AL HALLAJ
Riwayat
Al Hallaj pada hakikatnya adalah riwayat perjuangan yang hebat diantara ulama
fikih dengan ulama tasauf. Atau boleh juga dikatakan pertentangan antara ulama
ahli zahir dengan ulama ahli batin. Ulama - ulama yang terkenal hanya mementingkan
hukum hukum lahir semata putaran pikirannya hanya bersandar kepada otak semata
(mantik). Sedngkan pikih itu artinya
faham dan segala sesuatu itu hanya diperhitungkan kepada otak. Perkataan perkatan
atau pendapat yang hanya berdasarkan pengalaman batin dan kehalusan perasaan,
memang tidak senantiasa dapat diterima oleh otak atau akal semata.
Itulah
sebabnya maka ahli ahli kebatinan itu
dituduh tersesat jalan katanya. Tetapi sebaliknya ulama ulama yang mementingkan
kebatinan itu berfikir lebih bebas dan luas. Mereka telah menyelami lubuk jiwa
yang mendalam. Baginya yang terpenting ialah tumpah ilham dari alam goib.
Kadang
kadang bagi mereka hukum hukum fikhih yang lahir itu yang kebanyakan hanya terdapat
dari fikiran manusia semata, tidaklah selalu dipegangnya. Kadang kadang mereka
tidak mau terikat oleh satu mazhab yang telah dipilih oleh kaum fikih. Empat
mazhab yang terkenal yaitu: Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’i: Mereka pandang
kadang-kadang mengikat kebebasan
kebebasan jiwa mencari Tuhan Allah s.w.t dan kadang mazhab yang satu
menyalahkan yang lainnya, karena mencari pangkat dan kedudukan dalam kerajan.
Orang orang jahil kebanyakan, lebih tertarik kepada ulama - ulama yang
berpengaruh di dalam pemerintahan kerajaan. Ulama fikih itu telah bergelar ahli
kulit atau Arbabulrusum (hanya membaca yang tersurat).
Demikianlah
Al Hallaj pada zamannya. Menurut ajaran beliau, bilamana kebatinan seorang
insani telah suci bersih didalam menempuh perjalanan dalam hidup kebatinan,
akan naiklah tingkat hidupnya itu dari satu makam kemakam yang lain, misalnya:
muslim, mukmin, salihin dan mukarrabin.
Mukarrabin
artinya: orang yang paling dekat kepada Tuhan. Diatas dari tingkat itu mereka
tibalah dipuncak, sehingga menunggal dengan Tuhan. Tidak dapat lagi dibedakan
diantara asyik dengan mas’syuknya. Apabila keTuhanan itu telah menjelma dibadan
dirinya, maka tidaklah lagi kehendaknya yang berlaku, melainkan kehendak Allah.
Ruh
Allah telah meliputi dirinya, sebagaimana yang telah meliputi akan Isa anak
Maryam. Maka apa yang dihendakinya akan terjadi. Bagaimana sifat persatuan itu?
Kadang kadang dikatannya sebagai persatuan chamar (arak) dengan air. Dan kadang-kadang
sebagai persatuan api dengan besi seketika dibakar sehingga merah. Sehingga
apabila tersinggung salah satu, tersinggunglah pula yang lainnya. Disinilah
pangkal perkataannya , ANAL HAQ
(sayalah kebenaran itu).
Karena
kebenran adalah salah satu dari nama Tuhan Allah. dan katanya pula : WAMA FIL DJUBBATI ILLALLAH. dan tidak
ada dalam jubah, melainkan Allah. Sedemikian jelas dasar kepercayaan sufinya
tentang persatuan diantara asyik dan ma’syuknya itu, namun diwaktu yang lain
keluar pula perkataan yang berbeda dan
berlawanan sekali dengan penjelasan yang pertama itu tadi. Ketika pertama telah
jelas dia berkata tentang persatuan itu, yang merupakan seperti faham
panteisme. Tetapi ditempat lain dia berkata pula: keinsananku tenggelam kedalam
ketuhananmu: tetapi tidak mungkin percampuran. Sebab ketuhananmu itu senantiasa
menguasai akan keinsananku dan katanya pula: Barangsiapa menyangka ketuhanan
bercampur dengan keinsanan jadi satu, atau keinsanan masuk kedalam ketuhanan,
maka kapirlah orang itu. Sebab Allah Taala iti berdiri dalam zatnya dan
sifatnya daripada mahluk dan sifatnya pula. Demikianlah pendirian beliau
adanya. Apakah berlawanan fahamnya sendiri?
Hulul
adalah tidak beranjak daripada pendirian
Al Hallaj. Tuhan mungkin menjelma kedalam insan, laksana bersatunya api
dengan besi telah sanggup memfanakan dirinya kedalam Tuhan dengan pensucian
ruh. Waktu itu ruh Allah masuk kedalam badan insani. Maka dikala segala
perbuatan dan iradat insani tadi, menjadilah perbuatan dan iradat Tuhan Allah. Tegasnya
ialah: Insan ain Allah dan Allah ain insan. Apatahlagi pernah ditegaskannya,
bahwasanya manusia itu pada hakikatnya adalah : TUHAN ALLAH. Sebab insan dijadikan TUHAN
menurut bentuk dan surahnya sendiri. Itulah sebabnya kata beliau: Tuhan Allah
menitahkan kepada para malaikat supaya sujud kepada ADAM (bapak sekalian
manusia). Cukuplah kiranya sampai disini saja dahulu kita membicarakan tentang
Al Hallaj dan sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang NUR
MUHAMMAD. Sebelum membicarakan tentang NUR MUHAMMAD, baiklah hamba uraikan
tentang ayat yang berbunyi: ”KHALAQTUKA
LIADJLI WA KHOLAQ TUL ASNI LIADJLIKA, Artinya ” WAHAI MUHAMMAD, engkau jadi
daripadaKu dan semesta sekalian alam, karenamu ya Muhammad.
Demikianlah
ayat ini sebagai bukti nyata kepada kita untuk mengenal hakikat Muhammad atau
NUR MUHAMMAD.
NUR
MUHAMMAD
Beliaulah
yang mula mula sekali menyatakan bahwasanya kejadian alam maya pada ini, pada
mulanya ialah daripada Hakikat Muhammad atau Nur Muhammad.
Nur
Muhammad itulah asal segala kejadian. Hampir samalah perjalanan persamaannya
dengan renungan ahli filsafat yang mengatakan bahwa yang mula terjadi ialah:
akal pertama. Menurut katanya nabi Muhammad itu terjadinya dua rupa: yaitu rupa
kadim dan azali. Dia telah terjadi sebelum terjadinya seluruh yang ada ini.
Daripadanya dizauk segala ilmu dan irfan dan yang kedua ialah: rupa sebagai
manusia, sebagian rasul dan nabi yang diutus Tuhan. Rupa yang sebagai manusia
itu menempuh maut. Tetapi rupanya yang qadim tetap ada meliputi alam
seluruhnya.
Maka daripada nur rupanya yang qadim itulah
diambil segala nur buat menciptakan segala nabi nabi dan rasul rasul dan aulia
dan anbiya. Dalam hal ini kejadian dialah yang awal, dalam hal kenabian dan Dialah
yang batin dalam hakikat dan dialah yang lahir dalam marifat. Pendeknya Nur
Muhammad itulah pusat kesatuan alam, dan pusat kesatuan nubuat segala nabi-nabi.
Segala macam ilmu, hakikat dan nubuat
adalah pancaran belaka dari sinarnya.
KITAB
SUCI AL QUR’AN
Marilah
kita gali sedalam dalamnya isi Al Qur’an itu yaitu dengan bantuan dan pertolongan Tuhan
jua kapada kita ini. Janganlah kita hanya mengaji kulit luarnya saja, sedangkan
diri kita sendiri selalu ditutupi oleh keindahan lahir semata dan kita kadang
kadang hanya berlomba lomba menjalankan ibadah lahir seindah mungkin. Menyembah
dan memuji kepada Allah dengan dihiasi lagu lagu pariasi dengan keindahan dan
dengan segala kebanggan.
Tetapi
tidak luput dari kelupaan kepada Allah. Karena semua itu belum ketemu dengan
yang Hak dan semua itu mencukupi dalil Al Qur’an yang termaktup didalamnya.
Dalil mengatakan : ” Wabuda Robbaka Hatta
Yatiyakal Yakin” artinya: kalau engkau menyembah kepada Tuhan haruslah
ainalyakin. Maksudnya harus tahu serta waspada kepada Tuhan. Janganlah hanya
dikira kira saja; janganlah seperti dijudikan didalam hatinya; bahwa Tuhan itu
ada diatas arsy atau diatas Qursyi atau
dilangit.
Apakah
mereka akrab dengan segala bentuk jisim didalam dunia ini, kan sudah tidak ada
diantaranya lagi, sebab itu renungkanlah wai segala tholib? Apakah yang akrab
dengan ujud jasmani kita ini? Marilah
kita jawab bersama sama pertanyaan ini. Siang dan malam kita tidak pernah
terpisah. Apakah tuhan itu ada disetiap hambanya/manusia? Memang itu ada tapi
hati-hati jangan sampai kita keliru
dalam tekad dan iman keyakinan.
Tuhan
itu adalah zat yang lainnya kamislihi dan tidak ada perumpamaan baginya, lihat
saja wajah manusia tidak ada yang sama. Ayat itu tadi hanya dapat diartikan
dengan wajah satu persatunya. Tetapi tidak dapat diartikan dengan zat dan sifat
Allah yang ada pada setiap diri pribadi kita masing-masing.
Karena
zat dan sifat itu tiada lain. Apabila
kita memndang kepada sifat sifat Allah; maka langsung terpandang kepada
empunya sifat itu tadi. Lihat contoh: kita berdiri dimuka kaca cermin, apakah
yang kita lihat? Tentunya bayangan ujud kita sendiri bukan? Mustahil bagi Allah
berlainan bayang bayang dengan empunya
bayang bayang, dan mustahil pula zat dengan sifat itu berbeda ujud,
wajah dan zat yang maha agung yang maha mulia. Dalil mengatakan : ” Al Insanu Sirri Wa An Sirrohu” artinya:
Insan itu rahasiaKu dan Akupun
rahasianya dan lagi : ” Al Insanu Sirri
Wa An Sirri, Sifatin Wasifatun Lagoirih” artinya ialah: Insan itu
rahasiaKu, dan rahasiaKu itu sifatKu, dan sifatKu itu tiada berlainan dengan
zatKu. Demikianlah penggalian secara mendalam dan menurut isi yang sebenarnya.
Jadi
kesimpulannya ialah: Hidup kita inilah kekuasan Tuhan, yaitulah yang disebut
hakikat Muhammad itu tadi. Hakikat Muhammad itu ialah: utusan Tuhan. Oleh
karena itu haruslah dicari sampai dapat sifat hidup yang sejati, yaitu hidupnya
ilahi Robbi yang abadi dan azali dan tidak terkena rusak yaitu: zat yang suci
yang disebut Hakkullah: tempat kita kembali dan tempat asalnya manusia marifat,
sebagai kesempurnaan sejati kita. Sekarang apakah yang disebut Hakkul Adam? Hakkul
Adam ialah; alam dunia ini. Jadi kalau
belum marifat, tentunya tidak bisa kembali kepada Hakkulah itu tadi.
Seorang wali itusudah tetap didalam hak Allah, yaitu didalam zat Allah Taala.
Apakah yang sebenarnya yang disebut hak Tuhan itu? Hak Tuhan yang sebenarnya
ialah:
PANDANGAN DAN
TATAPAN HUDUP KITA INI.
Jadi
bagi yang sudah kembali kepada hak Allah; sesungguhnya mereka merasa tidak
merupakan rasa terpisah dengan Tuhannya, sebab sudah: WAHUWA MA’AKUM, artinya; berbaring siang malam. Kalau sudah berbaringan
hamba dengan Tuhannya; inilah yang disebut cinta sejati dan mutlak. Cinta
hakiki dan kepaduan mutlak. Cinta kedalam Tuhan adalah kecintaan Tuhan. Titik
tujuan terakhir dalam perjalanan kita
ini ialah; CINTA (cinta tidak bertepuk sebelah tangan). Cinta berbalas
cinta, itulah yang sebenarnya cinta.
Sekarang
berkisar pula kepada membicarakan tentang huruf yang menjadikan lafat Allah.
Darimanakah asalnya sampai ada lafadz Allah itu? Baiklah kita uraikan satu
persatunya.Huruf dan lafadz Allah itu ada empat rufa. Rupanya ialah; Alif, Lam Awwal,
Lam Ahir, dan Ha. Tentunya pada awalnya dan pada asalnya ialah: dari zat dan
sifat Tuhan Allah jua adanya. Jadi disini arti zat itu adalah kenyataan sifat.
Yaitu RUPA dan bentuknya; itulah yang disebut johar awal tadi.
Dengan
terang benderang sifatnya, maka keluarlah kenyataannya; yaitu keluarlah cahaya
yang 4 itu. Itulah yang disebut Nur Muhammad atau dengan kata lain itulah yang
disebut ADAM HAKIKI. Inilah sebagai bahan baku alam dunia ini. Yaitu yang
disebut: NARUN, HAWAUN, MA’UN, dan TAROBUN.
- NARUN ialah :
cahaya merah.
- HAWAUN ialah
: cahaya kuning.
- MA’UN ialah :
cahaya putih.
- TAROBUN ialah
: cahaya hitam.
Jadi yang empat
falsafah ini disebut: Alif, Lam, Lam, Ha itu tadi. Sedangkan yang kelima ialah;
terang benderangnya TASJID. Maka yang
empat itu tadi disertai dengan TASJID, lalu berbentuklah lafadz Allah.
Beginilah
asal usul asma Allah itu; dan itulah asal bibit yang bertebaran bagaikan cahaya
safak diwaktu fajar. Kemerlipan cahanyanya meliputi tujuh petala bumi dan tujuh
petala langit, beserta seluruh isinya. Didalam hadits ada dikatakan; Bahwa
semua itu seluruhnya asal dari Tuhan. Nah dari sanalah sesungguhnya dari NUR
yang empat itu tadi dan yang kelima itu
tadi disebut dengan nama JOHAR AWWAL.
Disini
hamba beritahukan pula bahwa yang disebut TASJID itu tadi ialah; HAKIKAT MUHAMMAD. Jadi
nyatalah kepada kita bahwa dunia ini hanyalah bayangan zat Tuhan yang maha
besar. Demikian pula bahwa diri kita yang lahir ini hanyalah bayangan diri kita
yang batin. Itulah zat Tuhan yang Maha Agung yang ada diseluruh semesta alam
ini. Baik alam besar, maupun alam kecil (mikrokosmos dan makrokosmos). Sekarang
hamba beri contohnya: Seumpama sorot matahari dihalangi oleh salah satu kaca;
bayangannya tentu saja akan menjadi api, api jadi jadian yang terasa panas,
oleh karenanya merusak kepada diri kita, bisa bisa kita hangus terbakar.
Mengapa
kalau dari bibitnya matahari itu tidak akan membahayakan kita, bahkan kalau
kita dekati matahari; umpanya kita naik keatas gunung, yaitu kepuncak gunung
yang tinggi, disitu kita akan merasakan sejuk dan dingin. Makin dekat matahari
makin enak, dan makin terasa nikmatnya. Inilah hanya contoh supaya kita tetap
mendekat dengan zat Tuhan yang maha agung. Demikianlah contoh yang dapat hamba
gambarkan. Jadi kesimpulan kaca itu tadi ialah: sebagai kaca penghalang, itulah
bukti ujud jasmani kita ini, ia menutupi zatNya. Baiklah hamba bawakan sebuah
dalil yang berbunyi: LA IJABAKA DAN ILLA WUJUDIKA FAFNIL ANIL WUJUD
TAKUN WASILAN, artinya: Bagi Tuhan Yang Maha suci itu tidak ada yang jadi
hijab/dinding. Maka nyatalah bahwa yang menjadi hijab/dinding itu adalah:
adanya wujud kita yang betah didalam ADAM, dan yang belum kembali kepada kemaha
sucian Tuhan Allah s.w.t.
FIRMAN ALLAH
S.W.T.
Kalau engkau
benar benar hendak melihat AKU; hapuslah dahulu wujudmu itu, sampai sampai
jangan berbentuk lagi, dan jangan berupa lagi. Dan jangan sampai memiliki rasa
yang ada, dan rasa ada ujud bumi dan langit, sebab AKU ini NAFI DAN ISBAT.
Demikianlah
firman Tuhan itu, supaya kita berani terjun kedalam lingkungan haderat muhabbah
Tuhan Allah s.w.t.
CINTA
HAKIKI
Jangan
jauh jauh engkau mencari ajaran. Karena ajaran ajaran itu telah berada didalam
dirimu sendiri. Bahkan seluruh dunia ini
telah berada dalam dirimu sendiri. Jadikanlah dirimu itu, CINTA sejati dan
abadi. Dengan cinta itu kau dapat melihat dunia.
Arahkan
pandanganmu dengan tajam dan dengan keheningan parasmu nan elok rupawan, kepada
siang dan malam. Karena apakah
kenyataannya ? Segala sesuatu yang tampak disekeliling kita adalah akibat
perbuatanNya.
Oleh
karena itu jelaslah sudah, bahwa Tuhan beserta kesucian yang murni dan abadi
berada dalam kecintaan. Bila engkau telah berada dalam cinta; engkau tidak akan
menemui kesulitan itu lagi, asalkan masuk dan keluarnya telah jelas bagimu.
Pengertian tentang hal ini sangat terbatas sekali. Dia sama sekali tidak
berbentuk seperti sangkamu. Dia tidak tampak oleh orang biasa (orang awam).
Tetapi Dia tetap ada dan tetap hadir.
Tetapi
bagi orang yang berahir dalam pandangannaya, maka tampak sesuatu yang benar dan
agung. Dan ketika dipandangnya ujud itu, maka dengan jelas tampak membayang
ujud yang sebenarnya. Antara Dia dan ujud ini tidak ada bedanya.
Dia
tidak tampak karena terdesak oleh gerakan gerakannya sendiri dari seluruh alam
ini. Jadi bedanya tidak tampak pada sumbernya. Perkara ini walaupun kita
bicarakan siang dan malam, tetapi jika orang belum pernah memperoleh ajaran
rahasia ini, tetapi tidak ada faedahnya (tidak ada gunanya).
Jika
engkau sedang sholat umpanya: sedangkan kehadirannya tidak pernah ada
dihadapanmu. Maka kehadiranmu anggaplah kehadiran Yang Maha Agung. Tetapi
sebaliknya: bahkan keadaanmu itu kau anggap seperti tidak ada. Sebab ADAM itu
artinya: tidak ada. Adampun tiada mauujud dengan sendirinya, ia mauujud dengan
ujud Allah Taala yang hakiki, dan fana dibawah ujudnya.
Maka
jelaslah kepada kita bahwa hilang diri atau ingsun itu melahirkan seorang insan
kamil atau Muhammad insan kamil. Persembahan seorang insan kamil, tidaklah
mengenal waktu. Semua gerak lakunya digunakan untuk beribadah. Sikap diamnya dan
bicaranya dan gerak tubuhnya, bahkan bulu romanya, kotoran dan kencingnya,
semuanya diperuntukkannya sebagai ibadah memuji Tuhannya. Inilah sholat dhoim
namanya. Cukuplah sekian dahulu adanya, insya Allah dilain waktu dan kesempatan
akan kita sambung lagi. Assalamu Alaikum wr.wb.
BISIKAN
RINDU
YA ALLAH, YA
ROBBI?
LISANKU KELU
MEMBISU SERIBU KATA.
BADANKU
MEMBUJUR SEKUJUR BUMI.
ROHKU MELAYANG
JIWA INSANI.
MENUJU TUHAN
ROBBUL IZATI.
YA, ILAHI
ROBBI?
KEMANAKAH AKU
MELAMPIASKAN RINDUKU.
PENUH SESAK
DIRONGGA KALBU.
BENAK HATI
MENUSUK DADAKU.
BILA MELEDAK
MEMBUAT MAHLUK LARI DARI KENYATAANKU.
ILAHI?
DUNIA INI
DENGAN UNAK DAN DURI.
SETIAP
KUMELANGKAH TERGORES DIHATI.
NAMUNKU BETAH
BERDIAM DIHAK ADAMI.
JIWA KOSONG,
HAMAPA, BAGAIKAN TEGAK PADI TAK BERISI..
ALLAHUMA, TA
TUHANKU.
KINI DAKU INGIN
MENCINTAIMU YA TUHAN.
KAN TIDAK
ENGKAU TOLAK YA TUHANKU?
DAKU TAK DAPAT
HIDUP BAHAGIA TANPAMU TUHAN.
KEBAHAGIAN DAN
KECINTAAN ADA PADAMU TUHAN.
TUHANKU?
SIANG DAN MALAM
RINDUKU PADAMU YA TUHAN.
AIR MATAKU
BERLINANG BAGAIKAN MUTIARA BERTABURAN.
BADANKU LESU
BAGAIKAN POHON TAK DISIRAMI HUJAN.
JIWAKU MERINTIH
BAGAIKAN HUJAN GERIMIS DIMALAM KELAM.
OH, TUHANKU?
BALASLAH
CINTAKU PADAMU, OH TUHAN.
KALAU CINTA ITU
TELAH MENYATU DALAM KECINTAANMU.
SIAPAKAH YANG
MENCINTAI ENGKAU LAGI, YA TUHAN?
CINTA YANG
TUNGGAL TAK MAU DIBELAH DUA.
DIA SATU, DALAM
KESATUAN SEMESTA.
YA, ALLAH,
TUHAN PEMURAH?
BIMBIMGLAH DAKU
YA TUHAN, KEJALANMU.
JALANKU SURUT,
MENUJU RIDHAMU YA ILAHI.
HAMPARKANLAH
RACHMATMU DIHARIBAANKU.
AGAR AKU DAPAT
BERJALAN DIATAS KEMULIANMU.
ALLAHUMA, YA
TUHANKU.
KINI DAKU
MENIKMATI DALAM CAHAYAMU.
PENUH ASYIK,
LUPA DENGAN DUNIAKU SEMULA.
KARENA ASYIK
DALAM CINTA, LUPA TUGAS SARIAT NYATA.
YANG UTAMA
BAGIKU; HANYA MESRA DIDALAM CINTA.
OH, KEKASIHKU?
KEMESRAAN DALAM
CINTA, MEMBUAT TAK TAKUT AKAN NERAKA
DAN AKU KINI
TAK INGIN SORGAKU LAGI.
KARENA SORGA
ITU TELAH BERADA DIDALAM CINTA
CINTA ITU
SUDAHLAH SORGA DALAM FAHAMKU.
KEKASIHKU?
KINI DAKU
TERLENA OLEH PELUKAN MESRAMU.
DUA BADAN
MENJADI SATU DALAM SELIMUTMU.
YAITU SELIMUT
KEBESARAN DAN KEMULIAAN.
DAKU KARAM
DALAM LAUTAN CINTA HAKIKI.
YA, ALLAH
ROBBI?
ENGKAU BERADA
DALAM CINTA.
DIMANAKAH
TEMPATKU SEKARANG INI?
JISIMKU TELAH
FANA, DAKU TIADA DISANA.
HANYA ENGKAU
TUNGGAL SEMATA.
OH TUHAN,
ROBBUL IZATI.
PASANG SURUT
IMAN INZANI.
IMAN HAK
LANGGENG DIBUMI.
ACHIRAT KEKAL,
CINTA BERSEMI.
ALMAGFIROH
ANUGRAH ILAHI.
YA, ALLAH TUHAN
PENGASIH?
SELIMUTILAH
DENGAN KEBESARAN DAN KEMULIAANMU.
ANGKATLAH DAKU
KETEMPAT PERSEMAYAMANMU.
DAN DUDUKKANLAH
DAKU DIKURSYI SINGGASANAMU.
SIAPA YANG
MEMANDANG KEPADAKU, TERPANDANGLAH
KEPADA WAJAHMU
YANG MEMILIKI KEELOKAN DAN
KESEMPURNAAN
ZAT YANG WAJIBALWUJUD.
YA, ILAHI?
KINI DAKU TIDAK
MENCARIMU LAGI, YA ILAHI.
JIRIM JISYIM TELAH HAPUS DIDALAM
ZATMU.
FANA DAKU DIDALAM KEFANAANMU YA,
ILAHI.
KINI DAKU
BUKANLAH ORANG BUANGAN.
YA, TUHAN
SEGALA UJUD?
BILA KUPANDANG
SELAYANG PANDANG.
UJUD SEMESTA
BERDIRI TEGAK DENGAN TEGUHNYA.
NAMPAK JELAS
BEKAS BEKAS PERBUATAN ILAHI ROBBI.
LEBIH JELAS
LAGI YANG ADA DIDALAM DIRI.
YA, TUHAN
SEKALIAN MAHLUK?
SELAMA DAKU
MENGHADAPK KEHADAPANMU, YA ALLAH.
TAK PERNAH
ENGAKAU HADIR DIHADAPANKU.
TETAPI DAKU
TELAH FAHAM DENGAN FAHAMMU.
KAHADIRANMU ITU
ADALAH KAHADIRANMU JUA YA ILAHI.
YA, TUHAN
ROBBULALAMIN?
KINI DAKU TELAH
BERADA DALAM CINTA.
CINTA NAN INDAH
DALAM KATA KATA.
CINTA KUDUS,
TIADA HURUF DAN TIADA SUARA.
CINTA PALSU
MANIS DIMULUT, DUSTA DIHATI.
YA,TUHANKU?
KECILKAN AKU
DIHADAPANMU.
DAN BESARKANLAH
DIMATA MANUSIA.
DUDUKANLAH DAKU
DIHADAPANMU.
DAN DIRIKANLAH
AKU DIHADAPAN MAHLUKMU.
DEMIKIANLAH
RINDUKU YANG KELUAR DARI PERASAANKU.
KUN MUHAMMAD
JADIKANLAH DIRIMU MUHAMMAD
Nur
Muhammad tau Hakikat Muhammad ialah: HAKIKAT ALAM: sebab selur lam maya pada
ini terbit daripada Nur Muhammad jua adanya. Disini para ulama tidak banyak
yang mengetahui arti dan makna yang sebenarnya
darpada Nur Muhammad iti tadi. Ia bukan cahaya yang dalam fahamnya pada
kebanyakan orang. Ia bukan zat, bukan benda, bukan materi, dan bukan cahaya seperti sorot lampu dimalam hari. Tetapi
diatas segala galanya; diatas daripada cahaya segala cahaya.
Nur
Muhammad itu cahaya yang cerlang cemerlang yang tiada harapan, Tuhan bertajli
kepadanya. Nur Muhammad itu adalah cahaya diatas cahaya, tidak ada cahaya yang
lebih bercahaya dan lebih qadim daripada Nur Muhammad itu. Nur disini
adalah cahaya yang abadi dan petunjuk
hidayah. Nur Muhammad itulah asal segala kejadian, dan dia telah terjadi
sebelum apa yang terjadi. Dalam hal
kejadian dialah yang awal, dalam hal kenabian dialah yang akhir.
Alhaq adalah dengan dia, dan dengan dialah yang
hakikat. Dialah yang pertama dalam hubungan, dialah yang akhir dalam kenabian,
dialah yang batin dalam hakikat, dan dialah yang lahir dalam marifat. Nur
Muhammad atau Hakikat Muhammad itulah yang memenuhi tubuh Adam dan tubuh
Muhammad.
Maka
apabila Nur Muhammad atau petunjuk hidayah Muhammad itu telah masuk kedalam
diri kita ini: maka otomatis dia membawa cahaya yang abadi sepanjang masa. Nur
Muhammad atau Hakikat Muhammad itu qadim
pula Dan apabila mati sebagai tubuh, namun Nur Muhammad itu tetaplah ada. Sebab
Nur Muhammad itu tiada lain daripada Nur Zat. Jadi Allah, Muhammad, Adam adalah
satu jua adanya. Insan kamilpun Allah jua, Muhammad dan Adampun pada
hakikatnya. Jadi pada hakikatnya manusia ini adalah TUHAN. Tuhan menurut bentuk
dan surahnya sendiri, maka daripada itu Tuhan memerintahkan kepada malaikat
supaya sujud kepada ADAM. Disini baiklah hamba jelaskan secara mendalam tentang
KUN MUHAMMAD ITU TADI.
Janganlah
menetapkan saja kepada Muhammad s.a.w. yang di Mekkah itu atau di Madinah
itu. Itu memang yang menjadi bibit;
bibitnya yang telah marifat. Tetapi carilah hakikat nabi yang ada didalam
sekujur wujud kita ini. Sebab Muhammad itu tiada mati mati dan kalau dia mati
maka pastilah dunia ini akan hancur lebur. Semuanya hancur, kecuali wajahnya.
Jadi pada hakikatnya dia tetap hidup dan tiada mati-mati (langgeng selama
lamanya). Oleh sebab itu cobalah cari Muhammad itu, artinya rasa Tuhan yang ada
disekujur wujud kita pribadi. Kalau sudah ketemu tentu saja marifat kepada zat
Tuhan Yang Maha Agung itu. Ketahuilah olehmu marifat seseorang itu tidak dapat
dilihat dengan mata kepala ini.
Tetap
saja kita tidak punya daya dan upaya, selain rasa Tuhan yang maha kuasa, yang
tetap mengetahuinya. Tetapi hanya yang goib diwujud kita ini harus ketemu,
supaya bisa pulang keasal semula. Yaitu pulang kerasa yang dahulu itu, pulang
kepada rasa Allah s.w.t (rasa Tuhan semula). Sebab kalau tidak ketemu sekarang
ini, tentu nanti tidak akan bisa pulang kembali kepada rasa semula. Yaitu
kepada rasa yang HAQ itu, maka daripada itu marifatlah, lain tidak dan kalau
belum marifat dikhawatirkan matinya sesat. Sekarang marilah kita berkisar pula
kepada membicarakan SUMBER yang SATU. Hakikat RUH itu ialah buktinya rasa
(hakikat nyawa). Sedang rasa itu adalah beberapa unsur nafsu. Adapun yang
disebut atau yang dimaksud kehidupan yang kekal abadi itu adalah: hidupnya
ilahi Robbi. Yaitu yang bersifat terang benderang, yang tidak terkena mati dan
meliputi seluruh alam ini. Begitu pula seperti arasy, kursi, sorga dan neraka,
yang meliputi semuanya itu; oleh karena itu ia merupakan sifat hidup Tuhan
Allah Azzawazalla. Jalan yang demikian ini disebut oleh kaum sufi SAMUDRA
HIDUP.
Sedang
bibit nyawa itu disebut hidupnya seluruh bentuk dan jasad: sekalipun sampai
kepada bakteri bakteri dan kuman kuman yang sangat kecil sekalipun. Jadi
manusia, binatang, tumbuh tumbuhan, dan apapun jua yang bernyawa atau yang
hidup didalam seluruh semesta alam ini, semuanya bersumber dari yang SATU itu
jua adanya.
Sedangkan
segala kehidupan didalam dunia ini tak terbilang banyaknya, hanyalah cuma itu
hanya nyawa. Yaitu yang ada disemua bentuk jasad kita ini dan janganlah kita
memahami bahwa zat Tuhan itu terbagi bagi milyunan jiwa. Lalau sedikit demi
sedikit akan menjadi kurang. Maka dari itu janganlah salah mengerti; bahwa zat
Tuhan itu tidak ada berubah sedikit juapun. Tetap langgeng tidak akan berkurang
dan tidak akan bertambah lagi. Karena zat Tuhan yang hakiki itu tidak pernah
rusak dan tidak pernah binasa oleh apapun. Sekarang baiklah kita umpamakan atau
kita buat sebuah misal untuk memudahkan faham kita.
Umpamanya
didunia ini kita nyalakan satu lampu dan lampu itu kita tutup dengan satu kawat
kasa yang sangat halus dan mengembung (cembung) dan kawat kasa itu bermilyun
milyun juta lubang cembungnya, yaitu lubang kawat kasa itu tadi. Jadi setiap
lubang cembung itu adalah sebagai nyawa; satu pula. Maka jelaslah kepada kita
bahwa setiap lubang kawat kasa memiliki satu nyawa. Kan lampunya hanya yang
satu itu jua adanya. Demikianlah yang menjadi hidup kita ini bagi seluruh
manusia ini, ataupun mahluk yang lainnya. Jadi jelas dan teranglah yang
demikian itu ialah sebagai sorotnya saja, yaitu sorotnya hidup kita ini. Maka
walaupun berjuta juta milyun sorotnya, namun lampunya toh hanya satu saja
bukan? dan umpanya lampu itu tadi kita ambil sedikit demi sedikit, satu orang
mengambil satu pula, toh tetap saja tidak ada perubahan apa apa. Demikianlah
contoh umtuk jadi bahan perbandingan, dan untuk memudahkan faham kita adanya.
Kalau tidak ada contoh dan perumpamannya, maka sulitlah kita untuk memahaminya.
Jadi
yang sebenarnya yang sulit itu bukanlah si guru atau si ulama itu, tetapi yang
sulit itu sebenarnya adalah simurid itu sendiri. Didalam pengajian ilmu tasauf
itu yang utama sekali ialah: FAHAMNYA. Bukanlah dicari dengan jalan yang
berbelit-belit, memang tuhah tidak keberatan menganugrahi kita dengan rahasia
makrifatnya. Hanyalah kita disuruh memahaminya dengan fahamnya karena didalam
ilmu ketuhanan itu tidak seorangpun mendapatkan KUNHIZATNYA, kecuali dengannya
jua. Demikian agar kita menjadi maklum adanya.
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHIROJIUN
DATANG DARI ALLAH KEMBALI KEPADA ALLAH
Kalau
kita kembali menuju kepada Allah, apakah kita ini memeng sudah jauh dari haha
suci Allah jawabannya ialah kita harus pulang kembali kepada allah (kembali
kepada asal semula). Maksudnya bukan pergi dengan langkah jauh. Lain halnya
dengan faham orang-orang awam/umum dan bukan seperti jauhnya keluar dari
lingkungan bumi ini,jadi pulang disini ialah hanya pulang rasanya saja. Disini
kita jelaskan sesuai dengan perasaan batin kita sendiri.
RASA
dunia ini pulang kembalai pada rasa yang dahulu. Yaitu yang
pertama disebut hak Adam. Yang kedua disebut hak Muhammad. Sedang yang ketiga
disebut hak Tuhan. Kalau rasa dunia
pulang kehak Adam, neraka tempatnya. Kalau johir ini ini pulang kembali
kepada hak Muhammad, tentu akan mendapat nikmat.
Maka
tempatnya disorga yang penuh dengan
kenikmatan dan kebahagiaan. Bukankah dunia ini campuran? dan ada pasang
surutnya? dan yang ketiga tadi ini adalah: kehendak Tuhan. Yang sampai kehendak
Tuhan tetap langgeng didalam kehidupan. Maka sempurnalah pulang kerasa dahulu
itu, sebelum kita kedunia ini (lahirriah ini). Yaitu takkala kita masih menjadi
NUR, yaitu: Nur Muhammad waktu dulu/asalnya dan kala itu kita tidak merasakan
apa apa, tidak keenakan dan tidak ada penderitaan. Sebab zat yang laisya
kamislihi itu tidak biasa diumpamakan bagaimanapun jua.
Artinya; tdak
warna dan tidak rupa, hanya sepi dan sunyi belaka dan tidak ada apa apa lagi.
Jadi bagi hamba yang telah sampai pada tingkat ini, berilmu sedang ada didunia,
derajatnya telah marifat masuk kedalam SAMUDRA ILMU, ialah; kehidupan Ilahi
Robi Yang Maha Agung, yaitu : Zat Maha Suci Tuhan Allah S.W.T.
Demikianlah
tentang pulang kembali kerahmatullah. Maksudnya pulang kembali sebelum kita
mati hisyi. Itulah arti pulang kembali yang sesungguhnya. Adapun pulang ke hak
Adam itu tadi, karena kurang suhud, acuh tak acuh.
Segala hanya
turut turutan saja, bagaikan katak terbawa garu; sedang ibadahnyapun tidak mantap.
Ibadahnya hanya karena malu pada sesamanya saja. Bukan malu kepada Allah, dan
bukan karena cinta. Orang Arif tidak memaksa maksa dirinya untuk berbuat ibadah
apapun jua. Ia berbuat menurut kehendak Allah saja, dan tidak menambah dan
tidak mengurangi daripada kuderat dan iradat Allah Taala. Inilah yang disebut
yang sebenar benar taat. Taat lebih utama daripada segala ibadah.
SAMUDERA
HIDUP
Sekarang
kita teruskan yang berkenaan dengan kita ini qadim itu tadi. Maksudnya ialah;
takkala kita masih berada di Nur dahulunya. Bahwa rasa itu samasekali tidak
merasakan apa apa. Takkala kita
datang kedunia ini tiba tiba kita
merasakan sakit, enak, dan lain lain. Baiklah kita umpamakan pula agar diingat
dan dirasakan perihal Zat Yang Maha Suci itu. Itulah yang disebut SAMUDERA HIDUP; yang cukup oleh tujuh lapis langit dan
bumi.
Ibaratnya
dalam ilmu lahir yang disebut samudera air. Sebulatan bumi ini kebutuhannya air
dari laut. Cukup memberikan penunjang kepada kehidupan seluruh mahluk
seluruhnya. Bahkan tidak bisa tumbuh seisi dunia ini tanpa air.
Air laut itu
rasanya asin bukan? Nah? Umpama kita
tadi sebelum turun kedunia ini, kita masih berada didalam samudera hidup. Yaitu
kepada Zat Maha Suci Tuhan. Seperti kita berdiam ditempat asin itu tadi, yaitu:
rasa Tuhan Allah. Belum lagi menjadi rasa wujud; yaitu rasa mani. Seperti
digambarkan, kita sampai kepada periode kelupaan.
Jadi
rasa asin tadi itu ialah: kelupaan yan dahulu. Bukankah kita tahu bahwa air
laut itu asin? Dengan proses kejadian alam ini, tahu tahu sudah menjadi hujan.
Berasal dari asin, berubah jadi tawar. Padahal kita sudah tahu bahwa air hujan
itu tadi datang dari air asin. Jadi rasa
asin yang datang dari air laut tadi, diibaratkan sebagai RASA BATIN dan rasa
dihujan tadi dibaratkan sebagai RASA JOHIR. Jadi timbul rasa enak dan tidak
enak. Seperti yang menjadi wujudnya ialah: aiar hujan tadi yang dapat kita bagi
menjadi dua bagian. Pertama jadi nyawa jasmani, oleh karena itu jelek jelek. Tidak
terbilang seperti air hujan, satu tetes satu manusia. Jadi sudah nyata kepada
kita, bahwa sifat nafas sebagai bukti dan wujud juga ada. Marilah kita menuntut
ilmu, agar hujan tadi itu harus ketemu solokannya atau anak sungai yang
mengalir menuju kelaut asalnya semula.
Maksudnya
supaya pulang kembali kerasa asin semula dan jangan betah didalam pelimbahan
hujan itu saja, artinya jangan berdiam didalam rasa alam dunia ini saja. Jadi
kita kalau betah didalam rasa dunia ini atau tetap didalam hak Adam, maka rasa
neraka tempatnya. Maka daripada itu marilah kita pulang kembali kepada asalnya
semula, yaitu kembali kepada SAMUDRA HIDUP semula.
Apakah arti
samudra hidup itu?
Jawabnya ialah:
KEMBALI KEDALAM HIDUP YANG SEBENARNYA: yaitu
kedalam
kehidupan Ilahi Robi Yang Maha Sempurna yang kekal dan abadi sepanjang masa. Demikianlah
yang dapat hamba sampaikan adanya.
TENTANG HATI, RUH,
NAFSU, AKAL DAN AKU
Para
alim ulama kita banyak sekali yng tidak mau mendalami tempat nama-nama seperti
diatas ini. Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang di perbuat orang, karena
dangkalnya ilmu pengetahuan di bidang agama. Sekarang baiklah hamba uraikan
satu-persatau dan hamba mulai dengan menguraikan tentang hati.
- Hati/Qolbi itu ada dua unsur.
- Hati Jantung ialah segumpal darah atau daging yang
berbentuk bulat panjang, tempatnya pada dada kiri yang mempunyai tugas tertentu
yang di dalamnya terdapat rongga-rongga yang mengandung darah hitam sebagai
sumber ruh.
- Hati nurani/ Al-Qolbi dalam arti yang mendalam dan yang
halus yang bersifat ketuhanan dan ruhaniah yang ada hubungannya dengan hati
jasmani itu tadi. Hati nurani ini adalah hakikat manusia yang dapat menagkap
segala pengertian, berpengetahuan dan arif yaitu manusia yang menjadi sasaran
dari segala perintah dan larangan. Hati nurani itu erat hubungannya dengan ilmu
mukassafah artinya ialah ilmu yang didapat semata-mata dengan ilham tanpa
belajar dengan seorang syekh dan ilmu yang demikian bisa juga di sebut dengan
ilmu laduni atau al alimur robbaniah. Maka dari itu hati nurani itu adalah hati
yang latif yang bersifat ketuhanan. Mendalami hati nurani itu haruslah sampai
terbukanya rahasia ruh.
- Tentang Ruh
Ruh
seumpama lampunya, yang hidup itu seumpama cahaya yang terdapat pada
dinding-dinding. Perjalanan ruh itu dan gerakannya dalam batin. Seperti
geraknya lampu pada sisi rumah dengan digerakkan oleh penggeraknya. Ruh
dalam arti yang kedua ini adalah paling sulit pada akal karena ruh pada arti
yang kedua ini erat sekali hubungannya dengan Tuhan. Hanyalah bagi hambanya
yang beroleh petunjuk akan mendapatkannya (beroleh anugrah istimewa). Hanya
dengan pertolongan dan bantuannya jua kita akan sampai kesana.
- Tentang Nafsu ada dua unsur
Nafsu
yang sebenarnya (nafsu yang hak) dan nafsu angkara murka (nafsu yang tercela). Nafsu
yang hak disebut nafsu yang tenang, nafsu yang batal disebut nafsu angkara
murka. Disini yang menentukan adalah RASA apakah ia duduk pada rasa Adam atau
rasa Muhammad atau rasa Allah (rasa yang hak). Disinilah kedudukan
masing-masing hambanya
- Tentang Akal ada dua unsur
- Akal berarti mengetahui hakikat segala sesuatu, jadi
dalam hal ini akan mengibaratkan sifat ilmu yang terletak dalam hati.
- Akal berarti yang mendapatkan dan menangkap segala
ilmu, jadi hal ini akal berarti juga dalam arti yang sangat mendalam dan yang
sangat luas. Karena dalam rahasia makrifat itu akal selentingan dari quwwah
qoibiyah. Jadi sebelum manusia itu memasuki alam tasayauf maka selam itupula ia
masih disebut akal yang belum sempurna (masih termasuk kedalam golongan hewan).
- Tentang Aku
Apabila
seorang hamba alllah telah sampai pada hakikat aku yang sebenarnya, itulah aku
di dalam aku yang telah lenyap di dalam jibu. LA HURUFIN WALA SAUTIN
artinya tiada huruf, tiada suara dan tiada kata-kata. Janganlah engkau berani
mengatakan aku sebelum engkau lenyap lahir dari batinmu, dalam sofisme itu
timbullah kalimah yang berbunyi zohirnya hamba batinnya Tuhan, zohirnya Aku
batinnya engkau yang akhirnya Aku adalah di Aku. Kini lenyaplah Aku didalam
jibu, hanyalah engkau tunggal semata. Kata-kata aku adalah egomu sendiri,
artinya: aku telah berlepas diri dari anggapan yang demikian dan tidak lain dan
tidak bukan zat itu melainkan hakku jua dan tidak lain aku itu sekarang ini aku
tidak mengatakan aku lagi: tetapi aku mengatakan engkaulah Tuhanku maksudnya
ialah yang Tuhan itu adalah aku. Jadi
disini yang beraku-aku itu adalah diaku. Bukanlah engkau yang beraku-aku dikala
engkau beraku-aku, tetapi Allahlah yang beraku-aku dikala engkau beraku-aku
itu.
Disinilah
letaknya nilai dan barang yang bernilai itu terletak pada perasaanmu sendiri.
Pahamkanlah akan perkataaanku ini. Inilah pancaran Nur Ilahi Robbi di sekujur
badan kita pribadi. Maka untuk memperkuat dalil di atas ini baiklah hamba
bawakan sebuah dalail Al Qur’an yang berbunyi WAMA ROMATTA IDJROMAITA WALAKINNALLAHA
ROMA yang artinya hai Muhammad bukanlah engkau yang melempar dikala engkau
melempar, tetapi Allahlah yang melempar dikala engkau melempar. Dalil ini
sangat kuat sekali bagi kaum sufi yang tidak mau melepaskannya walau bertentangan
bagi ulama ahli zohir semata (akhli kulit). Jadi apabila sudah benar-benar fana
zahir dan fana batinnya, barulah benar-benar akumu itu dalam setiap engkau
beraku-aku. Disinilah banyak orang keliru dalam memahami kata-kata aku. Yang
dikatakan terakui itu adalah akumu sendiri (nafsumu yang tercela), kalau datang
dari akulah Allah itulah yang hak.
AKU ADALAH AKU DALAM SEGALA HAL
Tidak
akan diucapkan kalimat AKU, melainkan oleh seorang yang berkawan dengan
kelegahan dan oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat. Tidaklah semua
benar bagi orang yang ber aku aku. Engkau berani mengatakan AKU, sedang engkau
masih terhijab/terdinding daripadaKu. Pesona
dunia masih mencekam dirimu, masing masing akan menyambar dirimu dengan
seruan kepada zat dirinya, engkau masih saja berada dalam kegaiban yang kelam
kepadaKu.
Maka
apabila engkau telah melihat AKU, dan Akupun telah bernyata dihadapmu, maka
tetapkanlah keteguhanmu, maka tiada Aku lagi, melainkan AKU. Telah kuciptakan
atau Kuadakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan. Antara lain tujuan itu
adalah: cintamau kepada dirimu sendiri. Itulah tetesan faham atau kalimat yang
engkau warisi. Kata kata Aku adalah egomu sendiri, Aku berlepas diri dari
anggapan yang demikian.
Dan
tidak lain zat itu, melainkan kepunyaanKu jua dan tidak lain AKU itu, kecuali
untukku semata. AKUlah yang DIA itu Aku, adapun hakikatmu itu bukanlah zat dan
bukanlah pula persoalan. Hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang
bersifat wafam atau dugaan saja(sangka sangka). Hal ini disebabkan caramu
berpikir dan pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan. Engkau dalam
setiap saat terbagi kepada: ”menyaksikan dan disaksikan”. Dua menjadi satu
dalam bentuk perjodohan. Jiwa yang mencapai persoalan yang dicapai. Adapun
hakikatmu tersembunyi jauh dibalik perjodohan itu, meninggi atasnya, jauh dari
segala itu semuanya.
Sekarang
engkau bukan lagi zat dan perjodohan: tapi
engkau hanyalah ruhKu, tiada nisbah bagimu melainkan padaKu. Engkau tidak
mengungkapkan hakikat ini, kecuali dikala terangkat daripadamu tirai penutup
dan engkau memandangKu. Ketika itu engkau telah lenyap daripada dirimu yang
berjodohan, perjodohan yang bersifat serbaduga atau waham (sangka sangka). Lalu
engaku menyadari hakikat dirimu dan engkau dapat dirimu yang sebenar benarnya
yang bukan zat dan bukan pula dari persoalan. Tetapi engkau yang semurni murni
ruh yang tidak terbagi bagi (jauhar), tunggal, meninggi, tiada nisbah melainkan
kepadaKu.
Maka
engkau tidak lagi mengulang mengata AKU: melainkan engkau mengatakan ”ENGKAULAH
TUHANKU”. AKUmu itu adalah rahasiaKu jua adanya. Sebab telah engkau ketahui,
bahwa AKU adalah untukKu semata. Dan sekarang engkau adalah hambaKu. Hai
hambaKu? Jika engkau sudah melihatKu, maka tiada lagi engkau dan apabila engkau
telah tiada, maka tiada lupa akan tuntutan dan apabila tiada tuntuan hilanglah
sebab dan bila sebab telah lenyap. Tiada lagi nisbah sampai disini sirnalah
hijab.
ENGKAU
DAN AKU ADALAH SATU
Ibnu
Arabi bolehlah dihitung sampai puncak famam wahdatul wujud yang tumbuh didalam
pikiran ahli ahli tasawuf islam. Dia telah menegakkan fahamnyan berdasarkan
renungan fikir filsafatb dan zauq tasuf. Sayangnya hanya sedikit saja orang
yang mengetahui sedikit dasar pendiriannya.Baginya wujud yang ada itu hanya
satu. Wujudnya mahluk adalah ain ujudnya khalik.
Pada hakikatnya
tidaklah ada perbedaan diantara keduanya. Kalau dikatakan ada berlainan dan
berbeda ujud mahluk dengan ujud khalik, itu hanyalah lantaran pendeknya faham
dan singkatnya akal dalam mencapai mengetahui hakikat.
Dalam
putuhat dia pernah berkata: Subhanaman Kholaqol
Asyya Wahuwa Ainuha, artinya: Amat sucilah Tuhan yang menjadikan segala
sesuatu, dan dialah Ain sesuatu itu.
Amat
sucilah pula, wujud alam adalah ain wujudnya Allah. Allah itulah hakikat alam.
Tidak ada disana perbedaan diantara ujud yang qadim yang disebut khalik itu
dengan ujud yang baharu yang dinamai mahluk. Tidak ada perbedaan abid dengan
ma’bud, bahkan abid dengan ma’bud adalah satu. Perbedaan itu hanya rupa dan
ragam dari hakikat yang Esa jua. Kadang kadang menjelma sebagai adikara gagah
perkasa, sebagai Fir’aun dan kadang kadang menjelma sebagai seorang mulia dan
tinggi, dan sebagai nabi nabi dan rasul rasul. Kesegalaannya adalah dari ain
dan keAkuannya adalah hakikat ma’bud jua adanya dalam ujudnya dan keAkuannya
jua.
Ibnu
Arabi ada bersinandung, katanya: HAMBA adalah TUHAN, dan TUHAN adalah HAMBA. Demi
syukurku siapakah yang mukallaf? Kalau engkau katakan HAMBA, padahal dia TUHAN.
Atau engkau kata TUHAN, yang mana diperintah? Kalau memang antara hakikat dan
mahluk itu satu ujudnya, mengapakah kelihatan dua?
Maka
Ibnu Arabi menjawab dengan tegas: sebabnya ialah karena insan tidak
memandangnya dari wajah yang satu. Mereka memandang dengan wajah keduanya
dengan pandangan wajah yang pertama ialah HAK dan wajah yang kedua ialah kholk
(kholk asal kata dari khalik). Tetapai kalau dipandang dalam ain yang satu dan
wajah yang satu: atau dia adalah wajah yang dua daripada hakikat yang satu,
tentulah manusia akan memperdekat HAKIKAT
ZAT YANG ESA, yang tiada berbilang dan tiada berpisah. Jadi Ibnu Arabi telah menegakkan faham serba ESA,
dan menolak faham serba dua atau lebih. Segala sesuatu hanyalah satu, tetapi
dia merupa dalam bentuk yang berbagai bagai atau berobah robah. Berhampir
dengan faham pitagoras dalam dunia filsafat, yang mengatakan bahwa jiwa segala
bilangan adalah satu.
CINTA
MUTHLAK
Cinta
hakiki tidak mau dibelah dua, tetap satu. Inilah akidah ataupendirian seorang
sufi atau waliallah. Menurut Ibnu Sabi’in: Allah adalah sumber segala akal yang
mengatur alam ini, yang terbit daripadanya karena semata mata limpahan dan
anugerah. Puncak segala akal ialah al aqlul faal atau akal pembuat dan dialah
yang mengatur buni dan segala yang ada dalam bentuknya yang tetap.
Dan
dialah masdar atau tempat timbul jiwa insani. Oleh karena jiwa - jiwa itu
senantiasa ingin hendak kembali kepadanya. Maka apabila manusia menyediakan
dirinya belajar dan menuntut dan merenungkan dan tidak puas- puas atau tidak
bosan-bosan menyelidiki sedalam dalamnya, niscaya akan berobalah dia dengan
kebahagiaan yang tak dimiliki orang lainnya yaitu dengan marifatul kamilat atau
pengetahuan yang sempurna.
Dan
hakikat mujaradat atau hakikat semata. Sampai tercapai pertemuan dengan
Al aqlul faal itu. Permulaan kesudahan ujud adalah Allah. Diatasnya tidak ada
apa apa lagi, walaupun Adam. Dia jadi sendirinya dan tidak berkehendak kepada
pencipta lainnya buat menciptakan dirinya. Karena kalau
demikian timbullah bertali tali dan berlingkar lingkar yang tiada putus
putusnya. Kainat atau segala hal yang ada yang lainnya adalah mazhor atau
kenyataan daripada adanya, daripada ilmunya dan iradatnya dan daripadanya
terambil hayat seluruhnya dan ujud seluruhnya.
Memang
ujud alam itu adalah mendatang(ardi). Sebab itu yang ada itu hanya satu yang hakikatnya,
bahkan Dialah ujud semesta. Kainat yang nampak ini hanyalah ujud mazazi, bukan
hakiki. Jadi fahamnya kembali kepada keesaan ujud jua. Beramal bukan ingin
sorga dan bukan pula takut pada neraka. Karena Tuhan itu adalah tumpukan segala
cinta. Jadi siapa siapa yang telah sampai pada cinta hakiki dan cinta muthlak
atau cinta qudus, maka mereka berhak disebut INSAN KAMIL. Atau dengan kata
lain, MUHAMMAD INSAN KAMIL. Muhammad insan kamil itu ialah:
- Orang yang
berahlak dengan ahlak Allah.
- Orang bersifat
dengan sifat Allah.
- Orang yang
berakal dengan akal Allah.
- Orang yang
berbuat dengan perbuatan Allah.
- Orang yang
berpandangan dengan pandangan Allah.
Semuanya demi
Allah, bukan demi itu dan demi ini. Orang yang seperti itu pandangannya hanya
satu. Yaitu: SEMUA ITU ALLAH DAN ALLAH ITU SEMUANYA. Inilah orang yang sudah
MENUGGAL dengan TUHANNYA. Inilah yang dimaksud dengan: MEMBARA DI API TUHAN.
Fana dalam cahaya dan lebur dalam api. Demikianlah aqidah atau pendirian
seorang wali.
TANYA-JAWAB
Untuk
memudahkan faham dan memudahkan pengertian kita,maka hamba buat sedemikian rupa
supaya para siswa mudah mempelajarinya. Bermula masalah ini kita ambil dari
pada hadits nabi s.a.w yang berbunyi:
”THOLABUL’ILMA FARIDHATUN ’ALA KULLI
MUSLIMIN WA MUSLIMATUN”, artinya: Bermula menuntut ilmu itu fardu atas tiap
tiap muslim laki laki dan muslim perempuan.
·
Tanya: Manakah ilmu fardu ian menuntut dia?
·
Jawab: Bermula ilmu yang fardhu ain menuntut dia itu
yaitu: tiga ilmu. Pertama ilmu fikih, kedua ilmu usuluddin dan ilmu tasauf
(ilmu hakikat). Ringkasnya ialah: ilmu fikih dan ilmu tasauf.
·
Tanya: Manakah had ilmu usuluddin yang fardhu menuntut
dia, dan mana had ilmu fikih yang fardhu menuntut dia, dan mana had ilmu tasauf
yang fardhu menuntut dia?
·
Jawab: Adapun had ilmu usul itu yang fardhu menuntut dia
yaitu: Mengetahui sekedar barang yang wajib dan barang yang mustahil dan barang
yang harus kepada Tuhan dan seperti demikian itulah segala rasul dengan sekira
kira yang mengesahkan imannya dan adapun had ilmu fikih yang fardhu ain
menuntut dia yaitu: Dengan sekira kira mengesahkan akan awalnya seperti
mengetahui segala saratnya dan segala rukunnya dan segala yang membatalkan dan
adapun had ilmu tasauf yang fardhu ain menuntut dia dengan sekira kira
mengetahui akan membatalkan amal pahala ibadatnya seperti: ujub, ria, sombong,
takabur, sum’ah dll. Maksudnya ialah: orang yang belum ketemu dengan ilmu yang
satu ini.
·
Tanya: Bagaimana kepada orang yang beramal dengan tiada
mengetahui ilmu yang ketiga perkara itu?
·
Jawab: Nabi s.a.w ada bersabda: tiada sekali kali
diterima segala amal ibadatnya jikakalau mengerjakan haji sekalipun dan lagi
diharamkan menuntut ilmu fardu kifayah sebelum mengetahui yang fardu ain itu dan
meninggalkan ilmu fardi ain itu hukumnya fasik: dan kalau tiada menuntut ilmu
fikih dan ilmu tasauf itu maka tiada syah jadi wali nikah dan saksi nikah,
karena fasik
·
Tanya: Manakah asal amal dan asl marifat?
·
Jawab:
Bermula asal amal dan asal marifat itu ilmu. Maka dengan
sebab itu wajiblah hukumnya menuntut ilmu agama. Rasulullah s.a.w bersabda:
Tuntutlah ilmu itu walaupun sampai kenegeri cina atau tuntutlah ilmu itu mulai
dalam buaian sampai keliang lahat (liang kubur).
·
Tanya: Manakah
asal ilmu itu?
·
Jawab: Bermula asal ilmu itu adalah Al Qur’an. Bermula
ilmu yang tiada mufakat dengan al Qur’an dan dengan Al Hadits. Hanya kebanyakan
para ulama johir tidak mau menggali sedalam dalamnya isi Al Qur’an itu. Bahkan
ada yang menyembunyikannya, karena mereka takut difitnah orang (takut
dikafirkan). Maju terus jangan pantang mundur, Tuhan bersama kita.
·
Tanya: Mana awal awal agama dan mana yang dinamakan
agama?
·
Jawab: Awal awal agama itu mengenal Allah dan yang
dinamakan agama itu ialah: Iman, Islam, Tuhid dan Marifat.
·
Tanya: Mana asal
mengenal Allah Taala?
·
Jawab: Adapun asal
mengenal Allah Taala itu mengenal diri.
·
Tanya: Apakah arti
islam, iman, tauhid dan marifat?
·
Jawab: Arti islam itu menjunjung titah Allah Taala. Arti
iman itu percaya kepada Allah Taala dan percaya kepada rukun iman yang enam
perkara itu. Adapun tauhid yang sebenarnya ialah: mengesakan zat Allah, sifat
Allah, asma Allah dan af’al Allah dan marifat itu dapat membedakan antara yang
qadim dengan yang muhaddats atau dapat dibedakan antara yang HAK dan yang
BATAL. Demikianlah jawaban kita yang sebenarnya.
·
Tanya: Betapa
mengesakan zat Allah Taala dan sifatNya?
·
Jawab: Adapun yang mengesakan zat Allah Taala itu ialah:
tiada yang maujud didlam alam ini hanyalah Allah Taala, hanya seperti ujud bayang
bayang tiada hakikat baginya dan arti mengesakan sifatnya yaitu: tiada yang
hidup, tiada yang tahu, tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang
mendengar, tiada yang melihat, dan tiada yang berkata kata pada hakikatnya,
melainkan Allah. Adapun zahir sifat ini kepada mahluk tempat memandang sifat
Tuhan zahir pada mahluk. Yakni bayang bayang sifat Tuhan kepada hamba: seperti
ujud kita bayang bayang bagi ujud Allah. Mustahil ujud bayang bayang dengan
tiada ujud yang empunya bayang bayang dan juga mustahil bergerak bayang bayang
dengan tiada bergerak yang empunya bayang bayang dan mustahil pula bercerai
bayang bayang dengan empunya bayang bayang. Ini hanya sebagai misal saja untuk
memudahkan faham, dan Allah Taala suci dari misal dan tasbih, hanya bayang
bayang itu yang ada seperti benda beku dan batu dan kayu. Seperti ujud NUR
matahari, menunjukkan adanya matahari demikian adanya.
·
Tanya: Betapakah
mengesankan af’al Allah Taala?
·
Jawab: Tiada yang empunya perbuatan didalam alam ini,
hanyalah perbuatan Allah Taala.Tentunya tiada perbuatan mahluk walau sebesar
zarroh sekalipun dalam alam maya pada ini dan jikalau terlintas dalam hatimu,
ada usaha ihtiar atau perbuatan mahluk didalamnya, maka siriklah engkau(sirik
hafi).
·
Tanya: Kemanakah
marifat itu takluknya?
·
Jawab: Adapun
marifat itu takluknya kepada mengenal diri.
·
Tanya: Mengenal
diri itu takluknya kemana?
·
Jawab: Mengenal
diri takluknya kepada mengenal Allah.
·
Tanya: Mengenal
Allah Taala itu takluknya kemana?
·
Jawab: Mengenal Allah Taala itu takluknya kepada
membinasakan/melenyapkan ujudnya lahir dan batin. Inilah isyarat sabda
Rasulullah s.a.w: Man Arofa Nafsu Faqod Arofa
Robbahu, Waman Arofa Robbahu Fasadal
Jasadu, artinya: Siapa yang mengenal dirinya sama dengan mengenal Tuhannya dan
siapa mengenal tuhannya niscaya binasa/hilang dirinya (ingsun dalam bahasa jawa).
·
Tanya: Siapa yang mengenal dan siapa yang dikenal?
·
Jawab: Adapun yang mengenal itulah yang dikenal dan yang
dikenal inilah yang mengenal. Sabda nabi s.a.w; ”Araftu Robbi Birobbi”artinya:Aku mengenal Tuhanku dengan Tuhanku.
·
Tanya: Apakah kita mengenal Tuhan itu, karena Tuhan itu
tiada ain baginya?
·
Jawab: Adapun kita kenal Tuhan itu dengan sifatnya, yakni
bekas bekas perbuatannya dan bekas bekas sifat sifatNya, seperti firmanNya yang
artinya: Aku jadikan akan tiap tiap sesuatu karena hendak mengenal daku pada
tiap tiap sesuatu adanya.
·
Tanya: Manakah
yang dinamai sifat?
·
Jawab: Adapun yang dinamai sifat yaitu: sesuatu yang
menunjukkan akan suatu yang zaidah atas
zat, maka sifat namanya.
·
Tanya: Apa arti zat, sifat, asma dan af’al?
·
Jawab: Arti zat itu dirinya. Arti sifat itu kelakuannya.
Arti asma itu namanya. Arti af’al itu perbuatannya.
·
Tanya: Mana yang dinamai asma?
·
Jawab: Sesuatu yang menunjukkan ia akan suatu, maka yaitu
asma namanya.
·
Tanya: Bermula nam Allah itu siapakah yang menamainya?
·
Jawab: Nama Allah itu ialah: Allah Taala jua yang memberi
nama sendirinya, dan tiada nama yang dihantarkan oleh mahluk adanya.
·
Tanya: Apakah nama Allah itu qadim ataukah muhaddats?
·
Jawab: Bermula nama Allah itu qadim, bukan muhhaddats.
·
Tanya: Bagaimanakah
hukum Allah Taala itu ADA?
·
Jawab: Adapun Allah Taala itu qadim, baqa,
muhalafatuhulilhawadits, qiamuhu binafsif dan wahdaniat.
·
Tanya: Apa faroq sifat dengan mausuf dan apa faroq ujud
dengan maujud dan apa faroq ilah dan ilahiah dan apa faroq ilah dengan Allah?
·
Jawab: Adapun faroq sifat dengan mausuf, yaitu: sifat itu
kenyataan bagi mausuf. Adapun ujud itu kenyataan bagi maujud dan adapun ilah
itu kenyataan bagi ilahiah. Adapun faroq ilah itu yaitu: ilah yang kaya
daripada tiap tiap barang yang lainnya dan berkehendak kepadanya tiap tiap
barang yang lainnya dan adapun nama bagi Tuhan yang wajibal wujud yang
mewajibkan duapuluh sifat.
·
Tanya: Bermula apakah sikap itu bersekutu dengan zat?
Berilah jawabannya?
·
Jawab: Bermula sifat itu tiada bercerai dengan zat, dan
tiada bersekutu dengan zat. Siapa mencerai atau menyekutukan zat dengan sifat
orang itu syrik hafi. Jadi disini tidak ada persatuan dan perceraian. Masalah
ini sudah kita kupas habis habisan. Karena keesaan Tuhan itu meliputi
kesegalaan mahluknya. Hamba dan Tuhan itu Esa jua adanya.
·
Tanya: Bermula sifat itu satu saikah atau dua saikah
dengan zat?
·
Jawab: Bermula sifat itu tiada boleh dikata satu sai
dengan zat dan tiada boleh dikata dua sai dengan zat. Sebab tidak ada sifat
berdiri diatas zat. Seperti titik hitam yang berada pada kertas yang putih dan
tidak pula dua sai dengan zat. Jawaban lengkap sudah kita uraikan pada halaman
halaman yang lalu.
·
Tanya: Apa
faroq(perbedaan) antara zat dengan sifat?
·
Jawab: Adapun
perbedaan zat dengan sifat itu yaitu: zat itu dirinya dan sifat itu
kelakuanNya.
·
Tanya: Apakah dua puluh sifat itu dibagi dengan empat
bahagi, seperti sifat nafsiah, salbiah, ma’ani dan ma’nawiyah, apa hukumnya?
·
Jawab: Adapun dua puluh sifat itu dibagi kepada empat
bahagi, karena dua puluh sifat itu empat bangsa. Pertama bangsa ujud,
Kedua bangsa Adam, Ketiga bangsa hal,
Keempat bangsa ’itibar.
·
Tanya: Manakah bangsa ujud, bangsa Adam, bangsa hal dan
bangsa ’itibar?
·
Jawab: Adapun bangsa ujud itu sifat ma’ani, karena sifat
ma’ani itu maujud pada zihin pada harij. Adapun bangsa Adam itu sifatnya
salbiah. Keadaan sifat salbiah itu tiada maujud ke pada zihin tiada pada harij.
Adapun bangsa hal itu sifat nafsiah, karena sifat nafsiah itu kelakuan atau fi’il
maujud dan yang terakhir ialah: bangsa ’itibar. Adapun bangsa ’itibar itu
kepada sifat ma’nawiah. Karena sifat ma’nawiah itu nama/asma bagi zat.
Dibilangkan sifat itu bernama hayyun yang hidup, karena berdiri sifat hayat itu
kepada zatnya. Tetapi bukan seperti berdirinya sifat hitam kepada adasar yang
putih. Inilah arti yang dikarenakan suatu karena adanya. Bukanlah faham
umum/awam.
·
Tanya: Sifat duapuluh/duapuluh sifat itu berapa martabat
adanya? Berilah petuah akan kami?
·
Jawab: Adapun duapuluh sifat itu terbagi atas tiga
martabat, yaitu: martabat zat, martabat sifat dan martabat asma.
·
Tanya: Manakah yang dinamakan martabat zat, martabat
sifat dan martabat asma?
·
Jawab: Adapun martabat zat itu ialah: sifat nafsiah dan
sifat salbiah. Sedangkan martabat sifat itu ialah: sifat ma’ani. Adapun
martabat asma itu ialah: sifat ma’nawiyah.
·
Tanya: Apakah sebabnya sifat nafsiah dan sifat salbiah dinamakan
martabat zat?
·
Jawab: Adapun martabat zat itu tiada siapa siapa yang
boleh mengetahuinya, kecuali orang yang beroleh ilham dan petunjuk daripada
Allah Taala.
·
Tanya: Apakah sebabnya ma’ani dinamakan martabat sifat?
·
Jawab: Adapun martabat sifat itu dinamakan bagi ma’ani.
Karena sifat itu kenyataannya kelauannya, bekas pada menjadikan alam. Adapun
sifat ma’ani itu ada kenyataan memberi
bekas menjadikan alam. Itulah jalannya.
·
Tanya: Apakah
sebab ma’nawiyah itu dinamakan martabat asma?
·
Jawab: Adapun sifat ma’nawiyah dinamai martabat asma,
karena sifat ma’nawiyah itu adalah nama bagi zat. Seperti keadaan zat bernama
qadir yang kuasa. Dikarenakan berdiri sifat kuderat kepada zat. Adapun sifat
nafsiah dahulu itu tadi tiada kenyataannya pada harij. Sedangkan sifat itu
tiada mau ujud kenyataannya pada harj, hanya sifat habar jua
·
Tanya: Apa sebab ujud, qidam, baqa,
muhallafatuhulilhawadits,qiamuhu Taala binafsif, masuk kepada sifat kaya apa
jalannya?
·
Jawab: Adapun jawab yang lima itu masuk kepada sifat
kaya, karena sifat yang lima itu bernama kaya zat. Adapun zat Allah itu tiada
dikarenakan dengan sesuatu kerena.qidamnya tiada ada permulaanya dan baqanya
tiada ada kesudahannya dan qiamuhu Taala binafsih tiada berkehendak kepada
tempat. Itulah sebabnya dinamai sifat kaya.
·
Tanya: Apa sifat
asma,bashar, kalam, samiun, basirun, mutakallimun, masuk kepada sifat kaya?
·
Jawab: Sebab masuk kepada sifat kaya, karena sifat itu
bernama sifat kaya. Maha suci Tuhan Allah itu daripada sifat kekurangan.
·
Tanya: Apa sebab Tuhan itu bersifat dengan sifat hayat,
ilmu, quderat, iradat, dan hayyun, alimun,qadirun, muridun, dan wahdaniyat,
beri kami jawabannya?
·
Jawab: Jikalau Allah Taala tiada bersifat dengan sembilan
sifat itu tadi, niscaya tiada diperoleh sesuatu dari alam ini.
·
Tanya: Apakah arti dari maujud kepada zihin dan apa arti
maujud kepada harij?
·
Jawab: Arti maujud kepada zihin yaitu maujud sifat kepada
zat dan arti maujud kepada harij yaitu: memberi bekas sifat pada menjadikan
alam ini.
·
Tanya: Apa sebab sifat nafsiah dan sifat ma’nawiyah
maujud kepada zihin dan tiada maujud kepada harij?
·
Jawab: Adapun sifat itu kenyataannya bagi maujud dan adapun sifat ma’nawiyah itu nama bagi
zat. Bermula mula nama itu tiada memberi bekas sekali kali, itulah adanya.
·
Tanya: Apakah sifat salbiah itu tiada maujud kepada zihin
dan kepada harij?
·
Jawab: Adapun sifat salbiah itu sifat Adami tiada maujud
kepada zat, hanya sifat kepada habar jua adanya. Hanyalah sifat menggali dan
menafikan barang yang tiada patut bagi Tuhan kita. Inilah sebabnya adanya.
·
Tanya: Apa sebab
sifat ma’nawiyah itu diibaratkan dengan hal yang wajib bagi zat, selama zat itu
bersifat ma’ani itu diibaratkan dengan sifat yang ujudiyah yang berdiri dengan
zat Allah Taala?
·
Jawab: Adapun sifat ma’nawiyah itu diibaratkan dengan hal
yang wajib, karena wasithoh anatara ujud dan ma’dum, karena sifat itu tiada
maujud dan tiada ma’dum dan karena dikaitkan dengan sifat ma’ani, memfaroqkan
atau membedakan anatara ma’nawiyah qadim dan ma’nawiyah hadits.
·
Tanya: Mana
kalimat yang menghimpunkan dia?
·
Jawab: Bermula kalimat yang menghimpunkan dia yaitu:
kalimat LA ILAHA ILLALLAH adanya.
·
Tanya: Berapa
terkandung dalam kalimat LA., Berapa terkandung dalam kalimat ILAHA, berapa
terkandung dalam kalimat ILLA, dan berapa terkandung dalam kalimat ALLAH?
·
Jawab: Adapun yang terkandung dalam kalimat La itu ada
lima perkara yaitu: ujud, qidam, baqa, muhalafatuhu lilhawadits, qiamuhu Taala
binafsih.
Adapun
terkandung dalam kalimat ILAHA itu ada enam yaitu: sama, bashar, kalam, samiun, basyirun, mutakkallimun.
Adapun
terkandung dalam kalimat ILLA itu, yaitu: hayyun, alimun, gadirun, muridun.
Adapun yang
terkandung dalam kalimat ALLAH itu yaitu: hayat, ilmu, kuderat, iradat,
wahdaniat.
·
Tanya: Apa sebab sifat lima dahulu itu terkandung kepada
kalimat LA itu, dan apa sebab sifat yang enam itu terkandung pada kalimat
ILAHA. Apa sebab sifat yang empat terkandung kepada kalimat ILLA dan apa sebab sifat yang empat terkandung
kepada kalimat ALLAH. Terangkanlah apa sebabnya?
·
Jawab: Adapun
sifat yang lima itu, ujud hingga qiamuhu Taala binafsih, yaitu: martabat zat
lata’yin tidak nyata nyatanya. Adapun kalimat La itu kalimat tauhid, inilah
sebabnya dan adapun sifat sama, bashar,
kalam, samii’, basyir, mutakkalim, sebab terkandung kepada kalimat ILAHA itu,
sebab sifat itu bernama sifat kaya. Adapun ma’na ILAHA itu yang kaya daripada
tiap tiap barang yang lainnya, itulah sebabnya dan adapun sifat hayyu, alimun,
qadirun, terkandung kepada kalimat ILLA, karena sifat itu melazimi bagi ma’ani
dikarenakan sifat ma’ani, itulah sebabnya. Adapun sifat yang lima yaitu: hayat,
ilmu, kuderat, iradat, dan wahdaniat, sebab terkandung kepada kalimat ALLAH.
Karena dia dengan dia zahir segala sifat itu ujud kepada zihin dan kepada harij
dan adapun makna Allah itu nama bagi zat yang wajibal ujud yang mewajibkan dua
puluh sifat.
·
Tanya: Apakah perbedaan kudrat dengan qadir dan sama’
dengan samii’ hingga ketujuhnya?
·
Jawab: Adapun perbedaan kudrat dengan qadir dan sama’
dengan samii’ hingga ketujuhnya, dengan bahwasanya kudrat itu sifat yang
berdiri sendiri bagi zat, tiada dikarenakan dengan suatu karena. Adapun sifat
qadir itu dinamakan bagi zat, sebab berdiri sifat kudrat kepada zat, mewajibkan
zat itu bernama qadir yang kuasa, dan seperti demikianlah sami’ dan samii’.
·
Tanya: Apakah sebabnya sifat kudrat itu dinamai sifat
ma’ani dan qadir itu dinamai sifat ma’nawiyah?
·
Jawab: Adapun sifat kudrat yaitu nyata, kenyataannya
memberi bekas kepada menjadikan alam.
Ma’nawiyah, karena tiada memberi bekas kepada menjadikan alam, kerena
menjadikan alam, karena ia nama bagi zat yang kuasa karena berdiri sifat
kuadrat kepada zat.
·
Tanya: Apakah perbedaan anatara ma’ani dengan ma’nawiyah?
·
Jawab: Adapun sifat ma’ani itu qadim dengan zat, tidak
dikarenakan oleh suatu karena mewajibkan suatu hukum dan adapun sifat
ma’nawiyah itu tiada qadim dengan zat ma’ani dikarenakan dengan suatu karena,
yakni karena ma’ani.
·
Tanya: Zat itu jadi apa kepada kita dan sifat itu apa
kepada kita, dan af’al itu apa kepada kita dan asma itu apa kepada kita?
·
Jawab: Adapun zat itu rahasia kepada kita, sifat itu
nyawa kepada kita, af’al itu adalah tubuh kepada kita, dan asma itu adalah hati kepada kita.
·
Tanya: Berapa jalan kepada Allah Taala didalam tubuh kita
manusia ini?
·
Jawab: Adapun jalannya itu ada empat hal, pertama jalan
sariat, kedua jalan tarikat, ketiga jalan hakikat, dan yang keempat jalan
marifat.
·
Tanya: Sariat itu apa kepada rasul, tarikat itu apa
kepada rasul, hakikat apa kepada rasul, dan marifat itu apa kepada rasul?
·
Jawab: Sariat itu perkataanya. Tarikat itu jalnnya,
hakikat itu kediamannya, dan marifat itu fi’ilnya (kelakuannya).
·
Tanya: - Sariat itu apa kepada kita, dan apa zikirnya?
-
Tarikat itu apa kepada kita, dan apa zikirnya?
- Hakikat
itu apa kepada kita, dan apa zikirnya?
-
Marifat itu apa kepada kita, dan apa zikirnya?
·
Jawab: - Sariat
itu tubuh kepada kita dan zikirnya: LA ILAHA
ILLALLAH.
- Tarikat itu hati kepada kita dan zikirnya: ALLAH, ALLAH (YA
ALLAH, YA ALLAH)
- Hakikat itu nyawa kepada kita dan zikirnya: HU, HU (YA HU,
YA HU) hakikat Allah itu kunhu
zat
- Marifat itu rahasia kepada kita dan
zikirnya: LA HURUFIN
WALA SAUTIN.
·
Tanya: Manakah istana sariat dan mana istana tarikat dan
mana istana
hakikat dan
pula istana marifat itu?
·
Jawab: Adapun istana sariat itu lidah kepada kita. Istana
tarikat itu hati kepada kita dan istana hakikat itu nyawa kepada kita.
Sedangkan istana marifat itu lengkap meliputi kepada seluruh wijud kita lahir
dan batin.
·
Tanya: Bumi itu apa kepada Muhammad, air itu apa kepada
Muhammad, angin itu apa kepada Muhammad, dan api itu apa kepada Muhammad?
·
Jawab: Adapun bumi itu badan Muhammad, Air itu cahaya nur
Muhammad, Agin itu nafas Muhammad, dan Api itu adalah nazir Muhammad.
·
Tanya: Mana oleh awal Muhammad dan ahir Muhammad, dan
mana zahir Muhammad dan mana batin Muhammad?
·
Jawab: Adapun awal Muhammad itu nurani, nyawa kepada
kita, dan adapun ahir Muhammad itu nurani, hati kepada kita, Adapun zahir
Muhammad itu insani, tubuh kepada kita dan batin Muhammad itu robbani, menjadi
rahasia kepada kita.
·
Tanya: Marifat itu ada berapa perkara?
·
Jawab: Bermula marifat itu ada tiga perkara. Pertama
marifat sariat, marifat tarikat dan marifat orang hakikat.
·
Tanya: Apakah perbedaan yang tiga itu?
·
Jawab: Marifat orang sariat yaitu mengenal hukum hukum
yang zahir ini. Marifat orang tarikat yaitu mengenal barang yang seni seni
seperti: ujud, ria, takabur, sum’ah dll dan mengenal buruk dan bail, lahir dan
batin. Marifat orang ahli hakikat yaitu: anatara antazahu tasybihi dan tiada
terdinding pandangan batin akan yang zahir.
·
Tanya: Apakah cukup dalam agama itu ilmu zahir semata?
·
Jawab: Belumlah cukup kala ilmu zahir semata sebelum
menuntut ilmu batin/hakikat.
·
Tanya: Adakah ilmu hakikat itu bersalahan dengan ilmu
sariat?
·
Jawab: Adapun ilmu hakikat itu bersalahan dengan ilmu
sariat. Barang siapa mengatakan bersalahan hakikat dengan sariat, maka orang
itu langsung kapir. Karena hakikat itu sariat nabi yang batin. Sedangkan sariat
itu ilmu fikih, yaitu sariat nabi yang zahir. Sebab yang batin itu hakikat
nyawa, sedangkan yang lahir hanyalah hakikat tubuh.
·
Tanya: Apakah yang dinamakan derzat hakikat?
·
Jawab: Yang dinamakan derzat hakikat itu adalah hilang
segala ujud yang zahir ini pandangan basirah mata hati. Bukan hilang pada nafsu
amarah.
·
Tanya: Manakah yang dinamakan hakikat tauhid?
·
Jawab: Hakikat tauhid itu adalah barang yang terlintas
lintas didalam hati sanubari maka yaitu binasa lagi baharu.
·
Tanya: Apakah hakikat tasauf itu?
·
Jawab: Hakikat tasauf adalah meninggalkan da’wah dan
mencabut segala perkataan dan ucapan, sebab disini tiada lagi gunanya huruf,
suara dan kata kata.
·
Tanya: Berapakah yang bernama diri?
·
Jawab: Adapun diri itu ada tiga perkara. Pertama yang
sebenar benar diri. Kedua diri terperi. Ketiga adalah diri terdiri.
·
Tanya: Manakah yang sebenar benar diri, manakah diri terperi
dan mana diri terdiri?
·
Jawab: Sebenar benar diri itu keadaannya kapas yaitu
keadaan Allah. Diri terperi keadaan benang yaitu keadaan Muhammad. Sedang diri
terdiri adalah keadaan kain, yaitu keadaan Adam dan ini hanya sebagi misal dan
contoh saja/perumpamaan.
·
Tanya: Apakah yang menyampaikan kita kepada Allah?
·
Jawab: Anugerahnya jua kepada kita.
·
Tanya: Apakah yang dinamakan ilmu?
·
Jawab: Ilmu itu hanya untuk mengetahui hukum hukum yang
nyata yang termaktub dalam Al Qur’an dan
dalam hadits. Inilah yang disebut ilmu nyata/nampak.
·
Tanya: Apakah ada lagi yang mengalahkan ilmu?
·
Jawab: Yang mengalahkan ilmu itu nafsu.
·
Tanya: Apalagi yang boleh mengalahkan nafsu?
·
Jawab: Yang mengalahkan nafsu ialah orang yang bertemu
dengan TuhanNya. Maksudnya orang yang hilang diri (ingsun).
·
Tanya: Manakah
keadaan sudah marifat itu?
·
Jawab: Keadaan
sudah marifat itu ialah jahil akan dirinya.
·
Tanya: Apakah
islam itu dan apakah iman itu?
·
Jawab: Islam itu
zahir sedang iman itu batin.
·
Tanya: Sholat itu
ada berapa bangsa?
·
Jawab:
Sholat itu ada dua bangsa. Pertama
sholat batin. Kedua sholat zahir.
·
Tanya:
Manakah yang harus didahulukan sholat
zahir dan sholat batin?
·
Jawab:
Sholat batin lebih utama, sholat zahir
mengikut dari belakang.
·
Tanya:
Bolehkah kita melaksanakan sholat zahir saja, sedangkan
sholat batin kami belum tahu ilmunya?
·
Jawab:
Awaluddin Marifatullah, artinya: awal awal agama itu mengenal Allah. Kenalilah
dulu tuhanmu baru sempurna ibadatmu. Sebab beramal dengan tiada
mengenal kepada orang yang disembahnya, hukumnya mardut.
·
Tanya: Adakah
syarat dalam beramal beribadah?
·
Jawab: Memang ada
dan itu pasti adalah ikhlas.
·
Tanya: Apakah arti
ikhlas itu?
·
Jawab: Jawabnya hanya singkat, yaitu fana dan baqa
kedalam Tuhan, demikianlah adanaya. Jelaslah telah marifat kepada Allah.
·
Tanya: Ikhlas itu
ada berapa perkara?
·
Jawab: Bermula ikhlas itu ada tiga perkara.
Pertama
ikhlas orang mubtadi.
Kedua
ikhlas orang mutawwasit.
Ketiga
ikhlas orang muntahi.
·
Tanya: Cobalah
jelaskan kepda kami satu persatu?
·
Jawab: - Ikhlas orang mubtadi itu mengharap upah dan
inginkan sorga dan
minta jauhkan dari azab neraka, itulah akidahnya.
- Ikhlas orang mutawwasit yaitu: bersih dari
riya dan sum’ah, hanya
semata mata karena Allah, hanya
mengerjakan perintah Allah,
karena dia hamba Allah. Orang ini, tidak ingin apa apa hanya taat
kepada Allah.
- Ikhlas
orang muntahi itu tiada menilik bagi dirinya, amalnya
hanya memandang fi’il kelakuan
Allah Taala pada dirinya.
·
Tanya: Apa
perbedaan antara ketiga perkara itu dan apa hukumnya?
·
Jawab: Orang
mubtadi itu sirik semata mata. Karena memandang amal itu atas akuannya.
Sedangkan amal orang mutawwasit itu kena juga hukum sirik, tetapi lebih halus
siriknya. Karena dalam beramal ada ujudnya belum fana dan baqa. Apabila ujud
Adam masih ada, dosalah sepanjang umur. Adapun amal orang muntahi itu telah lepas dari sirik zali dan sirik hafi.
Ia telah manuggal dengan Tuhannya.
·
Tanya: Cobalah beri kami sebuah contoh untuk mudah kami
fahami. Misal hamba dengan Tuhan dan misal Tuhan dengan hamba?
·
Jawab: Misal Tuhan dengan hamba seperti: matahari dengan
cahaya, api dengan asapnya. Tentunya tiada bercerai dan tiada sekutu. Memang
pada hakikatnya adalah satu jua adanya. Sabda rasulullah s.a.w: ” LA YUFRIQU BAINAN NAFI WAL FARAQA BAINAHUMA
FAHUWA KAAFIRUN IBATI WAMAN”, artinya
tiada bercerai nafi dan isbat, dan siapa yang menceraikannya orang kafir. Na’ujubillahi
Minzalik.
·
Tanya: Mana rupa
yang tiada bercerai dan tiada bersekutu?
·
Jawab: Rupa yang
tiada bercerai yaitu: kuasa engkau itu adalah kuasa Allah. Kehendak engkau
adalah kehendak Allah. Ihtiar engkau adalah ihtiar Allah dan arti tiada sekutu
tiadalah engkau kuasanya serta walau seberat zarroh juapun. Hanya semat mata
kuasa Allah Taala padamu. Tiada bergerak suatu zarrohpun, melainkan dengan
Allah. Allahlah yang mendengar lagi maha melihat dan maha tahu. Inilah arti
nafi danm isbat. Nafi mengandung isbat dan isbat mengandung nafi. Inilah arti
tiada bercerai dan tiada sekutu. Fahamkanlah wahai saudarakau muslimin dan
muslimat. Haya hamba pandang diri hamba sebagai........dan hamba pandang segala
yang ada ini QOIM dengan Allah Taala. Pandangan hamba tiada lain dan tiada
bukan hanyalah: Allah itu semua, dan semua itu Allah. Yang memandang ialah yang
dipandang.yang menyembah ialah yang disembah. Yang mengenal ialah yang dikenal.
Yang mencintai ialah yang dicintai. Yang menyruh ialah yang disuruh. Yang
dipuji ialah yang dipuji. Puji qadim bagi qadim. ILA ANA YA LANA. Aku bagiku jua, tiada untuk siapa siapa. Aku
adalaj Aku dalam segala hal.demikianlah akidah/pendirian seorang insan
kamil.manakah yang dinamai kepada Allah Taala itu yaitu: hapus sekalian yang
dalam alam seluruhnya ini daripada pandangan dalam hatinya, ujud Allah Taala
yang ada, serta hadir dalam hatinya senantiasa adanya. Karena Allah itu selalu
hadir kepada setiap hambanya: inilah arti sampai kepada Allah Taala. Tiada lupa
dan tiada lalai walau sekejap mata.
·
Tanya: Manakah
anasir yang empat yang batin itu?
·
Jawab: Anasir yang
empat itu yaitu: ujud, ilmu, nur, syuhud.
·
Tanya: Apakah arti
ujud, ilmu, nur, syuhud?
·
Jawab: Arti ujud
itu zat, arti ilmu itu sifat, arti nur itu asma dan arti syuhud itu af’alnya.
·
Tanya: Zat itu apa
kepda kita, sifat itu apa kepada kita, asma itu apa kepada kita, dan afal itu
jadi apa kepada kita?
·
Jawab: Adapun zat
itu rahasia kepada kita, sifat itu nyawa
kepda kita, asma itu hati kepada kita, dan afal itu jadi tubuh kepada kita.
·
Tanya: Mana yang dinamai qadim dan mana yang dinamai
azalnya(azalinya)?
·
Jawab: Adapun qadim itu dan yang azali itu makna saja
yaitu: barang yang tiada awal baginya
ujudi dan adami. Yakni bermula segala sifat itu qadim lagi azali.
·
Tanya: Manakah
yang fhardu daripada fhardu?
·
Jawab: Adapun yang fhardu dahulu daripada yang fhardu
yaitu ilmunya(fikih, tauhid,tasauf).
·
Tanya: Manakah
yang fhardu dalam fhardu?
·
Jawab: Adapun yang fhardu dalam fhardu itu ialah: hadir
hati dalam sembahyangmu kepada Allah. Artinya hadir hati serta Allah.
Bagaimanakah menghadirkan serta Allah ? sedangkan kamu jauh daripada Allah.
Kalau demikian hanya dibuat buat saja.
·
Tanya: Berapa macamakan orang yang mengatakan kalimah”
LAI LAHA ILLALLAH”?
·
Jawab: Ada tiga macam orang yang mengatakan kalimah:” LA
ILAHA ILLALLAH”. Pertama orang mubtadi. Kedua orang mutawwasit. Ketiga orang
muntahi.
·
Tanya: Manakah beda antara yang tiga macam itu?
·
Jawab: Adapun
orang mubtadi itu yaitu: oarang yang
memandang daripada dirinya kepada Allah: ialah: ”LA MA’BUUDUN BIHAQQIN ILLALLAH” artinya ”tiada yang disembah
melainkan Allah. Dan orang yang mutawwasit itu yaitu orang yang memandang
daripada Allah kepada dirinya, ialah:
”LA MATHLUUBU BIHAQQIN ILLALLAH” artinya: tiada yang dituntut dengan
sebenarnya melainkan Allah Taala. Jadi keduanya golongan ini adalah sirik
semata. Karena dirinya masih ada dan belum lagi fana. Sabda Rasulullah s.a.w ” WUJUDUKA ZANBUN LAQIAASA LAHU LIGAIRIHI”
artinya: bermula ujudmu itu adalah DOSA. Maksudnya adalah hadits ini tidak bisa dikias dengan apapun jua dan
hendak dipakreli sendiri menurut akal orang awam. Sebab memang banyak sekali
hukum hukum dikias kesana kemari menurut fahamnya (logikanya) dan yang ketiga
itu tadi yaitu faham orang yang muntahi atau golongan muntahi yaitu orang yang
memandang daripada Allah kepada Allah, yaitu: ”LA MAUJUUDAN BIHAQQIN ILLALLAH” artinya tiada yang maujud didalam
alam ini, kecuali ujud Allah Taala. Golongan inilah yang lepas daripada sirik.
Baik sirik yang halus maupun sirik yang kasar. Inilah wajib daripada yang
wajib. Inilah yang fhardu daripada yang fhardu. Inilah ilmu yang paling
sempurna daripada segala ilmu dan marifat.
·
Tanya: Apakah
janji kalimah LA ILAHA ILLALLAH?
·
Jawab: Mengandung
NAFI dan ISBAT dan tiada cerai dan tiada sekutu.
·
Tanya: Kalimah LA
ILAHA ILLALLAH itu isyarat kepada apa?
·
Jawab: Isyarat kepada ujud mahluk dan isyarat kepada ujud
Allah Taala, yang qadim dan azali.
·
Tanya: Bagaimanakah memasukkan atau menyempurnakan islam,
iman, tauhid, dan marifat?
·
Jawab: Adapun islam, iman, tauhid dan marifat itu ada dua
bagian. Karena tidak sah islam melainkan dengan iman, dan tiada sah iman itu
melainkan dengan marifat (mengenal Tuhan Allah). Karena bermula kalimat
ILLALLAH adalah kalimat MARIFAT adanya.
·
Tanya: Apakah sebabnya kalimah LA ILAHA ILLALLAH itu
dinafikan dengan kalimah LA ILAHA, dan apa sebabnya disabitkan dengan kalimah
ILLALLAH? kita sudah yakin bahwa Allah Taala itu ESA dengan dalil dan burhan
dan bahwa baharu sekalian alam ini. Sekarang apa jua yang dinafikan dengan
kalimah itu?
·
Jawab: Adapun nafi
ada tiga perkara yaitu:
- Pertama nafi
orang awam/mubtadi.
- Kedua
nafi orang alim/mutawwasit.
- Ketiga nafi orang arif/muntahi.
Jadi ilmu yang ketiga macam ini tiadalah yang sama.
·
Tanya: Terangkan
perbedaan ketiga golongan itu tadi?
·
Jawab: Adapun nafi
orang awam/mubtadi adalah menafikan yang bersifat ketuhanan yang lain daripada
Allah Taala. Maka itu nyata batalnya, karena menafikan barang yang tiada
mustahil ujudnya. Karena yang tiada itu tiada berkehendak kepada nafi karena
sudah nafi sedia jadi tahsibul hashil: jadi tiada faedah nafinya dan
setengahnya menyatu, ia yang dinafikan itu Tuhan difhardukan yakni yang
ditakdirkan. Bermula nafi ini sangat batalnya dan apabila ada akalnya seberat
zarrohpun karena mafum takdir itu berdiri pada tempat maujud. Bermula yang
maujud itu tiada penerima nafi dan jikalau tiada sekali kali Tuhan takdirkan
itu, niscaya tiada berkehendak kepada nafi, karena sudah nafi sedia tahsilul
hasil, jadi tiada faedah nafinya lagi. Jadi tiada faedah lagi mangatakan
musrifah itu karena yang itu adalah isinya, bukan kulitnya. Maka yang dimaksud
disini adalah ISInya. Bukanlah kulit atau bacaanya dan nafi yang seperti itu tadi
adalah umumnya bercerai nafi dengan isbat. Sedang dalam janjinya nafi dan isbat
tiada bercerai keduanya. Jadi tetaplah nafi mengandung isbat dan isbat
mengandung nafi. Keduanya tiada cerai dan tiada sekutu. Sabda Rasulullah s.a.w
” LA YUFARRIQU BAINAN NAFI WAL ISBATI
WAMAN FARAQA BAINAHUMAA FAHUWA KAFIRUN” artinya
tiada cerai nafi dan isbat dan barang siapa yang menceraikannya sesungguhnya
orang itu kafir dan yang kedua adalah nafinya alim yaitu menafikan syak dan ragu
berdirinya sifat ketuhanan hambanya seperti sangka orang awam. Disangkanya
mahluk itu bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan. Sehingga dipujinya orang
yang mendatangkan kebaikan dan dicelanya/dibencinya orang yang berbuat
keburukan. Mereka syak wasangka itulah yang menafikan. Yang sebenarnya tiada
sekali kali fi’il kelakuan mahluk yang mendatangkan kebaikan dan kejahatan itu.
Hanyalah fi’il kelakuan Allah yang berlaku pada sisi hambanya. Itulah yang
wajib diisbatkan ketuhanan itu kepada Allah, supaya syak dan waham itu. Inilah
arti nafi yang mengandung isbat dan isbat yang mengandung nafi dan tiada
bercerai dan tiada bersekutu pada kalimah LA
ILAH ILLALLAH. Demikianlah faham orang alim yang kedua tadi. Mereka masih
mengandung sirik yang halus dan yang ketiga orang arif itu tadi atau muntahi.
Mereka menafikan seperti kata mereka: LA
MAUJUN, LA HAYYUN, LA ALIMUN, LA QADIRUN, LA MURIDUN, LA SAMI’UN, LA BASYIRUN, LA MUTAKAL LIMUN,FIL
HAQIQATIN ILLALLAH, artinya: tiada yang maujud, tiada yang hidup, tiada
yang tahu, tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang mendengar,
tiada yang melihat dan tiada yang berkata kata pada hakikatnya kecuali Allah
Taala. Hanyalah sifat yang jahir pada mahluk, tempat zahir sifat Tuhan kepada
hambanya. Seperti ujud kita ini bayang bayang bagi ujud Allah Taala dan
mustahil bayang-bayang berdiri dengan sendirinya. Ini adalah suatu misal jua
yang memudahkan faham kita. Yang betul tempat zahirnya jua seperti firman Allah
Taala yang artinya: ”Hanya kujadikan
sesuatu itu karena hendak mengenal engkau kepadaku, dalam tiap tiap sesuatu
kujadikan” dan dalam tiap tiap
sesuatu maka fanakan wahai insan akan ujudmu dalam ujud Allah, dan fanakan
segala sifatmu dalam sifat Allah Taala dan fanakan afalmu dalam afal Allah
Taala dan juga fanakanlah asmamu dalam asma Allah Taala. Allah Taalalah yang
hidup dalam dirimu itu. Allah Taala yang kuasa dan yang berkehendak dalam
dirimu itu wahai segala tholib.
·
Tanya: Adakah
usaha dan ihtiar mahluk didalam alam ini?
·
Jawab: Sekali kali
tidak ada usaha dan ihtiar mahluk didalam alam ini. Sabda Rasulullah s.a.w ”LA TATAHARAKA ZARRATUN ILLA BI IZNILLAH”,
artinya tiada bergerak didalam alam ini suatu zarrah juapun, kecuali dengan
kehendak Allah Taala. Jadi nyatalah kepada kita ini sebenarnya tiada mempunyai
gerak dan gerik, usaha dan ihtiar, walaupun dia seorang wali. Orang banyak syak
dan ragu dalam soal ini. Syak wasangka itulah yang wajib kita nafikan pada
kalimah LA ILA ILLALLAH, karena sekali kali kita tak punya perbuatan walau
sebesar debu. Sebab kita mati sebelum mati. Maksudnya adalah mati nafsu/mati
fil hakikat.
·
Tanya: Apakah sebabnya sifat orang muntahi itu lepas
daripada sirik hafi dan sirik zali?
·
Jawab: Adapun orang muntahi itu dikatakan lepas daripada
sirik hafi dan sirik zali karena mereka memandang daripada Allah kepada Allah,
tiada memandang bagi amal dirinya hanya apabila ia beramal ditiliknya dalam
hatinya akan amal itu daripada Allah dengan Allah bagi Allah dan untuk Allah
MINALLAH, BILLAH, LILLAH (ILLA ANA YA LANA)
·
Tanya: Kenapakah
orang ahli hakikat itu kami dengar jarang sekali mengata kalimah LA ILAHA
ILLALLAH? Benarkah kata kata orang itu?
·
Jawab: Kata kata itu benar, karena bahwasanya Allah Taala
itu benar hadir dalam hatinya, maka daripada itu mereka malu kepada Allah
menyebut Dia.
·
Tanya: Coba terangkan kepada kami tentang hadir hati
serta Allah Taala, supaya kami tahu?
·
Jawab: Ringkasannya begini: pertama kita wajib mengetahui
dan kita ’tiqatkan yaitu mengetahui barang yang wajib padaNya dan barang yang
mustahil padaNya dan barang yang harus padaNya dan wajib me’itiqadkan padaNya
seperti: ”LAISYA KAMISTLIHI SYAI’UN FIL
ARDHI WALAA FISSAMA’I”. Allah Taala itu tidak didalam sesuatu dan tidak
diluar sesuatu dan tiada sesuatu dalamnya. Tuhan itu tidak diatas, tidak
dibawah, tidak dimuka, tidak dibelakang, tidak dikanan, tidak diluar manusia,
dan tidak sesuatu dalamnya. Jauh tiada antara, dekat tiada tersentuh, hanya
muhiitun pada sekalian alam. Tiada masa, tiada saman tiada hingga, tiada
sekarang, tiada kemudian, tiada awal dan tiada akhirnya, tiada bersatu dan
tiada bercerai. Tetapi memang satu atau tunggal, pada hakikatnya. Jelaslah
ia Tuhan ada pada setiap diri. Karena zahir Tuhan ada dimanusia, dan batin
manusia ada di TUHAN. Johirnya mahluk, batinnya Tuhan. Zohirnya mahluk batinnya tuhan.
·
Tanya : Ada orang berkata menengah menuntut ilmu tasauf,
katanya ilmu tasauf bukan untuk orang awam atau umum melainkan hanya untuk
orang-orang yang ada di atas saja kedudukannya. Benarkah perkataan itu dan
dapatkah kita pegang
·
Jawab : Perkataan itu mardut, tak dapat anda pegangi,
orang itu hukumnya sesat karena salah paham. Tidak ada larangan dalam Qur’an,
dalam hadist dan ittifaq ulama yang hak, sebaliknya ada perintah wajib menuntut
ilmu hakikat. Memang orang yang diatas itu asalnya dari bawah juga.
·
Tanya : Apa hukumnya orang alim hakikat kalau ia berbuat
kesalahan dan apa hukumnya kalau orang alim sariat berbuat dosa ?
·
Jawab: Baiklah hamba bawakan hadist Rasulullah S.A.W
yaitu yang berbunyi: “WAL ULAMAAU
HABIBULLAH WALAU FAASQUN WAL JAAHILU ADUWWULLAHI WALAU SHOOLIHAN” artinya:
ulama kekasih allah itu, walau fasik dan orang jahil atau ingkar itu seteru
allah, walaupun sholeh atau ahli ahli ibadah sekalipun, maksudnya ialah orang
alim yang sebenarnya bila terlanjur berbuat salah hukumnya hanya fasik, artinya
bisa dapat ampunan dari allah, sedangkan orang alim biasa atau alim ahli sariat
semata, bila berbuat salah hukunnya kufur atau kafir, sebab dia ahli sariat
semata tiada dengan ilmu hakikat. Sebab sariat semata adalah sesat karena jahinya tau
ingkarnya itu. Orang jahil atau ingkar itu menurut sabda nabi s.a.w telah dekat
dengan kufur atau kafir, sebab ia buta dalam dunia dan niscaya buta pula
diakhirat.
·
Tanya : Berapa macam orang yang sembahyang atau sholat ?
·
Jawab : Orang yang sholat atau sembahyang itu ada tiga
macam
·
Tanya : Tolonglah terangkan sedikit tentang yang tiga
macam/ tiga martabat itu?
·
Jawab : Pertama sembahyang orang ahli sariat yaitu
mengharap pahala dan menjauhi dari dosa atau neraka, mereka memandang
daripadanya kepada allah, orang ini sirik atau taklid atau buta. Kedua
sembahyang orang ahli tarikat yaitu hadir allah di hadapannya inilah itiqotnya, orang ini sirik jua adanya
karena dirinya masih ada dan ketiga sembahyang orang ahli hakikat itu yaitu
orang yang memandang bagi dirinya amal. Hanya ia memandang Fi’il kelakuan allah
taala yang berlaku pada dirinya yang ditakdirkan pada azali sebelum dijadikan
dia, hanya memandang bagi dirinya jadi alat seperti kalam pada tangan orang
yang menyurat, maha suci allah daripada alat, hanya dipandangnya segala amalnya
minalla, billah dan lillah, inilah yang sebenar-benar sembahyang. Inilah yang
disebut otak sembahyang atau sholat.
·
Tanya: Coba terangkan kepada kami mana yang sebenar
puasa? dan puasa itu ada berapa martabat?
·
Jawab: Puasa itu memang ada tiga bagian pula. Samalah
halnya dengan sembahyang itu tadi. Martabat pertama dan martabat kedua adalah
batal. Sedang martabat yang ketiga adalah: memeliharakan hati daripada mencita
cita akan kemulian dunia, dan selalu ingat kepada Allah dalam stiap gerak dan
geriknya dan lainnya dan orang yang seperti ini puasa terus menerus tiada
hentinya dan tiada waktunya. Inilah puasa orang ahli hakikat/insan kamil.
·
Tanya: Bisakah
kita melihat Allah dalam dunia ini?
·
Jawab: Pertanyaan anda sudah dijawab tuhan dalam kitabNya
Al Qur’an” WAMAN KANAFI HAJIMI AMA
FAHUWA FIL AKHIROTI AMA WA ADHOLLU SABILA”, artinya: siapa siapa yang buta
dalam dunia ini, niscaya diahirat akan buta pula dan sesat dijalan. Jelaslah
ialah: melihat Allah itu dengan ilmu, dengan ruh dengan perasaan.
·
Tanya: Amanah
apakah yang utama sekali yang diamanahkan Tuhan kepada hambanya?
·
Jawab: Amanah yang utama dan yang wajib dilaksanakan oleh
hambanya ialah marifatullah artinya mengenal Tuhan Allah.
·
Tanya: Siapakah
perintis pertama ilmu tasauf?
·
Jawab: Perintis pertama ilmu tasauf/ilmu hakikat adalah
Muhammad Rasulullah s.a.w.
·
Tanya: Siapkah
penerus ajaran tentang ilmu hakikat/ilmu batin sesudah para sahabat?
·
Jawab: Penerus
ajaran ilmu hakikat/ilmu batin adalah Abu Hasyim Al Kufi dan beliau meninggal
tahun 150 H atau tahun 761 M
·
Tanya: Apakah
ajaran tasauf itu berasal dari Al Qur’an dan Hadits?
·
Jawab: Memang
ajaran tasauf itu mengambil dari Al Qur’an dan Hadits.
·
Tanya: Apakah sebabnya sebagin ulama mengatakan bahwa
ilmu tasauf itu atau ilmu batin itu dida’wahnya bukan dari Al Qur’an?
·
Jawab: Sebab
mereka hanya menelaah kulitnya, bukanlah isinya. Sedangkan bagi ulama
batin/hakiki mengutamakan isinya.
·
Tanya: Apakah
dinding/hujab itu? Berilah kami paham supaya kami paham petuahnya?
·
Jawab: Dinding/hijab itu adalah: ”RU’YATUN NAFSI WATADBIIRUKA”, artinya melihat diri sendiri dan
mengaturnya.
·
Tanya: Di dalam ilmu tasauf atau ilmu ketuhanan itu,
apakah yang palinh ditakuti orang?
·
Jawab: Yang paling ditakuti orang dalam ilmu ketuhanan
adalah AKUNYA ITU ADANYA. Sebab mereka takut disuruh mencipta. Maksudnya bukan
demikian, itu salah paham. Sering terjadi pada diri nabi s.a.w. disuruh
mencipta oleh orang orang yang jahil. Apakah nabi segera mencipta? Sekali kali
tidak kecuali Allah yang menghendakinya. Tidak kamu layani oarang orang ang
jahil itu, karena toh mereka tidak percaya juga. Kan sudah banyak bukti tentang
kekeramatan para wali wali. Mereka toh tetap tidak percaya, sebab mereka adalah
orang orang yang bahil dan jahil. Yang penting/utamanya adalah untuk dirimu
pribadi, lain tidak.
·
Tanya: Bagaimanakah
ITIQAT AHLUL KASYAF?
·
Jawab: Itiqat ahlul kasyaf adalah mereka yang terbuka
dinding hijab. Pandangannya segala kerja dari Allah. Sedangkan hambanya itu
hanya tempat majhor dan kenyataan perbuatan Allah. Seperti halnya orang yang
menulis surat degan pena, bukanlah pena yang menjadi huruf, tapi adalah orang
yang menulis itu sendiri. Sedangkan penanya hanya kesadaran bagi orang yang
menulis itu, jadi pada kesadaran inilah yang disebut hukum syara/sariat.
·
Tanya: Apakah
cukup bagi kita mengkaji Al Qur’an itu hanya menurut tafsir yang ada?
·
Jawab: Belumlah cukup kita menggali Al Qur’an itu kalau
hanya kulitnya saja, bukan isinya. Kitab Al Qur’an itu selalu dibolak balik
dikaji tidk ada habis habisnya. Sedangkan isinya tidak pernah dicari, tidak
pernah ditemukan: seluruh dalilnya yang ada didalamnya tidak pernah dirasakan,
tidak dihayati dan tidak pernah diserapkan kedalam hati sanubari yang halus
mulus. Orang yang seperti ini pendiriannya kukuh dalam mengkaji kulit luarnya
belaka. Dirinya hanya ditutupi keindahan luarnya saja, sedangkan dalamnya penuh
dengan kotoran basi dan najis yang amat sangat. Mereka berlomba lomba dalm amal
ibadah lahirnya saja, yaitu sehebat hebat mungkin. Menyembah dan memuji dengan
lagu yang dipariasikan dengan segala keindahan, yang ditirunya dari langgam
Mesir dan Timur Tengah. Tetapi nyatanya yang disembah belum juga ketemu, mereka
tidak mencukupi dalil Al Qur’an yang sebenarnya menurut isi. ”WA’BUDA ROBBAKA HATTA YA’TIYAKAL YAKIN”,
artinya kalau menyembah Tuhan haruslah ainal yakin. Dan haruslah tahu yang
disembah dan siapa yang menyembah. Jangan hanya dijudikan saja, Tuhan ada
dilagit dan dibumi.
·
Tanya: Apakah
bedanya ruh dengan nyawa?
·
Jawab:
Ruh itu adalah sifat cahaya. Sedangkan nyawa adalah sifatnya darah. Maka daripada itu
tiap tiap barang yang bernyawa mesti mengalami mati (Al Qur’an). Yang mati hanya jasadnya sedang
ruhnya tetap tiada mati, hidup kekal dan abadi.
·
Tanya: Cobalah uraikan kepada kami dengan jelas tentang
ruh dengan nyawa itu tadi?
·
Jawab: Ruh itu
adalah Ruhullah. Sedangkan nyawa itu adalah sifat darah. Kehadiran darah itu
juga belakangan bukan? Mungkin anda dapat merasakan sewaktu kita dalam
kandungan ibu kita. Sifat hidup itu sudah ada disana, oleh sebab itu kita dapat
usik dalam perut ibu kita. Itu tanda bahwa disana itu sudah ada kehidupan.
Bahkan sebaliknya saat saat kita lahir kedunia ini belum ada nyawa, sebab belum
memiliki rasa dunia dan belum punya nafsu.
·
Tanya: Apakah
sebanya jadi demikian?
·
Jawab: Sebabnya kerena belum ada pendengaran, penglihatan
dan penciuman.
·
Tanya: Coba
terngkan selanjutnya?
·
Jawab: Sebabnya ialah karena masih didalm ruang lingkup HAKKULLAH TAALA, yaitu hidupnya Tuhan
yang amat sucinya, bersih tanpa noda. Stelah ia menghirup hawa dunia dan
dimasuki makanan dan minuman yang ada didunia ini barulah mulai timbul memiliki
rasa dan dapat merasakan enak dan tidak enak. Barulah disitu mulai mendengar,
melihat, dan berbicara. Lama kelamaan keluarlah sesuatu dari rasa itu suatu
keinginan dan itulah yang disebut nafsu dan barulah sekarang lengkap antara
hidup dan nyawa menjadi satu. Tadi semenjak ada rasa itu disebut hidup dan
hidup sejatinya disebut ruh suci.
·
Tanya: Coba tolong
dijelaskan tentang mati hisyi?
·
Jawab: Kita ini
ada dua rupa yaitu rupa yang sejati yang tiada menempuh maut. Sedangkan rupa
yang kedua adalah sebagi manusia. Rupa yang kedua inilah yang menempuh maut. Sebab
tadi sudah kita katakan yang disebut nyawa itu ialah darah. Apabilah darah itu
habis atau beku maka matilah kita. Inilah yang disebut tiap tiap barang yang
bernyawa mesti menjalani mati. Sedang hidup yang sebenarnya tiada mati mati.
Itulah kehidupan ILAHI ROBI YANG MAHA AGUNG. Maka kita harus kembali kepada
kehidupan ILAHI ROBBI yang maha tinggi. Jadi orang yang sudah kembali kepada
Allah Taala itu: itulah yang disebut iman yang sempurna.
·
Tanya: Apakah
orang memiliki iman yang sempurna itu tidak ada memiliki hawa nafsu
hewani/nafsu saiton?
·
Jawab: Memang demikian, sebab sesungguhnya tidak
merupakan rasa terpisah lagi dengan Tuhan, karena sudah WAHUWA MA’AKUM, berbaringan siang dan malam. Kalau sudah demikian
sukar akn dibandingi, karena tidak bakal terpikat lagi dan tidak hanyut lagi
oleh kejahatan dunia ini. Akhirnya lama kelamaan syaitonpun menyingkir, tidak
mau/tidak bisa menggoda rencana kita ini. Sebab ia itu sudah berjanji kepada
Tuhan Allah. Semuanya mahluk didunia ini dihiasinya dengan kejahatan, kecuali
orang yang telah marifat zat.
·
Tanya: Apakah
sariat bisa menghukum hakikat?
·
Jawab: Sariat
tidak bisa menghukum hakikat.
·
Tanya: Apa sebab
sariat tidak bisa menghukum hakikat?
·
Jawab: Sebab
syariat hanya bertugas membetulkan aturan amal ibadah yang lahir ini. Bagaimana
adap terhadap Tuhan dan mengetahui cara perilaku kehidupan sariat. Sedangkan
hakikat itu mengurusi tentang iman. Sudah benarkah imannya kepada Allah Taala?
Sariat itu adalah islam dan hakikat itu iman. Islam tanpa iman sesat, dan iman
tanpa marifat yang sesat pula.
·
Tanya: Apakah bisa melihat Tuhan didunia ini?
·
Jawab: Sudah ada
dalam Hadits dan Al Qur’an. Dalam Hadits mengatakan: ”RUKYATULLAHI FIDDUNYA” yang menyebabkan BAINIL QALBI, artinya melihat Tuhan didunia tidak bisa salah atau
tidak boleh keliru, haruslah degan ketajaman kalbu/mata hati dan ketajaman
penglihatan mata kepala. Seba orang yang terbuka hijab itu pandangan lahirnya
tiada beda dengan pandangan batinnya: inilah makam yang tertinggi.
·
Tanya: Berapa
macamkah iman manusia ini kepada Tuhan?
·
Jawab: Ada dua
macam seperti: pertama imannya orang ahli syariat. Kedua imannya
orang ahli hakikat.
·
Tanya: Imanya ahli
hakikat kami sudah mengerti. Tinggal lagi imannya ahli sariat, tolong jelaskan kepada
kami, supaya kami tahu?
·
Jawab: Iman ahli sariat adalah beriman kepada segala
perintah dan larangannya dan haruslah melaksanakan rukun rukun islam dan rukun
iman seperti yang umumnya diajarkan orang. Sedangkan iman
ahli hakikat tidak seperti imannya ahli sariat. Orang ahli sariat mau
sembahyang sudah tidak bisa bangun, hendak ingat saja belum ada ilmunya, memang
serba susah/sulit. Kalau begitu kapiran berhenti ditegah perjalan, sudah pasti
masti dengan iman.
·
Tanya: Apakah diri kita ini dengan yang empat buah kitab
suci itu? Yaitu taurat, zabur, inzil dan Al Qur’an?
·
Jawab: Sesungguhnya taurat itu pendengaran kita. Zabur
itu adalah pengucap kita. Inzil itu adalah penglihatan kita dan Al Qur’an itu
adalah penciuman kita.
·
Tanya: Apakah
buktinya yang empat macam itu tadi?
·
Jawab: Bukti nyata bagi kita adalah nyawa kita ini.
Itulah hidup kita ini, dan Al Qur’an yang nyata bagi kita ini, yaitu yang
disebut dalil yang dahulu adanya semenjak kita lahir. Sedangkan yang ketiga itu
disebut hadits karena belakangan hadirnya seperti pendengaran, penglihatan dan
pengucapan kita ini.
·
Tanya: Sebelum kita mendengar, melihat dan berkata kata
apa sebab lama kelamaan bisa mendengar, melihat dan berkata kata?
·
Jawab: Dengan kudrat dan iradat Allah s.w.t sianak itu
tiada menyusu keibunya/susu bayi. Maka disana terjadi proses darisari makanan yang
dimakan akan melalui susu ibunya. Disitulah terjadi pembakaran atau sari api,
angin, air dan tanah. Karena makanan dan minuman itu berasal dari bumi ini juga
atau dari sari tanah jua, yang mengandung zat zat yang rahasia. Buktinya lama
lama sianak itu mulai mendengar. Melihat dan berkata kata begitu juga dikala
kita hendak mati hisyi, pendengaran, penglihatan, dan pengucap lebih dahulu
dikukut/diambil baru nafas akan sirna.
·
Tanya: Cobalah
tolong terangkan tentang yang empat anasir itu seperti api, angin, air dan
bumi?
·
Jawab: Madi/wadi
itu berasal dari sari api, itulah yang menjadi daging. Madi itu berasal dari
sari atau anasir angin, yaitulah yang menjadi sumsum. Mani itu berasal dari
sari air itulah yang menjadi tulang. Manikan adalah sari bumi, yaitu yang
menjadi kulit pada badan kita ini. Nah inilah kejadian empat unsur itu tadi.
·
Tanya: Bibit manusia itu ialah Adam dan Hawa. Apakah
bibit selanjutnya membuat manusia itu pasti dengan manusia pula?
·
Jawab: Membuat manusia itu tentunya dengan manusia lagi,
ini secara kenyataan. Lain halnya dengan kejadian Adam dan Hawa dan kejadian
Isya a.s itu kejadian luar biasa dan tentunya membuat kambing akan dibuat oleh
kambing lagi. Membuat musang akan dibuat musang lagi. Begitulah kuasa ilahi
robbi hanya satu kali saja menjadi bibit dan bibit itu terus berlanjut sampai
hari kiamat/hari yang terakhir. Memang pada lahirnya yang membuat itu manusia.
Tetapi pada batinnya tiada lain daripadanya jua.
·
Tanya: Apakah kesimpulan daripada Muhammad Rasulullah itu
secara mendalam?
·
Jawab: Muhammad
Rasulullah yang sebenarnya yang kita cari dan yang kita tuntut siang dan malam
ialah tidak lain dan tidak bukan adalah rasa ujud kita ini, begitulah
penjelasan yang tidak salah lagi dan perlu diragukan lagi.
·
Tanya: Bagaimanakah
antara Muhammad Rasulullah itu dengan Allah Taala?
·
Jawab: Muhammad Rasulullah itu dengan Allah tiada lain.
Sedangkan Adam dengan Muhammadpun tiada lain. Begitu juga Adam dengan manusia
lainnya atau yang disebut insan kamil juga tiada lain.
·
Tanya: Apakah
kesimpulan yang empat perkara ini?
·
Jawab: Kesimpulannya
ialah: ALLAH, MUHAMMAD, ADAM., DAN INSAN KAMIL ADALAH SATU JUA ADANYA. Muhammadpun
Allah jua. Adampun Allah jua. Insan kamilpun Allah jua. Semua itu Allah dan
Allah itu semuanya.
·
Tanya: Apakah semua nabi dan rasul rasul itu telah
menyatu didalam diri kita ini?
·
Jawab: Memang
betul perkataanmu itu wahai tholib
·
Tanya: Apakah
buktinya kami minta contoh barang sedikit?
·
Jawab: Buktinya adalah Adam itu adalah rupa dan bentuk
kita ini, inilah buktinya. Sedangkan Nuh adalah telinga kita ini. Dan
Ibrahim adalah mata kita ini. Juga seperti nabi Musa adalah mulut kita ini.
·
Tanya: Apakah
hakikat penciuman kita ini?
·
Jawab: Hakikat penciuman adalah ISYA RUHULLAH/nabi Isa
a.s. itulah hidung kita ini adanya.
·
Tanya: Apakah rasa
kita ini, masuknya kemana?
·
Jawab: Bukankah pendengaran, penglihatan, penciuman, dan
pengucapa itu telah masuk kedalam rasa.
·
Tanya: Apakah rasa itu hanya terikat pada yang empat itu
saja? Seperti contoh diatas tadi?
·
Jawab: Bukan itu saja, tetapi ujud keseluruhan ini yang
memikul tanggung jawab ini adalah hanya melalui rasa, samapai kita bisa berdiri,
duduk, berbaring, bagung, berjalan, bicara, diam dan segala gerak gerik yang diusik itu adalah
karena RASA. Sedangkan rasa itu tanpa ada sikap hidu itu tiada kuat rasa.
·
Tanya: Jadi apakah
hidup itu dan apakah rasa itu, dan apa pula ujud itu, dan apa pula nafsu itu?
·
Jawab: Sebenarnya yang anda katakan tadi tidaklah ada
perpisahan satu sama lainnya. Hidup itu telah menyatu dengan rasa. Sedangkan
rasa telah menyatu dalam ujud kita dan ujud kita ini telah manyatu pula dengan
nafsu.
·
Tanya: Apakah ilmu wali itu harus bertafa?
·
Jawab: Tidak perlu semua orang harus bertafa, cukup hanya
dengan mewarisi tafaan itu saja dan tidak perlu semua orang akan ilmu laduni.
Cukup hanya mewarisi yang ada saja. Tetapi bila ia langsung kepdamu, itu lebih
baik. Seseorang umpamanya memiliki ilmu laduni, lalu diajarkannya kepada
muridnya toh itupun ilmu laduni juga hukumnya.
·
Tanya: Umpamnya ada orang berkata: tidak perlu mengaji
ilmu wali nanti kamu bisa tersesat. Atau tak usah mengaji ilmu yang bukan
untukmu itu hanya khusus bagi wali wali saja. Apakah perkataan itu dapat
dibenarkan?
·
Jawab: Perkataan
itu mardut dan tidak boleh kita mengikutinya karena itulah penghalang
kebenaran.
·
Tanya: Sekarang
kami ingin menanyakan tentang empat perihal
yaitu:
Pertama : HAK
MUHAMMAD.
Kedua :
HAKIKI MUHAMMAD.
Ketiga : MUHAMMAD KARID.
Keempat : MUHAMMAD MAZAZI.
·
Jawab: Baiklah hamba nyatakan sebuah dalil Al Qur’an yang
berbunyi”WA ASMA INI TAALA ABADAN BI
KUFRO”, artinya barang siapa manusia mengaji asma hadits saja, tetap
hukumnya kapir bila tidak bertemu dengan barang buktinya. Jadi kalau mengaji
harus dengan bukti bukti nyata ialah
A’ IN dengan barangnya/buktinya. Kalau
sudah tahu namanya saja,
sedangkan barangnya belum pernah melihat,
itu taklid buta namanya. Jadi
perihal empat rupa itu tadi adalah:
1.
HAK MUHAMMAD/MUHAMMAD HAK.
Yang disebut hak Muhammad adalah zat, sifat Allah Taala buktinya terang dan
hening ialah: SAMUDRA HIDUP yaitu bibit seluruh nyawa. Nah itulah ujudnya yang
nyata. Kan sudah bisa ketemu bukan?
2.
HAKIKI MUHAMMAD/MUHAMMAD HAKIKI.
Muhammad hakiki ialah keluar memancar dari zat, sifat Tuhan yang disebut
NARUM, dan cahanya merah. Sesudah itu HAWAUN, dan cahayanya kuning, lalu MAUN
cahayanya putih dan yang keempat TAROBUN cahayanya hitam. Jadi keempat inilah
yang menjadi lafay Muhammad adanya. Jadi jelaslah begini cahaya nerah membentuk
huruf MIM. Sedang cahaya kuning membentuk huruf HA dan cahaya putih membentuk
huruf MIM lagi. Yang keempat cahaya hitam membentuk huruf DAL. Inilah Muhammad
hakiki namanya.
3.
KARID MUHAMMAD/MUHAMMAD KARID.
Muhammad karid ialah pada kenyataannya adalah rasa pribadi kita sendiri,
ialah rasa jasmani itu tentu sebagai sifatnya.
4.
MAZAZI MUHAMMAD/MUHAMMAD MAZAZI.
Muhammad mazazi adalah rupa atau bentuk jasmani kita ini adanya. Buktinya
ialah MIM awal itu kepala kita. HA adalah dada kita, MIM akhir pusat atau
pingang kita, sedang DAL adalah kaki kita ini.
·
Tanya: Apakah yang
disebut zikir nafi-isbat?
·
Jawab: Zikir
nafi-isbat itu adalah LA ILAHA ILLALLAH.
·
Tanya: Zikir lidah
itu ada berapa tingkat?
·
Jawab: Zikir lidah
itu ada tiga tingkatan.
Pertama : LA ILAHA ILLALLAH................................
Kedua :
ILLAHLAH, ILLALLAH..............................
Ketiga :
ALLAH, ALLAH............................................
·
Tanya: Bagaimanakah
menutup pintu shaiton?
·
Jawab: Untuk
menutup pintu pintu shaiton itu mudah saja asalkan tahu rahasianya/kejadiaanya.
Yaitu melepaskan AKUAN sendiri kepada AKUAN Tuhan, itulah penutup pintu pintu
shaiton.
·
Tanya: Apakah
puncak dari segala puncak marifat itu?
·
Jawab: Puncak dari
segala puncak marifat itu ialah KOSONG.
·
Tanya: Manakah Al
Qur’an yng rahasia itu?
·
Jawab: Al Qur’an yang
rahasia itu ialah tiada huruf, tiada suara dan tiada kata kata.
·
Tanya: Apalah nama
Tuhan yang azali itu?
·
Jawab: Nama Tuhan yang azali itu tiada bernama hanya
disebut huwa: sesudah itu baru HU. HU itu Allah Taala dan NUR itu bernama
Muhammad.
·
Tanya: Apakah
bedanya NUR Allah dengan NUR Muhammad?
·
Jawab: NUR ALLAH dengan NUR MUHAMMAD tiada lain. Siapa
menyangka berlainan kapirlah orang itu.
·
Tanya: NUR itu
artinya cahaya, benarkah itu?
·
Jawab: Itu tidak benar hanya kata kata kiasan saja. Nur
sebenarnya bukan cahaya, bukan benda, dan bukan materi dan bukan zat dan bukan
sifat, tidak seorangpun yang tahu, kecuali orang yang memperoleh petunjuk dan
hidayat.
·
Tanya: Apakah yang
dimaksud MAKKAH itu?
·
Jawab: Yang dimaksud MAKKAH itu adalah MUHAMMAD.
·
Tanya: Apakah yang
dimaksud MADINAH itu?
·
Jawab: Yang dimaksud MADINAH adalah dua kalimah
syahadat/syahadattain.
·
Tanya: Apa yang
dimaksud KA’BAH?
·
Jawab: Yang dimaksud KA’BAH adalah ADAM.
·
Tanya: Huruf MIM,
HA, MIM, DAL itu masuknya kemana?
·
Jawab: Huruf Muhammad itu masuk kepada huruf: ALIF, LAM,
AWWAL, LAMAHIR, dan HA.
·
Tanya: Bagaimanakah
cara menyatukan itu?
·
Jawab: Caranya begini: ALIF dengan MIM. LAM AWWAL dengan
HA. LAM AHIR dengan MIM. HA dengan DAL.
·
Tanya: Apakah
arti SIN, BA, QOB?
·
Jawab: SIN itu
adalah rahasia alam semesta.
BA itu adalah kejadian alam
semesta.
QOB itu meliputi sekalian
alam.
·
Tanya: Coba
tolong diuraikan sedikit tentang SIN, BA, QOB?
·
Jawab: SIN itu
Rahasia Allah. BA itu Rahasia Muhammad. QOB itu Rahasia Adam. Baiklah
ringkasnya saja hamba uraikan ALLAH YA MUHAMMAD, MUHAMMAD YA ADAM.
·
Tanya: Apakah arti
BA, ALIF, MIM, dan LAM?
·
Jawab: Arti yang empat huruf itu adalah BAKHRUL ABU MALUN LAQUT.
·
Tanya: Apakah yang
dimaksud dengan Bahrul abu malun laqut itu?
·
Jawab:
Itulah yang disebut: BISMILLAHIR RAKHMANIR RAKHIM. Itulah asma Tuhan yang
paling rahasia. Tutuplah kepada yang bukan ahlinya. Karena bias membawa fitnah
yang besar dimata umum.
·
Tanya: Apakah
mungkin ada BA, ALIF, MIM, LAM kalau tidak ada SIN, BA, QOB?
·
Jawab: Kalau SIN,
BA, QOB tidak ada, tentunya BA, ALIF, MIM, LAM pun tidak ada jua. Jelasnya
kalau Muhammad itu ada, siapa yang mengatakan Tuhan itu ADA? Jadi buktinya
Tuhan itu ada adanya AKU. ADANYA TUHAN itu ADANYA AKU. Dan ADANYA AKU, ADANYA
TUHAN. Jadi intisari kalimah LA ILAHA ILLALLAH itu, tidak ada Tuhan, melainkan
AKU dan tidak ada AKU melainkan AKU. Sekarang AKUKU lenyap didalam JIBU. LA HURUFIN WALA SAUTIN, artinya tiada
huruf dan tiada suara dan tiada kata kata. AKU ini tiada disana, hanya engkau
tunggal semata. Kini Aku tiada lagi mengata Aku, hanya Aku mengata ENGKAULAH
TUHANKU. Maksudnya YANG TUHA ITU ADALAH AKU.
·
Tanya: Tolonglah kami, karena kami belum tahu apa arti
surat FATIHAH yang sebenarnya menurut isi?
·
Jawab: Arti surat fatihah menurut jalan marifat tentunya
sudah hamba uraikan dalam buku/kitab jilid I. Sekarang kita uraikan menurut
arti yang kedua yaitu: dalam artian hakikat.
Bismillahir Rakhmanir Rakhim.
Adapun
bismilah itu ya Muhammad itu adalah mana bagi zat yang wajibal wujud yang menamai
ia akan dirinya sendiri dan yang menyebut
bismillah itu tiada diketahui keadaanya. Hanya wajibalujud jua
adanya. Hamba tiada bisa menyebut Allah,
yang sebenarnya yang menyebut itu tiada
lainnya dengan kalamnya jua.
Adapun arrakhman itu ialah: murah
daripada Allah. Karena menganugrahi seperti zat, sifat asama, dan afal dan
adapun arti arrakhim itu adalah rahmat
yang dianugrahi daripada Allah Taala yang mengadakan sekaliannya, maka habislah
dengan sesungguhnya yang lain, hanya
yang ada itu maujud jua adanya.
Adapun alhamdulillah itu adalah keadaannya
sendirinya, tiada terganti keadaan
insan dan keadaan Allah yaitu yang bernama Allah itu atau zat. Adapun robbil
alamin itu adalah Akulah Tuhan yang lebih tahu
akan zahir dan batinmu, bahwa itu adalah Aku jua.
Adapun arrakhmanir rakhim itu adalah yang
berfi’il itu Aku jua. Karena Aku tahu
keadaannya yakni yang membaca fatihah itupun Aku jua adanya. Tetapi karena
keadaan zat Allah itu tiada keadaannya, dan tiada diketahui lagi keadaan yang
sesungguhnya. Adapun Malikiyaumiddin itu adalah: Akulah raja yang maha besar,
dan engkaulah ganti akan pekerjaanku,
karena engkau adalah Aku dan Aku adalah
engkau jua. Yakni tiada bedanya Allah dengan Muhammad dan jikalau ada bedanya,
maka tiadalah kuasa membaca sholawat dan jikalau Allah itu satu dengan Muhammad
itu, hanya Allah yang wajiblujud.
Adapun iyyakan’budu itu ya Muhammad
engkau tiada bedanya dengan keadaanKu, yakni sembahyangmu itu ganti
sembahyangKu, maksudnya ialah tiada engkau dengan Aku dan tiada pula tersentuh.
Adapun waiyyakanastain itu ya Muhammad engkau itu adalah Aku dan Aku adalah
engkau dan tiada nyataku: Aku dan engkau adalah dekat. Kerena keadaanmu itu
adalah keadaanKu jua.
Adapun ihdinasshitotol mustaqim itu
adalah: ya Muhammad petunjuk nyata nyatanya keadaanKu ini dan keadaan kesudahannya ialah keadaanKu itu jua adanya dan
Aak menjadikan sekaliannya itu kerenamu ya Muhammad.
Adapun syirotollazina anta alaihim itu ya
Muhammad, karenaKu menjadikan keadaan
sekaliannya yang mengikuti kepadamu lahir dan
batin akan mendapat sorga dan yang tidak percaya padamu, akan mendapat neraka jahanam dan semuanya itu
adalah daripada RAHASIA RACHMATKU.
Adapun goirilmagdu bi alihim itu ya Muhammad, tiada bedanya engkau
dengan AKU dan Aku menganugrahimu sekaliannya.
Adapun waladdhollin itu ya Muhammad engkau
semupama Aku jikalau tiada engkau yang sesungguhnya maka tiadalah nyataku pada
tiap tiap segala sesuatu.
Adapun min itu ya Muhammad engkaulah
ganti RAHASIAKU, karena rakhmatKu itu
adanya sekalian alam ini, dan alam seluruhnya. Demikianlah hamba teruskan
kepada artian dalam tarikat/dalam pelaksanaan sholat. Sebab kalau belum tahu
arti yang sebenarnya niscaya segala amal ibadahnya sia sia belaka. Baiklah
hamba mulai dengan Bismillahirrahmani Rakhim.
Bismillahir Rakhamir Rakhim,
gugurnya
kepada ujud.
Allamdulillah
Robbil Alamin,...................................................... hayat.
Malikiyaumidin,.............................................................................. ilmu.
Iyyakana Budu Waiyya Kanastain............................................... iradat.
Ikhdinasshirotol Mustaqim........................................................... sama.
Syirothollazina An’amta Alaihim,................................................ basar.
Goirilmaqdu
Bi Alaihim Waladdhollin........................................ kalam.
Amin,................................................................................................. rahmat.
Inilah surat Al Fatihah menurut isi dengan
jalan tharikat, dan inilah pelaksanaan
dalam sholat . sedang surat fatihah dalam artian sariat: kita sudah
maklum semunya yaitu sudah ada tafsirnya dalam Al Qur’an/Qur’an tafsir.
Kesimpulannya ialah kitab suciyang diturunkan Allah Taala mdidalam bumi ada 104
buah dan jumlah yang 104 tersimpun dalam
empat buah kita saja lagi yaitu, taurat, zabur, inzil, dan Al Qur’an dan empat
buah kitab ini tersimpun pula kepada Al Qur’an.
Dan Al Qur’an ini tersimpan pula
dalam kitab suci Al Fatihah dan surah Fatihah ini tersimpun pula kepada
bismillahir rakhmanir rakhim. Bismillahir Rakhmanir Rakhim ini tersimpun pula
kepada BISMILLAH dan bismillah ini tersimpun
pula kepada BI ISMI dan bi ismi ini tersimpun pula kepada huruf Ba dan huruf Ba ini tersimpun pula kepada
titik Ba dan titik Ba ini hilangkan pula menjadi kosong (0).
LA MAUJUDAN BI HAQQIN ILALLAH, artinya tidak
ada yang maujud didalam alam ini, melainkan Allah. Ini berarti
sudah kosong. LA ILAHA ILLALLAH, artinya
tidak ada Tuhan, melainkan Allah. Kalimah ini terbagi dua yaitu ADA dan TIADA.
Tiada TUHAN berarti kosong. Melainkan
Allah berarti ADA. Tuhan itu ADA, sebelum ADA, kata kata ADA, itu ADA. Yang kosong disini adalah mahluk. Sedang yang
ADA adalah ADA. Tidak ada yang beraku didalam alam ini, kecuali Allah. Siapa
mahluk yang beraku aku berarti ia merampok hak milik Allah dan siapa merampok
AKUan Allah, berarti berhasil segala amal perbuatan itu adalah hasil dari
rampokan itu. Kalau hasil rampokan itu dibawa kealam ahirat nanti, maka
perampok itu bersama hasil rampokannya akan dilemparkan kedalam api neraka
jahannam dan dia akan kekal disana. Cepatlah kembalikan AKUMU itu kepada Allah.
Niscaya Allah senantiasa hadir kepadamu.
Dan
apabila kamu sudah mengosongkan dirimu yang hadir hanya Allah yang mendengar
hanya Allah yang melihat hanya Allah dan yang berkata-kata hanya Allah. Inilah
zikir yang sebenarnya. Walaupun tak kau ingat-ingat, walaupun tak kau
gores-gores, walaupun tak kau ucapkan, walaupun tak kau bayangkan semuanya itu
telah berjalan dengan hikmahnya.
Inilah
zikir yang di sebut MUDAWWATUZ ZIKRI,
inilah zikir yang tiada berbekas seperti air di daun keladi. Mengenai zikir ini
tidak seorang dari malaikatpun boleh tahu, hanya Allah sendiri yang maha tahu.
Inilah zikir yang tiada hurup dan tiada suara, tiada kata-kata dan tiada dirasa
lagi. Zikir ini disebut ingat didalam ingat. Inilah sholat dhoim yang maha
tinggi dan yang maha mulia, orang yang seperti ini DIAMNYA ZIKIR, bicaranya
ZIKIR. Karena masuk dan keluarnya telah diketahuinya, sebab dia sudah
berbaringan siang dan malam. Lupanya berarti ingatnya dan ingatnya berarti
lupanya. Kan menyalahi adat?
Siapa
yang paham beruntung dan siapa belum paham supaya menuntut lebih rajin,
demikianlah adanya. Simpanlah baik-baik dan kuburlah ia pada yang bukan
ahlinya, demikianlah hamba sampaikan supaya anda menjadi seorang yang sempurna
dunia dan ahirat.
Sekarang
baiklah hamba jelaskan lagi tentang orang yang beroleh petunjuk daripada Allah.
Orang yang telah fana dengan Allah adalah seperti matahari dengan sinarnya,
seperti api dengan panasnya, seperti air dengan sejuknya, seperti gula dengan
manisnya, seperti ruh dengan badannya dan seperti zat dengan sipatnya.
Demikianlah contoh oarang yang telah benar-benar telah satu dengan tuhannya.
Orang yang seperti ini berhak mendapat julukan wali Allah atau Halifatullah di
muka bumi ini, karea orang itu telah bersifat denga sifat-sifat Allah,
bertindak demi Allah tiak bertindak demi itu dan ini, orang yang seperti ini
tidak ada rasa takut lagi dan kalau sudah diputuskan tidak mau mundur lagi,
karena orang itu sudah memiliki apa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Orang
yang seperti itu tadi telah dan sudah memiliki sifat-sifat istimewa, bukan
sifat tujuh yang engkau ketahui itu, tetapi sifat tujuh yang lebih mulia dari
sifat tujuh yang biasanya.
Mereka
berhak atas sesuatu perkara yang tak dapat di putuskan oleh mahkamah atau
persidangan agama, umpama dalam Al Qur’an tidak ada dan dalam hadispun tidak
ada maka mereka berhak menjatuhkan atau mengadili suatu hukum diluar jangkauan
umum. Demikianlah penjelasan hamba tentang seorang ahlul marifat.
INTI
SARI ILMU TASAUF
Pada
hakikatnya manusia ini adalah Tuhan, semua itu Allah dan Allah itu semuanya, Allah
adalah hakikat alam, nur Muhammad juga hakikat alam, alam dan Allah adalah
satu. Ujud alam ain ujud Allah, ujud Allah ain ujud alam, alam adalah cermin
bagi Tuhan, kalau tuhan hendak melihat dirinya, iapun melihat kepada alam,
begitu juga ujud mahluk ain ujud khalik dan ujud khalik ain ujud mahluk.
Abid dan ma’bud
adalah satu
Alah dan Muhammadpun
satu
Muhammad dan Adampun
satu
Insan kamilpun
satu dengan Allah
Jadi Allah,
Muhammad, Adam, insan kamil adalah satu.
Aku Allah, engkaupun Allah, semua Allah dan seluruh semesta alampun Allah
jua. Jadi tidak ada di dalam Allah atau diluar Allah. Ia yang diluar dan ia
juga yang ada di dalam, Ia yang di tengah ia juga yang di muka, Ia jua yang di
belakang dan ia juga yang di kiri, ia jua yang di kanan, ia jua yang di bawah,
ia jua yang di atas, ia jua yang meliputi, ia jua yang diliputi, ia jua yang
zahir, ia jua yang batin, ia jua yang nampak, ia jua yang goib, ia jua yang
awal dan ia jua yang akhir. Awal tidak ada permulaannya dan akhirnyapun tida
ada penghabisannya.
Awalnya Allah
dan akhirnya Allah
Zahirnya mahluk
batinnyapun Tuhan
Zahirnya Tuhan
batinnyapun Tuhan.
Mahluk
itu Allah, hamba itu Alah, manusia itu pun Allah, islam itu Allah, iman itupun Allah,
makrifat itupun Allah, tauhid itupun Allah, mahluk apapun jua walau sebesar
zarroh itupun Allah, ujud apapun Allah jua. Semua zat itu zat Allah, semua
sifat itu adalah sifat Allah, semua nama itu adalah nama Allah, semua perbuatan
itu adalah perbuatan Allah baik yang kadim maupun yang muhaddast tetap hak Allah.
Tidak
ada selai Allah di dalam alam seluruhnya, iman dan thoat, kapir dan maksiat,
jahat dan baik semuanya datang dari Allah. Tetapi bagi akhlul tidak ada dua
kata hanya satu saja yaitu semuanya baik. Wahai para tholib janganlah ada dualisme lagi dalam
fahammu, itu adalah membuatmu bisa sak dan ragu, bulatkanlah hatimu, himmahmu
dan cita citamu, insya Allah Tuhan selalu bersamamu dimana saja kamu berada.
Mesrakanlah dirimu lahir dan bathin dan leburkanlah dirimu dalam kemanusia
seluruhnya dan bersatu dengan seluruh alam. Demikianlah anjuran hamba, supaya
di laksanakan.
PENUTUP KATA.
Bagai
kata penutip fari hamba, maka hamba tuturkan ucapan ampun maaf lahir dan batin,
sekiranya dalam memberikan wejangan. Ada kata kata yang janggal didengar
telinga. Maka hamba tidak akan lupa sekali kali menghaturkan maaf yang sebesar
besarnya. Karena ada pepatah lama yang mengatakan tak ada gading yang tak retak
demikan pula adanya dan perlu hamba sampaikan yaitu peliharalah baik baik
buku/kitab ini, janganlah sampai jatuh pada tangan orang bukan sehaluan dengan
kita ini, nanti akan membawa fitnah. Karena fitnah lebih kejam daripada
membunuh. Tetapi bila seseorang itu benar benar kau pandang sehaluan/satu jalur
dengan kita maka berikanlah keterangan yang sesuai dengan ajaran /wejangan
silahkanlah dan dalam ajaran tidak boleh taklid kepada syeh/guru, yang engkau
ajarkan ialah menurut yang ada dalam keyakinanmu/akidahmu/pendirianmu. Itulah
seorang guru yang benar benar guru/syeh. Menjadi seorang guru harus konsekwensi
dalam ajarannya dan berani menanggung resiko berupa apapun jua dan berani menanggung
resiko berupa apaun jua sekalipun maut tantangannya. Cukuplah samapi disini dan
sebagai akhir kata hamba ucapkan Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Summas Salam.
WASSALAM.