Sabtu, 21 April 2012

Agama islam


KATA PENGANTAR



Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian alam. Shalawat serta salam hamba haturkan ke Haribaan junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Serta keluarga dan sahabatnya, semoga beliau mendapat tempat yang sewajarnya disisinya. Amin ya robbal alamin.
Sebelum kita membicarakan tentang ilmu batin/ ilmu hakikat/ ilmu tasyauf, maka terlebih dahulu kita membicarakan tentang ilmu akidah/ pendirian kita dalam menelusuri laut ma’rifat yang sangat dalam dan sangat berbahaya itu. Dalam perjalanannya itu, kita harus mempunyai bekal untuk mengarung laut ma’rifat itu, apakah bekal dan alat itu. Bekal itu ialah menyerah bulat-bulat kepada allah, dan menyediakan waktu dan mengurang hawa nafsu kebendaan dan sanggup mengosongkan diri dari kem        auan hawa nafsu sahwat yang tercela dan membesarkan himmah atau kemauan yang keras serta sanggup menghadapi tantangan apapun jua bila perlu. Demikianlah orang yang hendak mengenal  Tuhan Allah s.w.t





RUKUN AGAMA ISLAM

Agama Islam itu adalah agama yang murni. Kemurnian agama itu dibarengi oleh 4 rukun, itulah dia yang disebut rukun agama.
Rukun agama itu adalah :
  • SARIAT
  • TARIKAT
  • HAKIKAT
  • MARIFAT
Kalau  yang empat perkara ini belum menyatu, maka segala amal ibadah itu, amal ibadah yang palsu belaka (amal ibadah yang sia-sia saja). Karena amal ibadah itu tidaklah berdiri sendiri saja, tentunya ada syariat, tarikatnya, hakikatnya dan ada marifatnya. Jadi kesempurnaan agama ini terletak kepada yang empat perkara tadi, inilah yang diesebut ilmu tauhid (ilmu tasauf)
Rukun agama tadi disebut juga dengan :
  • ISLAM
  • IMAN
  • TAUHID
  • MARIFAT
Tanpa yang empat perkara ini belumlah lagi dikatakan Islam sejati dan iman yang sempurna. Sempurnanya agama itu lantaran adanya: Islam, Iman, Tauhid dan Marifat. Sekarang baiklah  hamba teruskan kepada rukun Islam.
RUKUN ISLAM
Rukun Islam itu ada lima perkara :
  1. SYAHADAT
  2. SHOLAT
  3. PUASA
  4. ZAKAT
  5. HAJI
Dalam tiap-tiap perkara mempunyai 4 bagian.
A.  SYAHADAT
  1. SARIAT SYAHADAT
  2. TARIKAT SYAHADAT
  3. HAKIKAT SYAHADAT
  4. MARIFAT SYAHADAT
B.  SHOLAT/SEMBAHYANG.
  1. SARIAT SHOLAT
  2. TARIKAT SHOLAT
  3. HAKIKAT SHOLAT
  4. MARIFAT SHOLAT

C.   PUASA.
  1. SARIAT PUASA
  2. TARIKAT PUASA
  3. HAKIKAT PUASA
  4. MARIFAT PUASA
D.  ZAKAT.
  1. SARIAT ZAKAT
  2. TARIKAT ZAKAT
  3. HAKIKAT ZAKAT
  4. MARIFAT ZAKAT
E.  HAJI.
  1. SARIAT HAJI
  2. TARIKAT HAJI
  3. HAKIKAT HAJI
  4. MARIFAT HAJI
1.  SYAHADAT.
  1. Syariat syahadat ialah : mengucapkan dua kalimah.
  2. Tarikat syahadat ialah : pada sholat sejatinya sedang melakukan tajli kepada Tuhan Allah.
  3. Hakikat syahadat ialah : hidup/hayat yang hakiki.
  4. Marifat syahadat ialah : agar supaya merasa dan melingkupi yang mencorong itu sama dengan ZAT dan Sifat Allah  Taala.
2.  SHOLAT/SEMBAHYANG.
  1. Syariat sholat ialah : berdiri, ruku, sujud, duduk dll.
  2. Tarikat sholat ialah : tajli mutlak/sholat sejatinya.
  3. Hakikat sholat ialah : telah jelas adalah : Alif, Lam Awwal, Lam Ahir, Ha, katakanlah : Allah, tak salah lagi (narun, hawaun, maun dan tarobun).
  4. Marifat sholat ialah : sampai bertemu dengan NUR MUHAMMAD itu
      ( yaitu empat perkara yang itu ).
3.  PUASA.
  1. Syariat puasa ialah : kita maklum adanya.
  2. Tarikat puasa ialah : menyatu dengan tajli.
  3. Hakikat puasa ialah : sudah pasti menahan nafsu: nafsu yang dimaksud disini yaitu kembali kepda nafsu yang hak.
  4. Marifat puasa ialah : harus bertemu dengan bulan purnama sidi
      (bulan 14).
4.  ZAKAT.
  1. Syariat zakat ialah : kita sudah maklum adanya.
  2. Tarikat zakat ialah : harus berdirinya/fananya mahluk dari ingatnya. Artinya ialah : harus ada tajli mutlak/Tuhan berdiri sendirinya.
  3. Hakikat zakat ialah : jangan sampai kita lupa/salah dalam akidah. Haruslah kita menjakatkan diri kita sendiri lahir dan batin.
  4. Marifat zakat ialah : harus bisa merasakan hilangnya jasmani seluruhnya lahir dan batinnya dalam keesaan Tuhan Yang Maha Esa.
5.  HAJI.
  1. Sariat haji ialah : pergi ketanah suci mekkah.
  2. Tarikat haji ialah :  sedang kita sholat atau waktu kita berada dibaitullah.
  3. Hakikat haji ialah : meleburkan dosa dengan jalan marifat.
  4. Marifat haji ialah : rohani dan jasmani telah menyatu dalam kesatuan yang mutlak (utuh).
Demikianlah tentang rukun Islam yang lima perkara. Sekarang telah nyata kepada kita bahwa rukun Islam pecah menjadi 20 rukun dan sifat dua puluh itu simpunnya kepada sifat tujuh dan sifat Tuhan yang ada pada setiap dirinya dan sekarang baiklah kita teruskan kepada rukun iman. Rukun iman itu ada 6 (enam) perkara.
RUKUN IMAN
Perihal rukun iman itu ialah :
  1. AMMANTUBILLAH
  2. WAL MALAIKATIH
  3. WA KUTUBIHI
  4. WA RASULI
  5. WAL YAUMIL ACHIRI
  6. WA QADRI ACHIRI
WASARIHI MINALLAHI TAALA
Artinya ialah : Aku percaya kepada adanya Tuhan Allah s.w.t.
Apakah cukup dengan keyakinan begitu saja, apakah adanya yang ada itu berada di arsy atau di langit sebelah ataukah berada di dalam surga. Kepercayaan orang seperti itu adalah kepercayaan orang yang taklid atau buta, karena kebanyakan orang  meraba-raba sendiri. Sedangkan dalil ada yang mengatakan:
WANANHU AKROBU ILAIHI MIN HABLIL WARID
Artinya ialah: Dekat urat lehermu dengan daging, maka dekat lagi tuhan itu.
            Jadi makna rukun iman yang pertama tadi harus begini dan tidak bisa dicari dengan dalil yang lain jadi Amantubillah ini harus di artikan dengan: Sesungguhnya saya percaya bahwa kehidupan diri sendiri, kehidupan ujud selama hidup ini adalah tanda adanya tuhan Allah SWT. Jadi jelaslah kepada kita bahwa dunia ini pasti didalam ruanglingkup hidupnya tuhan. Sedangkan sifat hidup itu adalah zat tuhan Allah.
  1. AMANTUBILLAH, artinya : aku percaya adanya Tuhan.
  2. WALMALAIKATIHI, artinya : percaya kepada malaikatnya.
  3. WAKUTUBIHI, artinya : percaya kepada kitab kitabnya.
  4. WARASULIHI, artinya : percaya kepada rasul-rasulnya.
  5. WAQADRI AKHIRI, artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat daripada Allah Taala.



Sekarang baiklah kita uraikan satu persatunya.
1.  AMANTUBILLAHI artinya : percaya kepada adanya Tuhan.
      Belumlah benar kalau belum dihalalkan, artinya kalau belum kembali kepada ruh lagi dan perasaan lagi dekat kepadamu, daripada urat leher mereka sendiri. Jadi kita tak usah repot mencari Tuhan : Tuhan ada pada kamu dimana saja engkau berada. Kesimpulannya ialah : pandangan dan tatapanmu itulah tanda ADAnya Tuhan/YANG ADA.
LA MAUJUDA BI HAQQIN ILLALLAH, artinya tidak ada yang maujud di dalam alam ini, kecuali Allah Taala.  Demikianlah rukun iman yang pertama tadi.
2. WALMALAIKATIHI artinya : percaya kepada malaikatnya.
      Nah sekarang  bagaimana sebenarnya percaya kepada para malaikatnya? Pertama kita yakin bahwa malaikat itu ada. Cobalah tekadkan dan telanjangi sekujur badan kita. Agar supaya cepat beriman kepada Tuhan Allah s.w.t. Supaya jadi iman kepada Tuhan Yang Maha Agung, tatkala sedang menghadapi sakaratulmaut nanti......dalil apakah yang bisa menolong untuk menyempurnakan nyawa ?
Baiklah kita uraikan tentang ilmu iman kepada malaikat-malaikatnya. Bukankah kita sudah tahu bahwa malaikat itu dalah utusan Tuhan Allah s.w.t. Jelaslah sudah dengan usiknya utusan, tentu hiduplah yang memerintahkan : biarpun sehelai bulu usiknya, begitu pula bertambah panjangnya bulu itu, semua itu malaikat.
Malaikat itu bukan jirim dan bukan jisim. Tentunya terasa oleh kita bahwa sedang tidur itupun, juga bulu memanjang akan tetap berlaku. Nah begitulah kenyataanya  malaikat pada diri kita ini, tidak akan hilang dengan badan kita ini. Siang dan malam terus bekerja tanpa hentinya. Jadi usahanya dalam melihat, mendengar, mencium, dan dalam berbicara: mandornya ialah : JIBRIL, MIKAIL, ISROFIL, DAN IJROIL.
3.  WAKUTUBIHI artinya:  percaya kepada kitab-kitabnya.
Jadi yang benar benar percaya kepada kitab kitabnya itu seperti Al Qur’an, harus dirangkap dengan tulisan wujud kita ini. Jadi begini, kalau kita belum mengetahuinya, kita harus percaya kepada takdir yang sudah tertulis kepada diri kita sendiri. Kita harus yakin dengan adanya takdir Tuhan itu. Tulisan wujud kita ini sesungguhnya, kalau kita sudah ainal yakin dan hakkul yakin; kita bisa sadar dalam menghadapi apapun juga. Karena pohon ilmu itu adalah sabar dan ridha. Tentunya semuanya sudah tertulis di Lukhmakhfudh. Jadi iman kepada kitab kitabnya itu umum.
Persoalan diluar Al Kitab, manusia tak ada yang diluar kitab, tetapi amat sulit mencapainya. Itulah yang disebut : MAKHSYAF, yang tiada huruf, tiada suara dan tiada kata-kata. Ini adalah RAHASIA yang amat dalam dan amat dahsyat,  dan tidak seorangpun yang mendapatkannya, kecuali Tuhan itu sendiri. Kehendak Tuhan  tidak ada yang menghalanginya. Dia sanggup merubah apa yang tidak dapat dirubah oleh mahluk. Sedang perubahan yang ada pada mahluk ini adalah perubahan pada sangkamu saja. Tuhan kuasa menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup. Fahamkanlah wahai sekalian tholib ‼.
4.  WARASULIHI artinya : percaya kepada Rasul-Rasulnya.
Memang kita percaya kepada semua nabi-nabi dan rasul-rasul, itupun tak ada salahnya, memang dalam bentuk nyawa, memang demikian. Tetapi karena sudah pada wafat semua, sudah lestari, maka tinggal percaya itu yang berbalik kepada wujud, yaitu kepada hakikatnya badan yang kita sesungguhnya percaya kepada rasa wujud kita. Seperti rasa  melihat, rasa mendengar, rasa pengucap, rasa mencium. Coba saja kita rasakan,............. bagaimanakah kita percaya kepada rasa wujud kita ini? Kalau kita mencicipi garam, sudah tentu rasa mulut ini akan merasa asin tentunya. Tidak mungkin merasakan yang lainnya, selain rasa asin itu tadi.
Demikianlah pula dengan yang lainnya seperti : pendengaran tidak mungkin salah lagi.  Juga seperti penglihatan, pencium dan pengucap. Semuanya dapat kita rasakan dengan perasaan kita. Disinilah orang tidak banyak FAHAM  arti rasul yang sesungguhnya. Padahal rasul atau utusan itu ada pada kita jua. Makanya kita selalu mengatakan dua kalimat syahadat itu, harus tahu rahasianya. Kalau Tuhan mengatakan : Aku naik saksi, tiada Tuhan melainkan Aku dan Muhammad itu utusanKu. Maka kita pun demikian pula adanya, kalau lain dari pada itu, maka tersalahlah marifat kita. Orang kebanyakan salah memahami tentang arti rasul yang sebenarnya, mereka mengira rusul itu hanya ada pada nabi nabi, seperti Muhammad itu utusanKu, yaitu Muhammad marifat.  Karena setiap insan kamil mempunyai utusan (rasul) pribadi.
Disinilah letaknya nilai dan barang yang bernilai itu letaknya dalam pribadi masing masing. Inilah arti percaya kepada RASUL-RASUL.
5.  WAL YAUMIL AKHIRI artinya: Percaya kepada hari kiamat yang terakhir yaitu hari kiamat (hari pembalasan).
Kiamat besar hanya kita yakini: dan kiamat kecil dapat kita rasakan masing masing. Pertama kiamat diri, yaitu hancur leburnya kedalam Nur Muhammad, dan hingga sirna dan tuntas sampai tiada rasa lagi memiliki ujud lahir dan batin dan akhirnya manunggal dengan kemaha agungan Tuhan.
Kiamat diri yang kedua ialah : Dikala sakaratulmaut  telah tiba. Inilah yang disebut kiamat sugro, sedangkan kiamat kubro adalah kiamat yang sebenarnya. Inilah pengertian walyaumil akhiri itu tadi.
6.  WAQODRI AKHIRI artinya: percaya kepada untung baik dan untung jahat datang daripada Allah jua.
      Maksudnya segala perbuatan yang berlaku didalam alam ini adalah perkara perbuatan Allah Taala. Allah yang menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu dan yakinlah bahwa kita ini tidak mempunyai daya dan upaya, kecuali dengan kuderat dan iradat Allah Taala jua adanya. Maka dengan adanya rukun iman yang  keenam ini, tentunya kita menjadi sadar akan diri kita ini. Kesadaran itu timbul karena marifat dan marifat itu timbul karena terbuka hijab (dinding).
Orang ahli hakikat yang telah lupa kepada mahluk, karena langsung melihat Allah saja yang hak, mereka lupa dari sebab musabab, karena teringat kepada yang menentukan sebab dan yang menjadikannya. Orang ini sebab hamba yang menghadapi hakikat yang nyata baginya, terang cahayanya dan sedang berjalan pada jalannya.
Telah sampai pada puncaknya, hanya ia sedang tenggelam dalam cahaya,  sehingga tidak kelihatan bekas bekas mahluknya lagi dan lebih banyak lupanya terhadap alam, dari pada ingatnya kepada mahluk dan bertemunya daripada renggangannya, dan lenyaplah dirinya dari tetapnya perasaannya dan lupanya terhadap mahluk daripada ingatnya pada mereka.
Demikianlah seorang ahli hakikat yang telah fana zahirnya dan fana batinya kepada yang hak dan siapa telah fana dengan Allah, maka pasti ia lupa atau goib dari segala sesuatu. Orang ini pandangannya Allah semata. Siapa dalam tauhidnya itu merasa seolah olah sebagai hasil kepintarannya sendiri, maka tauhidnya belum benar-benar adanya dan tauhidnya tidak dapat menyelamatkan dirinya dari api neraka.




ILMU TASYAUF

Bertemunya manusia kepada Tuhan dan sampainya kepadanya, itulah puncak harapan, dan dengan itulah dia mencapai kebahagian dan kerajaan besar, bahkan dengan itulah dia akan lupa dan terhibur dari sesuatu selain Allah Taala. Hilangkan pandangan mahluk kepadamu, karena puas dengan penglihatan Allah kepadaMu dan lupakanlah perhatian/menghadapnya mahluk kepadamu, karena melihat bahwa Allah menghadap kepadamu. Nikmat itu meskipun beraneka bentuknya hanya disebabkan, oleh karena melihat dan dekatnya kepada Allah.
Demikian pula siksa itu walau bagaimanapun aneka ragamnya, hanya karena terhijab dan sempurna nikmat itu, karena melihat kepada zat Tuhan yang maha mulia.
Maha suci Allah yang sengaja tidak memberi tanda kepada walinya, kecuali sekedar untuk mengenal kepadanya. Sebagaimana tidak menyampaikan dengan mereka, kecuali kepada orang yang hendak disampaikannya untuk mengenal Allah, itulah hikmahnya yang maha tinggi dan siapa benar-benar sudah mengenal kepada Allah, maka pastilah dapat melihatnya dalam tiap-tiap sesuatu.
Tiada suatu nafas yang terlepas daripadamu, melainkan disitu pula adanya takdir Allah diatasmu. Semua manusia dalam alam ini sudah tergambar dalam atau di Lukhmakhfud. Tidak ada kehendak mahluk yang mesti berubah. Perubahan itu hanya dalam pandangan sariat. Sedang dalam pandangan hakikat, hanya Allah Yang Maha Mengetahuinya. Jadi kesimpulannya ialah kehendak mahkluk adalah terbatas, sedang kehendak Allah tidak ada yang membatasinya.
Maka daripada itu orang yang FAHAM ialah orang yang bergembira dalam hidupnya,  bergembira dengan Allah dalam setiap nafasnya yang keluar masuk. Orang yang sudah faham ialah tidak menanyakan lagi apakah boleh berubah atau tidaknya, dia telah sunyi dengan Allah. Maksudnya ialah sudah satu iradat dengan TuhanNya, tidak ada lagi duanya.
Apabila sudah manunggal denganNya, maka nyatalah Allah yang berlaku dalam segala hal. Karena lapang dan sempit ada pada Allah saja. Andaikan Allah membukakan NUR seorang wali yang berbuat dosa umpamanya niscaya cahaya yang memenuhi antara langit dan bumi. Apabila dengan Nur cahaya seorang wali yang taat tentu dapat kita membayangkan, bukan?
Andaikan Allah membukakan hakikat kewalian seorang wali, niscaya akan disembah orang. Sebab ia telah bersifat dengan sifat Allah dan siapa yang tidak puas dengan pendengaran dan penglihatan Allah dalam amal perbuatan dan dalam perkataanya, maka pasti orang itu kemasukan ria atau masih terdinding dengan Allah. Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu. Padahal Allah yang menzahirkan atau menampakkan segala sesuatu. Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu. Padahal Allah  yang nampak zahir pada segala sesuatu.
Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu. Padahal dia jelas dari segala sesuatu. Bagaimana akan dihijab oleh sesustu, padahal Allah lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu. Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal dia yang terlihat dalam tiap tiap sesuatu. Sesungguhnya yang menghijab engkau daripada melihat Allah itu, karena sangat dekatnya Allah kepadamu. Allah yang menzahirkan segala sesuatu, karena Allah yang bersifat batin dan Allah yang melihat adanya segala sesuatu, Sebab Allah itulah yang johir atau yang jelas pada tiap-tiap sesuatu. Bagaimana Allah akan terhijab dengan sesuatu, padahal sesuatu yang terlihat itu semata-mata nur ilahi dan pada segala tempat Allah berada dan tetap hadir dan tak pernah goib. Andaikan Allah tidak johir pada benda-benda alam ini, tidak mungkin adanya penglihatan padanya dan andaikan Allah menzahirkan sifat-sifatnya, pastilah lenyap alam bendanya. Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal andaikan tidak ada Allah, niscaya tidak akan ada segala sesuatu. Demikianlah kebijaksanaan Allah atas semua mahluknya dan hambanya.
Manusia ini ada dua macam: Pertama ada yang mendapat karunia Allah sehingga ia berbuat taat kepada Allah. Maksudnya ialah mengerjakan suruhan dan meninggalkan  tengahNya. Yang kedua adalah dengan taatnya kepada Allah sehingga kebesaran karunia Allah.

NUR IMAN SEORANG SUFI

Dengan Nur cahaya matahari, engkau dapat melihat benda benda alam ini. Tetapi dengan Nur cahaya iman keyakinan yang mendalam, engkau dapat langsung melihat Allah yang menjadikan benda alam ini. Amal perbuatan apakah yang paling dekat kepada murka Allah? Amal yang tidak disukai Allah ialah  karena melihat kepada dirinya sendirinya dan lebih jahat lagi kalau ia menuntut upah balasan itu karena amalnya. Bagaimana engkau minta upah atas amal perbuatanmu? Sedangkan engkau sendiri tidak ikut berbuat?

NUR IMAN SEORANG SUFI
Nur itulah yang menerangi dan basyirah atau matahari itulah yang menentukan hukum dan hatilah yang melaksanakan dan menggagalkannya. Nur itulah yang menerangi baik atau buruk lalu matahari ditetapkan hukum dan setelah itu maka hatilah yang melaksanakan atau mengagalkannya. Sebab hati itu ruhani dan ruhani itu ialah yang bersifat ketuhanan atau lahud.
Alam ini berupa kegelapan, sedang yang meneranginya hanya karena tampaknya Allah padanya. Maka barangsiapa yang melihat alam, tapi tidak melihat Allah didalamnya, atau sesudahnya maka nyatalah orang itu buta mata hatinya.


RIWAYAT AL HALLAJ

Riwayat Al Hallaj pada hakikatnya adalah riwayat perjuangan yang hebat diantara ulama fikih dengan ulama tasauf. Atau boleh juga dikatakan pertentangan antara ulama ahli zahir dengan ulama ahli batin. Ulama - ulama yang terkenal hanya mementingkan hukum hukum lahir semata putaran pikirannya hanya bersandar kepada otak semata (mantik).  Sedngkan pikih itu artinya faham dan segala sesuatu itu hanya diperhitungkan kepada otak. Perkataan perkatan atau pendapat yang hanya berdasarkan pengalaman batin dan kehalusan perasaan, memang tidak senantiasa dapat diterima oleh otak atau akal semata.
Itulah sebabnya  maka ahli ahli kebatinan itu dituduh tersesat jalan katanya. Tetapi sebaliknya ulama ulama yang mementingkan kebatinan itu berfikir lebih bebas dan luas. Mereka telah menyelami lubuk jiwa yang mendalam. Baginya yang terpenting ialah  tumpah ilham dari alam goib.
Kadang kadang bagi mereka hukum hukum fikhih yang lahir itu yang kebanyakan hanya terdapat dari fikiran manusia semata, tidaklah selalu dipegangnya. Kadang kadang mereka tidak mau terikat oleh satu mazhab yang telah dipilih oleh kaum fikih. Empat mazhab yang terkenal yaitu: Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’i: Mereka pandang kadang-kadang mengikat kebebasan  kebebasan jiwa mencari Tuhan Allah s.w.t dan kadang mazhab yang satu menyalahkan yang lainnya, karena mencari pangkat dan kedudukan dalam kerajan. Orang orang jahil kebanyakan, lebih tertarik kepada ulama - ulama yang berpengaruh di dalam pemerintahan kerajaan. Ulama fikih itu telah bergelar ahli kulit atau Arbabulrusum (hanya membaca yang tersurat).
Demikianlah Al Hallaj pada zamannya. Menurut ajaran beliau, bilamana kebatinan seorang insani telah suci bersih didalam menempuh perjalanan dalam hidup kebatinan, akan naiklah tingkat hidupnya itu dari satu makam kemakam yang lain, misalnya: muslim, mukmin, salihin dan mukarrabin.
Mukarrabin artinya: orang yang paling dekat kepada Tuhan. Diatas dari tingkat itu mereka tibalah dipuncak, sehingga menunggal dengan Tuhan. Tidak dapat lagi dibedakan diantara asyik dengan mas’syuknya. Apabila keTuhanan itu telah menjelma dibadan dirinya, maka tidaklah lagi kehendaknya yang berlaku, melainkan kehendak Allah.
Ruh Allah telah meliputi dirinya, sebagaimana yang telah meliputi akan Isa anak Maryam. Maka apa yang dihendakinya akan terjadi. Bagaimana sifat persatuan itu? Kadang kadang dikatannya sebagai persatuan chamar (arak) dengan air. Dan kadang-kadang sebagai persatuan api dengan besi seketika dibakar sehingga merah. Sehingga apabila tersinggung salah satu, tersinggunglah pula yang lainnya. Disinilah pangkal perkataannya , ANAL HAQ (sayalah kebenaran itu).
            Karena kebenran adalah salah satu dari nama Tuhan Allah. dan katanya pula : WAMA FIL DJUBBATI ILLALLAH. dan tidak ada dalam jubah, melainkan Allah. Sedemikian jelas dasar kepercayaan sufinya tentang persatuan diantara asyik dan ma’syuknya itu, namun diwaktu yang lain keluar pula perkataan yang berbeda  dan berlawanan sekali dengan penjelasan yang pertama itu tadi. Ketika pertama telah jelas dia berkata tentang persatuan itu, yang merupakan seperti faham panteisme. Tetapi ditempat lain dia berkata pula: keinsananku tenggelam kedalam ketuhananmu: tetapi tidak mungkin percampuran. Sebab ketuhananmu itu senantiasa menguasai akan keinsananku dan katanya pula: Barangsiapa menyangka ketuhanan bercampur dengan keinsanan jadi satu, atau keinsanan masuk kedalam ketuhanan, maka kapirlah orang itu. Sebab Allah Taala iti berdiri dalam zatnya dan sifatnya daripada mahluk dan sifatnya pula. Demikianlah pendirian beliau adanya. Apakah berlawanan fahamnya sendiri?
Hulul adalah tidak beranjak daripada pendirian  Al Hallaj. Tuhan mungkin menjelma kedalam insan, laksana bersatunya api dengan besi telah sanggup memfanakan dirinya kedalam Tuhan dengan pensucian ruh. Waktu itu ruh Allah masuk kedalam badan insani. Maka dikala segala perbuatan dan iradat insani tadi, menjadilah perbuatan dan iradat Tuhan Allah. Tegasnya ialah: Insan ain Allah dan Allah ain insan. Apatahlagi pernah ditegaskannya, bahwasanya manusia itu pada hakikatnya  adalah : TUHAN ALLAH. Sebab insan dijadikan TUHAN menurut bentuk dan surahnya sendiri. Itulah sebabnya kata beliau: Tuhan Allah menitahkan kepada para malaikat supaya sujud kepada ADAM (bapak sekalian manusia). Cukuplah kiranya sampai disini saja dahulu kita membicarakan tentang Al Hallaj dan sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang NUR MUHAMMAD. Sebelum membicarakan tentang NUR MUHAMMAD, baiklah hamba uraikan tentang ayat yang berbunyi: ”KHALAQTUKA LIADJLI WA KHOLAQ TUL ASNI LIADJLIKA, Artinya ” WAHAI MUHAMMAD, engkau jadi daripadaKu dan semesta sekalian alam, karenamu ya Muhammad.
Demikianlah ayat ini sebagai bukti nyata kepada kita untuk mengenal hakikat Muhammad atau NUR MUHAMMAD.














NUR MUHAMMAD

Beliaulah yang mula mula sekali menyatakan bahwasanya kejadian alam maya pada ini, pada mulanya ialah daripada Hakikat Muhammad atau Nur Muhammad.
Nur Muhammad itulah asal segala kejadian. Hampir samalah perjalanan persamaannya dengan renungan ahli filsafat yang mengatakan bahwa yang mula terjadi ialah: akal pertama. Menurut katanya nabi Muhammad itu terjadinya dua rupa: yaitu rupa kadim dan azali. Dia telah terjadi sebelum terjadinya seluruh yang ada ini. Daripadanya dizauk segala ilmu dan irfan dan yang kedua ialah: rupa sebagai manusia, sebagian rasul dan nabi yang diutus Tuhan. Rupa yang sebagai manusia itu menempuh maut. Tetapi rupanya yang qadim tetap ada meliputi alam seluruhnya.
Maka  daripada nur rupanya yang qadim itulah diambil segala nur buat menciptakan segala nabi nabi dan rasul rasul dan aulia dan anbiya. Dalam hal ini kejadian dialah yang awal, dalam hal kenabian dan Dialah yang batin dalam hakikat dan dialah yang lahir dalam marifat. Pendeknya Nur Muhammad itulah pusat kesatuan alam, dan pusat kesatuan nubuat segala nabi-nabi.  Segala macam ilmu, hakikat dan nubuat adalah pancaran belaka dari sinarnya.



KITAB SUCI AL QUR’AN

Marilah kita gali sedalam dalamnya isi Al Qur’an  itu yaitu dengan bantuan dan pertolongan Tuhan jua kapada kita ini. Janganlah kita hanya mengaji kulit luarnya saja, sedangkan diri kita sendiri selalu ditutupi oleh keindahan lahir semata dan kita kadang kadang hanya berlomba lomba menjalankan ibadah lahir seindah mungkin. Menyembah dan memuji kepada Allah dengan dihiasi lagu lagu pariasi dengan keindahan dan dengan segala kebanggan.
Tetapi tidak luput dari kelupaan kepada Allah. Karena semua itu belum ketemu dengan yang Hak dan semua itu mencukupi dalil Al Qur’an yang termaktup didalamnya. Dalil mengatakan : ” Wabuda Robbaka Hatta Yatiyakal Yakin” artinya: kalau engkau menyembah kepada Tuhan haruslah ainalyakin. Maksudnya harus tahu serta waspada kepada Tuhan. Janganlah hanya dikira kira saja; janganlah seperti dijudikan didalam hatinya; bahwa Tuhan itu ada diatas arsy atau diatas  Qursyi atau dilangit.
Apakah mereka akrab dengan segala bentuk jisim didalam dunia ini, kan sudah tidak ada diantaranya lagi, sebab itu renungkanlah wai segala tholib? Apakah yang akrab dengan  ujud jasmani kita ini? Marilah kita jawab bersama sama pertanyaan ini. Siang dan malam kita tidak pernah terpisah. Apakah tuhan itu ada disetiap hambanya/manusia? Memang itu ada tapi hati-hati jangan sampai kita keliru  dalam tekad dan iman keyakinan.
Tuhan itu adalah zat yang lainnya kamislihi dan tidak ada perumpamaan baginya, lihat saja wajah manusia tidak ada yang sama. Ayat itu tadi hanya dapat diartikan dengan wajah satu persatunya. Tetapi tidak dapat diartikan dengan zat dan sifat Allah yang ada pada setiap diri pribadi kita masing-masing.
Karena zat dan sifat itu tiada lain. Apabila  kita memndang kepada sifat sifat Allah; maka langsung terpandang kepada empunya sifat itu tadi. Lihat contoh: kita berdiri dimuka kaca cermin, apakah yang kita lihat? Tentunya bayangan ujud kita sendiri bukan? Mustahil bagi Allah berlainan bayang bayang dengan empunya  bayang bayang, dan mustahil pula zat dengan sifat itu berbeda ujud, wajah dan zat yang maha agung yang maha mulia. Dalil mengatakan : ” Al Insanu Sirri Wa An Sirrohu” artinya:  Insan itu rahasiaKu dan Akupun rahasianya dan lagi : ” Al Insanu Sirri Wa An Sirri, Sifatin Wasifatun Lagoirih” artinya ialah: Insan itu rahasiaKu, dan rahasiaKu itu sifatKu, dan sifatKu itu tiada berlainan dengan zatKu. Demikianlah penggalian secara mendalam dan menurut isi yang sebenarnya.
Jadi kesimpulannya ialah: Hidup kita inilah kekuasan Tuhan, yaitulah yang disebut hakikat Muhammad itu tadi. Hakikat Muhammad itu ialah: utusan Tuhan. Oleh karena itu haruslah dicari sampai dapat sifat hidup yang sejati, yaitu hidupnya ilahi Robbi yang abadi dan azali dan tidak terkena rusak yaitu: zat yang suci yang disebut Hakkullah: tempat kita kembali dan tempat asalnya manusia marifat, sebagai kesempurnaan sejati kita. Sekarang apakah yang disebut Hakkul Adam? Hakkul Adam ialah; alam dunia ini. Jadi kalau  belum marifat, tentunya tidak bisa kembali kepada Hakkulah itu tadi. Seorang wali itusudah tetap didalam hak Allah, yaitu didalam zat Allah Taala. Apakah yang sebenarnya yang disebut hak Tuhan itu? Hak Tuhan yang sebenarnya ialah:
PANDANGAN DAN TATAPAN HUDUP KITA INI.
Jadi bagi yang sudah kembali kepada hak Allah; sesungguhnya mereka merasa tidak merupakan rasa terpisah dengan Tuhannya, sebab sudah: WAHUWA MA’AKUM, artinya; berbaring siang malam. Kalau sudah berbaringan hamba dengan Tuhannya; inilah yang disebut cinta sejati dan mutlak. Cinta hakiki dan kepaduan mutlak. Cinta kedalam Tuhan adalah kecintaan Tuhan. Titik tujuan terakhir dalam perjalanan kita  ini ialah; CINTA (cinta tidak bertepuk sebelah tangan). Cinta berbalas cinta, itulah yang sebenarnya cinta.
Sekarang berkisar pula kepada membicarakan tentang huruf yang menjadikan lafat Allah. Darimanakah asalnya sampai ada lafadz Allah itu? Baiklah kita uraikan satu persatunya.Huruf dan lafadz Allah itu ada empat rufa. Rupanya ialah; Alif, Lam Awwal, Lam Ahir, dan Ha. Tentunya pada awalnya dan pada asalnya ialah: dari zat dan sifat Tuhan Allah jua adanya. Jadi disini arti zat itu adalah kenyataan sifat. Yaitu RUPA dan bentuknya; itulah yang disebut johar awal tadi.
Dengan terang benderang sifatnya, maka keluarlah kenyataannya; yaitu keluarlah cahaya yang 4 itu. Itulah yang disebut Nur Muhammad atau dengan kata lain itulah yang disebut ADAM HAKIKI. Inilah sebagai bahan baku alam dunia ini. Yaitu yang disebut: NARUN, HAWAUN, MA’UN, dan TAROBUN.
- NARUN ialah : cahaya merah.
- HAWAUN ialah : cahaya kuning.
- MA’UN ialah : cahaya putih.
- TAROBUN ialah : cahaya hitam.
Jadi yang empat falsafah ini disebut: Alif, Lam, Lam, Ha itu tadi. Sedangkan yang kelima ialah; terang benderangnya TASJID. Maka  yang empat itu tadi disertai dengan TASJID, lalu berbentuklah lafadz Allah.
Beginilah asal usul asma Allah itu; dan itulah asal bibit yang bertebaran bagaikan cahaya safak diwaktu fajar. Kemerlipan cahanyanya meliputi tujuh petala bumi dan tujuh petala langit, beserta seluruh isinya. Didalam hadits ada dikatakan; Bahwa semua itu seluruhnya asal dari Tuhan. Nah dari sanalah sesungguhnya dari NUR yang empat  itu tadi dan yang kelima itu tadi disebut dengan nama  JOHAR AWWAL.
Disini hamba beritahukan pula bahwa yang disebut  TASJID itu tadi ialah; HAKIKAT MUHAMMAD. Jadi nyatalah kepada kita bahwa dunia ini hanyalah bayangan zat Tuhan yang maha besar. Demikian pula bahwa diri kita yang lahir ini hanyalah bayangan diri kita yang batin. Itulah zat Tuhan yang Maha Agung yang ada diseluruh semesta alam ini. Baik alam besar, maupun alam kecil (mikrokosmos dan makrokosmos). Sekarang hamba beri contohnya: Seumpama sorot matahari dihalangi oleh salah satu kaca; bayangannya tentu saja akan menjadi api, api jadi jadian yang terasa panas, oleh karenanya merusak kepada diri kita, bisa bisa kita hangus terbakar.
Mengapa kalau dari bibitnya matahari itu tidak akan membahayakan kita, bahkan kalau kita dekati matahari; umpanya kita naik keatas gunung, yaitu kepuncak gunung yang tinggi, disitu kita akan merasakan sejuk dan dingin. Makin dekat matahari makin enak, dan makin terasa nikmatnya. Inilah hanya contoh supaya kita tetap mendekat dengan zat Tuhan yang maha agung. Demikianlah contoh yang dapat hamba gambarkan. Jadi kesimpulan kaca itu tadi ialah: sebagai kaca penghalang, itulah bukti ujud jasmani kita ini, ia menutupi zatNya. Baiklah hamba bawakan sebuah dalil yang berbunyi: LA IJABAKA DAN ILLA WUJUDIKA FAFNIL ANIL WUJUD TAKUN WASILAN, artinya: Bagi Tuhan Yang Maha suci itu tidak ada yang jadi hijab/dinding. Maka nyatalah bahwa yang menjadi hijab/dinding itu adalah: adanya wujud kita yang betah didalam ADAM, dan yang belum kembali kepada kemaha sucian Tuhan Allah s.w.t.
FIRMAN ALLAH S.W.T.
Kalau engkau benar benar hendak melihat AKU; hapuslah dahulu wujudmu itu, sampai sampai jangan berbentuk lagi, dan jangan berupa lagi. Dan jangan sampai memiliki rasa yang ada, dan rasa ada ujud bumi dan langit, sebab AKU ini  NAFI DAN ISBAT.
Demikianlah firman Tuhan itu, supaya kita berani terjun kedalam lingkungan haderat muhabbah Tuhan Allah s.w.t.
CINTA HAKIKI

Jangan jauh jauh engkau mencari ajaran. Karena ajaran ajaran itu telah berada didalam dirimu sendiri. Bahkan seluruh dunia  ini telah berada dalam dirimu sendiri. Jadikanlah dirimu itu, CINTA sejati dan abadi. Dengan cinta itu kau dapat melihat dunia.
Arahkan pandanganmu dengan tajam dan dengan keheningan parasmu nan elok rupawan, kepada siang dan malam. Karena  apakah kenyataannya ? Segala sesuatu yang tampak disekeliling kita adalah akibat perbuatanNya.
Oleh karena itu jelaslah sudah, bahwa Tuhan beserta kesucian yang murni dan abadi berada dalam kecintaan. Bila engkau telah berada dalam cinta; engkau tidak akan menemui kesulitan itu lagi, asalkan masuk dan keluarnya telah jelas bagimu. Pengertian tentang hal ini sangat terbatas sekali. Dia sama sekali tidak berbentuk seperti sangkamu. Dia tidak tampak oleh orang biasa (orang awam). Tetapi Dia tetap ada dan tetap hadir.
Tetapi bagi orang yang berahir dalam pandangannaya, maka tampak sesuatu yang benar dan agung. Dan ketika dipandangnya ujud itu, maka dengan jelas tampak membayang ujud yang sebenarnya. Antara Dia dan ujud ini tidak ada bedanya.
Dia tidak tampak karena terdesak oleh gerakan gerakannya sendiri dari seluruh alam ini. Jadi bedanya tidak tampak pada sumbernya. Perkara ini walaupun kita bicarakan siang dan malam, tetapi jika orang belum pernah memperoleh ajaran rahasia ini, tetapi tidak ada faedahnya (tidak ada gunanya).
Jika engkau sedang sholat umpanya: sedangkan kehadirannya tidak pernah ada dihadapanmu. Maka kehadiranmu anggaplah kehadiran Yang Maha Agung. Tetapi sebaliknya: bahkan keadaanmu itu kau anggap seperti tidak ada. Sebab ADAM itu artinya: tidak ada. Adampun tiada mauujud dengan sendirinya, ia mauujud dengan ujud Allah Taala yang hakiki, dan fana dibawah ujudnya.
Maka jelaslah kepada kita bahwa hilang diri atau ingsun itu melahirkan seorang insan kamil atau Muhammad insan kamil. Persembahan seorang insan kamil, tidaklah mengenal waktu. Semua gerak lakunya digunakan untuk beribadah. Sikap diamnya dan bicaranya dan gerak tubuhnya, bahkan bulu romanya, kotoran dan kencingnya, semuanya diperuntukkannya sebagai ibadah memuji Tuhannya. Inilah sholat dhoim namanya. Cukuplah sekian dahulu adanya, insya Allah dilain waktu dan kesempatan akan kita sambung lagi. Assalamu Alaikum wr.wb.






BISIKAN RINDU
YA ALLAH, YA ROBBI?
LISANKU KELU MEMBISU SERIBU KATA.
BADANKU MEMBUJUR SEKUJUR BUMI.
ROHKU MELAYANG JIWA INSANI.
MENUJU TUHAN ROBBUL IZATI.

YA, ILAHI ROBBI?
KEMANAKAH AKU MELAMPIASKAN RINDUKU.
PENUH SESAK DIRONGGA KALBU.
BENAK HATI MENUSUK DADAKU.
BILA MELEDAK MEMBUAT MAHLUK LARI DARI KENYATAANKU.

ILAHI?
DUNIA INI DENGAN UNAK DAN DURI.
SETIAP KUMELANGKAH TERGORES DIHATI.
NAMUNKU BETAH BERDIAM DIHAK ADAMI.
JIWA KOSONG, HAMAPA, BAGAIKAN TEGAK PADI  TAK BERISI..

ALLAHUMA, TA TUHANKU.
KINI DAKU INGIN MENCINTAIMU YA TUHAN.
KAN TIDAK ENGKAU TOLAK YA TUHANKU?
DAKU TAK DAPAT HIDUP BAHAGIA TANPAMU TUHAN.
KEBAHAGIAN DAN KECINTAAN ADA PADAMU TUHAN.

TUHANKU?
SIANG DAN MALAM RINDUKU PADAMU YA TUHAN.
AIR MATAKU BERLINANG BAGAIKAN MUTIARA BERTABURAN.
BADANKU LESU BAGAIKAN POHON TAK DISIRAMI HUJAN.
JIWAKU MERINTIH BAGAIKAN HUJAN GERIMIS DIMALAM KELAM.

OH, TUHANKU?
BALASLAH CINTAKU PADAMU, OH TUHAN.
KALAU CINTA ITU TELAH MENYATU DALAM KECINTAANMU.
SIAPAKAH YANG MENCINTAI ENGKAU LAGI, YA TUHAN?
CINTA YANG TUNGGAL TAK MAU DIBELAH DUA.
DIA SATU, DALAM KESATUAN SEMESTA.

YA, ALLAH, TUHAN PEMURAH?
BIMBIMGLAH DAKU YA TUHAN, KEJALANMU.
JALANKU SURUT, MENUJU RIDHAMU YA ILAHI.
HAMPARKANLAH RACHMATMU DIHARIBAANKU.
AGAR AKU DAPAT BERJALAN DIATAS KEMULIANMU.

ALLAHUMA, YA TUHANKU.
KINI DAKU MENIKMATI DALAM CAHAYAMU.
PENUH ASYIK, LUPA DENGAN DUNIAKU SEMULA.
KARENA ASYIK DALAM CINTA, LUPA TUGAS SARIAT NYATA.
YANG UTAMA BAGIKU; HANYA MESRA DIDALAM CINTA.

OH, KEKASIHKU?
KEMESRAAN DALAM CINTA, MEMBUAT TAK TAKUT AKAN NERAKA
DAN AKU KINI TAK INGIN SORGAKU LAGI.
KARENA SORGA ITU TELAH BERADA DIDALAM CINTA
CINTA ITU SUDAHLAH SORGA DALAM FAHAMKU.


KEKASIHKU?
KINI DAKU TERLENA OLEH PELUKAN MESRAMU.
DUA BADAN MENJADI SATU DALAM SELIMUTMU.
YAITU SELIMUT KEBESARAN DAN KEMULIAAN.
DAKU KARAM DALAM LAUTAN CINTA HAKIKI.

YA, ALLAH ROBBI?
ENGKAU BERADA DALAM CINTA.
DIMANAKAH TEMPATKU SEKARANG INI?
JISIMKU TELAH FANA, DAKU TIADA DISANA.
HANYA ENGKAU TUNGGAL SEMATA.

OH TUHAN, ROBBUL IZATI.
PASANG SURUT IMAN INZANI.
IMAN HAK LANGGENG DIBUMI.
ACHIRAT KEKAL, CINTA BERSEMI.
ALMAGFIROH ANUGRAH ILAHI.

YA, ALLAH TUHAN PENGASIH?
SELIMUTILAH DENGAN KEBESARAN DAN KEMULIAANMU.
ANGKATLAH DAKU KETEMPAT PERSEMAYAMANMU.
DAN DUDUKKANLAH DAKU DIKURSYI SINGGASANAMU.
SIAPA YANG MEMANDANG KEPADAKU, TERPANDANGLAH
KEPADA WAJAHMU YANG MEMILIKI KEELOKAN DAN
KESEMPURNAAN ZAT YANG WAJIBALWUJUD.

YA, ILAHI?
KINI DAKU TIDAK MENCARIMU LAGI, YA ILAHI.
JIRIM JISYIM TELAH HAPUS DIDALAM ZATMU.
FANA DAKU DIDALAM KEFANAANMU YA, ILAHI.
KINI DAKU BUKANLAH ORANG BUANGAN.

YA, TUHAN SEGALA UJUD?
BILA KUPANDANG SELAYANG PANDANG.
UJUD SEMESTA BERDIRI TEGAK DENGAN TEGUHNYA.
NAMPAK JELAS BEKAS BEKAS PERBUATAN ILAHI ROBBI.
LEBIH JELAS LAGI YANG ADA DIDALAM DIRI.

YA, TUHAN SEKALIAN MAHLUK?
SELAMA DAKU MENGHADAPK KEHADAPANMU, YA ALLAH.
TAK PERNAH ENGAKAU HADIR DIHADAPANKU.
TETAPI DAKU TELAH FAHAM DENGAN FAHAMMU.
KAHADIRANMU ITU ADALAH KAHADIRANMU JUA YA ILAHI.

YA, TUHAN ROBBULALAMIN?
KINI DAKU TELAH BERADA DALAM CINTA.
CINTA NAN INDAH DALAM KATA KATA.
CINTA KUDUS, TIADA HURUF DAN TIADA SUARA.
CINTA PALSU MANIS DIMULUT, DUSTA DIHATI.

YA,TUHANKU?
KECILKAN AKU DIHADAPANMU.
DAN BESARKANLAH DIMATA MANUSIA.
DUDUKANLAH DAKU DIHADAPANMU.
DAN DIRIKANLAH AKU DIHADAPAN MAHLUKMU.
DEMIKIANLAH RINDUKU YANG KELUAR DARI PERASAANKU.


KUN MUHAMMAD
JADIKANLAH DIRIMU MUHAMMAD

Nur Muhammad tau Hakikat Muhammad ialah: HAKIKAT ALAM: sebab selur lam maya pada ini terbit daripada Nur Muhammad jua adanya. Disini para ulama tidak banyak yang mengetahui arti dan makna yang sebenarnya  darpada Nur Muhammad iti tadi. Ia bukan cahaya yang dalam fahamnya pada kebanyakan orang. Ia bukan zat, bukan benda, bukan materi,  dan bukan cahaya  seperti sorot lampu dimalam hari. Tetapi diatas segala galanya; diatas daripada cahaya segala cahaya.
Nur Muhammad itu cahaya yang cerlang cemerlang yang tiada harapan, Tuhan bertajli kepadanya. Nur Muhammad itu adalah cahaya diatas cahaya, tidak ada cahaya yang lebih bercahaya dan lebih qadim daripada Nur Muhammad itu. Nur disini adalah  cahaya yang abadi dan petunjuk hidayah. Nur Muhammad itulah asal segala kejadian, dan dia telah terjadi sebelum apa yang terjadi.  Dalam hal kejadian dialah yang awal, dalam hal kenabian dialah yang akhir.
Alhaq  adalah dengan dia, dan dengan dialah yang hakikat. Dialah yang pertama dalam hubungan, dialah yang akhir dalam kenabian, dialah yang batin dalam hakikat, dan dialah yang lahir dalam marifat. Nur Muhammad atau Hakikat Muhammad itulah yang memenuhi tubuh Adam dan tubuh Muhammad.
Maka apabila Nur Muhammad atau petunjuk hidayah Muhammad itu telah masuk kedalam diri kita ini: maka otomatis dia membawa cahaya yang abadi sepanjang masa. Nur Muhammad atau Hakikat Muhammad  itu qadim pula Dan apabila mati sebagai tubuh, namun Nur Muhammad itu tetaplah ada. Sebab Nur Muhammad itu tiada lain daripada Nur Zat. Jadi Allah, Muhammad, Adam adalah satu jua adanya. Insan kamilpun Allah jua, Muhammad dan Adampun pada hakikatnya. Jadi pada hakikatnya manusia ini adalah TUHAN. Tuhan menurut bentuk dan surahnya sendiri, maka daripada itu Tuhan memerintahkan kepada malaikat supaya sujud kepada ADAM. Disini baiklah hamba jelaskan secara mendalam tentang KUN MUHAMMAD ITU TADI.
Janganlah menetapkan saja kepada Muhammad s.a.w. yang di Mekkah itu atau di Madinah itu.  Itu memang yang menjadi bibit; bibitnya yang telah marifat. Tetapi carilah hakikat nabi yang ada didalam sekujur wujud kita ini. Sebab Muhammad itu tiada mati mati dan kalau dia mati maka pastilah dunia ini akan hancur lebur. Semuanya hancur, kecuali wajahnya. Jadi pada hakikatnya dia tetap hidup dan tiada mati-mati (langgeng selama lamanya). Oleh sebab itu cobalah cari Muhammad itu, artinya rasa Tuhan yang ada disekujur wujud kita pribadi. Kalau sudah ketemu tentu saja marifat kepada zat Tuhan Yang Maha Agung itu. Ketahuilah olehmu marifat seseorang itu tidak dapat dilihat dengan mata kepala ini.
Tetap saja kita tidak punya daya dan upaya, selain rasa Tuhan yang maha kuasa, yang tetap mengetahuinya. Tetapi hanya yang goib diwujud kita ini harus ketemu, supaya bisa pulang keasal semula. Yaitu pulang kerasa yang dahulu itu, pulang kepada rasa Allah s.w.t (rasa Tuhan semula). Sebab kalau tidak ketemu sekarang ini, tentu nanti tidak akan bisa pulang kembali kepada rasa semula. Yaitu kepada rasa yang HAQ itu, maka daripada itu marifatlah, lain tidak dan kalau belum marifat dikhawatirkan matinya sesat. Sekarang marilah kita berkisar pula kepada membicarakan SUMBER yang SATU. Hakikat RUH itu ialah buktinya rasa (hakikat nyawa). Sedang rasa itu adalah beberapa unsur nafsu. Adapun yang disebut atau yang dimaksud kehidupan yang kekal abadi itu adalah: hidupnya ilahi Robbi. Yaitu yang bersifat terang benderang, yang tidak terkena mati dan meliputi seluruh alam ini. Begitu pula seperti arasy, kursi, sorga dan neraka, yang meliputi semuanya itu; oleh karena itu ia merupakan sifat hidup Tuhan Allah Azzawazalla. Jalan yang demikian ini disebut oleh kaum sufi SAMUDRA HIDUP.
Sedang bibit nyawa itu disebut hidupnya seluruh bentuk dan jasad: sekalipun sampai kepada bakteri  bakteri dan kuman  kuman yang sangat kecil sekalipun. Jadi manusia, binatang, tumbuh tumbuhan, dan apapun jua yang bernyawa atau yang hidup didalam seluruh semesta alam ini, semuanya bersumber dari yang SATU itu jua adanya.
Sedangkan segala kehidupan didalam dunia ini tak terbilang banyaknya, hanyalah cuma itu hanya nyawa. Yaitu yang ada disemua bentuk jasad kita ini dan janganlah kita memahami bahwa zat Tuhan itu terbagi bagi milyunan jiwa. Lalau sedikit demi sedikit akan menjadi kurang. Maka dari itu janganlah salah mengerti; bahwa zat Tuhan itu tidak ada berubah sedikit juapun. Tetap langgeng tidak akan berkurang dan tidak akan bertambah lagi. Karena zat Tuhan yang hakiki itu tidak pernah rusak dan tidak pernah binasa oleh apapun. Sekarang baiklah kita umpamakan atau kita buat sebuah misal untuk memudahkan faham kita.
Umpamanya didunia ini kita nyalakan satu lampu dan lampu itu kita tutup dengan satu kawat kasa yang sangat halus dan mengembung (cembung) dan kawat kasa itu bermilyun milyun juta lubang cembungnya, yaitu lubang kawat kasa itu tadi. Jadi setiap lubang cembung itu adalah sebagai nyawa; satu pula. Maka jelaslah kepada kita bahwa setiap lubang kawat kasa memiliki satu nyawa. Kan lampunya hanya yang satu itu jua adanya. Demikianlah yang menjadi hidup kita ini bagi seluruh manusia ini, ataupun mahluk yang lainnya. Jadi jelas dan teranglah yang demikian itu ialah sebagai sorotnya saja, yaitu sorotnya hidup kita ini. Maka walaupun berjuta juta milyun sorotnya, namun lampunya toh hanya satu saja bukan? dan umpanya lampu itu tadi kita ambil sedikit demi sedikit, satu orang mengambil satu pula, toh tetap saja tidak ada perubahan apa apa. Demikianlah contoh umtuk jadi bahan perbandingan, dan untuk memudahkan faham kita adanya. Kalau tidak ada contoh dan perumpamannya, maka sulitlah kita untuk memahaminya.
Jadi yang sebenarnya yang sulit itu bukanlah si guru atau si ulama itu, tetapi yang sulit itu sebenarnya adalah simurid itu sendiri. Didalam pengajian ilmu tasauf itu yang utama sekali ialah: FAHAMNYA. Bukanlah dicari dengan jalan yang berbelit-belit, memang tuhah tidak keberatan menganugrahi kita dengan rahasia makrifatnya. Hanyalah kita disuruh memahaminya dengan fahamnya karena didalam ilmu ketuhanan itu tidak seorangpun mendapatkan KUNHIZATNYA, kecuali dengannya jua. Demikian agar kita menjadi maklum adanya.

















INNA LILLAHI WA INNA ILAIHIROJIUN
DATANG DARI ALLAH KEMBALI KEPADA ALLAH

Kalau kita kembali menuju kepada Allah, apakah kita ini memeng sudah jauh dari haha suci Allah jawabannya ialah kita harus pulang kembali kepada allah (kembali kepada asal semula). Maksudnya bukan pergi dengan langkah jauh. Lain halnya dengan faham orang-orang awam/umum dan bukan seperti jauhnya keluar dari lingkungan bumi ini,jadi pulang disini ialah hanya pulang rasanya saja. Disini kita jelaskan sesuai dengan perasaan batin kita sendiri.
RASA dunia ini pulang kembalai pada rasa yang dahulu. Yaitu yang pertama disebut hak Adam. Yang kedua disebut hak Muhammad. Sedang yang ketiga disebut hak Tuhan. Kalau rasa dunia  pulang kehak Adam, neraka tempatnya. Kalau johir ini ini pulang kembali kepada hak Muhammad, tentu akan mendapat nikmat.
Maka tempatnya disorga  yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan. Bukankah dunia ini campuran? dan ada pasang surutnya? dan yang ketiga tadi ini adalah: kehendak Tuhan. Yang sampai kehendak Tuhan tetap langgeng didalam kehidupan. Maka sempurnalah pulang kerasa dahulu itu, sebelum kita kedunia ini (lahirriah ini). Yaitu takkala kita masih menjadi NUR, yaitu: Nur Muhammad waktu dulu/asalnya dan kala itu kita tidak merasakan apa apa, tidak keenakan dan tidak ada penderitaan. Sebab zat yang laisya kamislihi itu tidak biasa diumpamakan bagaimanapun jua.
Artinya; tdak warna dan tidak rupa, hanya sepi dan sunyi belaka dan tidak ada apa apa lagi. Jadi bagi hamba yang telah sampai pada tingkat ini, berilmu sedang ada didunia, derajatnya telah marifat masuk kedalam SAMUDRA ILMU, ialah; kehidupan Ilahi Robi Yang Maha Agung, yaitu : Zat Maha Suci Tuhan Allah S.W.T.
Demikianlah tentang pulang kembali kerahmatullah. Maksudnya pulang kembali sebelum kita mati hisyi. Itulah arti pulang kembali yang sesungguhnya. Adapun pulang ke hak Adam itu tadi, karena kurang suhud, acuh tak acuh.
Segala hanya turut turutan saja, bagaikan katak terbawa garu; sedang ibadahnyapun tidak mantap. Ibadahnya hanya karena malu pada sesamanya saja. Bukan malu kepada Allah, dan bukan karena cinta. Orang Arif tidak memaksa maksa dirinya untuk berbuat ibadah apapun jua. Ia berbuat menurut kehendak Allah saja, dan tidak menambah dan tidak mengurangi daripada kuderat dan iradat Allah Taala. Inilah yang disebut yang sebenar benar taat. Taat lebih utama daripada segala ibadah.







SAMUDERA HIDUP

Sekarang kita teruskan yang berkenaan dengan kita ini qadim itu tadi. Maksudnya ialah; takkala kita masih berada di Nur dahulunya. Bahwa rasa itu samasekali tidak merasakan apa apa. Takkala  kita datang  kedunia ini tiba tiba kita merasakan sakit, enak, dan lain lain. Baiklah kita umpamakan pula agar diingat dan dirasakan perihal Zat Yang Maha Suci itu. Itulah yang  disebut SAMUDERA  HIDUP; yang cukup oleh tujuh lapis langit dan bumi.
Ibaratnya dalam ilmu lahir yang disebut samudera air. Sebulatan bumi ini kebutuhannya air dari laut. Cukup memberikan penunjang kepada kehidupan seluruh mahluk seluruhnya. Bahkan tidak bisa tumbuh seisi dunia ini tanpa air.
Air laut itu rasanya asin bukan? Nah? Umpama  kita tadi sebelum turun kedunia ini, kita masih berada didalam samudera hidup. Yaitu kepada Zat Maha Suci Tuhan. Seperti kita berdiam ditempat asin itu tadi, yaitu: rasa Tuhan Allah. Belum lagi menjadi rasa wujud; yaitu rasa mani. Seperti digambarkan, kita sampai kepada periode kelupaan.
Jadi rasa asin tadi itu ialah: kelupaan yan dahulu. Bukankah kita tahu bahwa air laut itu asin? Dengan proses kejadian alam ini, tahu tahu sudah menjadi hujan. Berasal dari asin, berubah jadi tawar. Padahal kita sudah tahu bahwa air hujan itu tadi datang dari air asin.  Jadi rasa asin yang datang dari air laut tadi, diibaratkan sebagai RASA BATIN dan rasa dihujan tadi dibaratkan sebagai RASA JOHIR. Jadi timbul rasa enak dan tidak enak. Seperti yang menjadi wujudnya ialah: aiar hujan tadi yang dapat kita bagi menjadi dua bagian. Pertama jadi nyawa jasmani, oleh karena itu jelek jelek. Tidak terbilang seperti air hujan, satu tetes satu manusia. Jadi sudah nyata kepada kita, bahwa sifat nafas sebagai bukti dan wujud juga ada. Marilah kita menuntut ilmu, agar hujan tadi itu harus ketemu solokannya atau anak sungai yang mengalir menuju kelaut asalnya semula.
Maksudnya supaya pulang kembali kerasa asin semula dan jangan betah didalam pelimbahan hujan itu saja, artinya jangan berdiam didalam rasa alam dunia ini saja. Jadi kita kalau betah didalam rasa dunia ini atau tetap didalam hak Adam, maka rasa neraka tempatnya. Maka daripada itu marilah kita pulang kembali kepada asalnya semula, yaitu kembali kepada SAMUDRA HIDUP semula.
Apakah arti samudra hidup itu?
Jawabnya ialah: KEMBALI KEDALAM HIDUP YANG SEBENARNYA: yaitu
kedalam kehidupan Ilahi Robi Yang Maha Sempurna yang kekal dan abadi sepanjang masa. Demikianlah yang dapat hamba sampaikan adanya.






TENTANG HATI,  RUH,  NAFSU,  AKAL DAN AKU

Para alim ulama kita banyak sekali yng tidak mau mendalami tempat nama-nama seperti diatas ini. Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang di perbuat orang, karena dangkalnya ilmu pengetahuan di bidang agama. Sekarang baiklah hamba uraikan satu-persatau dan hamba mulai dengan menguraikan tentang hati.
  • Hati/Qolbi itu ada dua unsur.
- Hati Jantung ialah segumpal darah atau daging yang berbentuk bulat panjang, tempatnya pada dada kiri yang mempunyai tugas tertentu yang di dalamnya terdapat rongga-rongga yang mengandung darah hitam sebagai sumber ruh.
- Hati nurani/ Al-Qolbi dalam arti yang mendalam dan yang halus yang bersifat ketuhanan dan ruhaniah yang ada hubungannya dengan hati jasmani itu tadi. Hati nurani ini adalah hakikat manusia yang dapat menagkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif yaitu manusia yang menjadi sasaran dari segala perintah dan larangan. Hati nurani itu erat hubungannya dengan ilmu mukassafah artinya ialah ilmu yang didapat semata-mata dengan ilham tanpa belajar dengan seorang syekh dan ilmu yang demikian bisa juga di sebut dengan ilmu laduni atau al alimur robbaniah. Maka dari itu hati nurani itu adalah hati yang latif yang bersifat ketuhanan. Mendalami hati nurani itu haruslah sampai terbukanya rahasia ruh.
  • Tentang Ruh
Ruh seumpama lampunya, yang hidup itu seumpama cahaya yang terdapat pada dinding-dinding. Perjalanan ruh itu dan gerakannya dalam batin. Seperti geraknya lampu pada sisi rumah dengan digerakkan oleh penggeraknya. Ruh dalam arti yang kedua ini adalah paling sulit pada akal karena ruh pada arti yang kedua ini erat sekali hubungannya dengan Tuhan. Hanyalah bagi hambanya yang beroleh petunjuk akan mendapatkannya (beroleh anugrah istimewa). Hanya dengan pertolongan dan bantuannya jua kita akan sampai kesana.
  • Tentang Nafsu ada dua unsur
Nafsu yang sebenarnya (nafsu yang hak) dan nafsu angkara murka (nafsu yang tercela). Nafsu yang hak disebut nafsu yang tenang, nafsu yang batal disebut nafsu angkara murka. Disini yang menentukan adalah RASA apakah ia duduk pada rasa Adam atau rasa Muhammad atau rasa Allah (rasa yang hak). Disinilah kedudukan masing-masing hambanya
  • Tentang Akal ada dua unsur
- Akal berarti mengetahui hakikat segala sesuatu, jadi dalam hal ini akan mengibaratkan sifat ilmu yang terletak dalam hati.
- Akal berarti yang mendapatkan dan menangkap segala ilmu, jadi hal ini akal berarti juga dalam arti yang sangat mendalam dan yang sangat luas. Karena dalam rahasia makrifat itu akal selentingan dari quwwah qoibiyah. Jadi sebelum manusia itu memasuki alam tasayauf maka selam itupula ia masih disebut akal yang belum sempurna (masih termasuk kedalam golongan hewan).
  • Tentang Aku
Apabila seorang hamba alllah telah sampai pada hakikat aku yang sebenarnya, itulah aku di dalam aku yang telah lenyap di dalam jibu. LA HURUFIN WALA SAUTIN artinya tiada huruf, tiada suara dan tiada kata-kata. Janganlah engkau berani mengatakan aku sebelum engkau lenyap lahir dari batinmu, dalam sofisme itu timbullah kalimah yang berbunyi zohirnya hamba batinnya Tuhan, zohirnya Aku batinnya engkau yang akhirnya Aku adalah di Aku. Kini lenyaplah Aku didalam jibu, hanyalah engkau tunggal semata. Kata-kata aku adalah egomu sendiri, artinya: aku telah berlepas diri dari anggapan yang demikian dan tidak lain dan tidak bukan zat itu melainkan hakku jua dan tidak lain aku itu sekarang ini aku tidak mengatakan aku lagi: tetapi aku mengatakan engkaulah Tuhanku maksudnya ialah yang  Tuhan itu adalah aku. Jadi disini yang beraku-aku itu adalah diaku. Bukanlah engkau yang beraku-aku dikala engkau beraku-aku, tetapi Allahlah yang beraku-aku dikala engkau beraku-aku itu.
Disinilah letaknya nilai dan barang yang bernilai itu terletak pada perasaanmu sendiri. Pahamkanlah akan perkataaanku ini. Inilah pancaran Nur Ilahi Robbi di sekujur badan kita pribadi. Maka untuk memperkuat dalil di atas ini baiklah hamba bawakan sebuah dalail Al Qur’an yang berbunyi WAMA ROMATTA IDJROMAITA WALAKINNALLAHA ROMA yang artinya hai Muhammad bukanlah engkau yang melempar dikala engkau melempar, tetapi Allahlah yang melempar dikala engkau melempar. Dalil ini sangat kuat sekali bagi kaum sufi yang tidak mau melepaskannya walau bertentangan bagi ulama ahli zohir semata (akhli kulit). Jadi apabila sudah benar-benar fana zahir dan fana batinnya, barulah benar-benar akumu itu dalam setiap engkau beraku-aku. Disinilah banyak orang keliru dalam memahami kata-kata aku. Yang dikatakan terakui itu adalah akumu sendiri (nafsumu yang tercela), kalau datang dari akulah Allah itulah yang hak.

AKU ADALAH AKU DALAM SEGALA HAL
Tidak akan diucapkan kalimat AKU, melainkan oleh seorang yang berkawan dengan kelegahan dan oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat. Tidaklah semua benar bagi orang yang ber aku aku. Engkau berani mengatakan AKU, sedang engkau masih terhijab/terdinding daripadaKu. Pesona  dunia masih mencekam dirimu, masing masing akan menyambar dirimu dengan seruan kepada zat dirinya, engkau masih saja berada dalam kegaiban yang kelam kepadaKu.
Maka apabila engkau telah melihat AKU, dan Akupun telah bernyata dihadapmu, maka tetapkanlah keteguhanmu, maka tiada Aku lagi, melainkan AKU. Telah kuciptakan atau Kuadakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan. Antara lain tujuan itu adalah: cintamau kepada dirimu sendiri. Itulah tetesan faham atau kalimat yang engkau warisi. Kata kata Aku adalah egomu sendiri, Aku berlepas diri dari anggapan yang demikian.
Dan tidak lain zat itu, melainkan kepunyaanKu jua dan tidak lain AKU itu, kecuali untukku semata. AKUlah yang DIA itu Aku, adapun hakikatmu itu bukanlah zat dan bukanlah pula persoalan. Hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang bersifat wafam atau dugaan saja(sangka sangka). Hal ini disebabkan caramu berpikir dan pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan. Engkau dalam setiap saat terbagi kepada: ”menyaksikan dan disaksikan”. Dua menjadi satu dalam bentuk perjodohan. Jiwa yang mencapai persoalan yang dicapai. Adapun hakikatmu tersembunyi jauh dibalik perjodohan itu, meninggi atasnya, jauh dari segala itu semuanya.
Sekarang engkau bukan lagi zat  dan perjodohan: tapi engkau hanyalah ruhKu, tiada nisbah bagimu melainkan padaKu. Engkau tidak mengungkapkan hakikat ini, kecuali dikala terangkat daripadamu tirai penutup dan engkau memandangKu. Ketika itu engkau telah lenyap daripada dirimu yang berjodohan, perjodohan yang bersifat serbaduga atau waham (sangka sangka). Lalu engaku menyadari hakikat dirimu dan engkau dapat dirimu yang sebenar benarnya yang bukan zat dan bukan pula dari persoalan. Tetapi engkau yang semurni murni ruh yang tidak terbagi bagi (jauhar), tunggal, meninggi, tiada nisbah melainkan kepadaKu.
Maka engkau tidak lagi mengulang mengata AKU: melainkan engkau mengatakan ”ENGKAULAH TUHANKU”. AKUmu itu adalah rahasiaKu jua adanya. Sebab telah engkau ketahui, bahwa AKU adalah untukKu semata. Dan sekarang engkau adalah hambaKu. Hai hambaKu? Jika engkau sudah melihatKu, maka tiada lagi engkau dan apabila engkau telah tiada, maka tiada lupa akan tuntutan dan apabila tiada tuntuan hilanglah sebab dan bila sebab telah lenyap. Tiada lagi nisbah sampai disini sirnalah hijab.









ENGKAU DAN AKU ADALAH SATU

Ibnu Arabi bolehlah dihitung sampai puncak famam wahdatul wujud yang tumbuh didalam pikiran ahli ahli tasawuf islam. Dia telah menegakkan fahamnyan berdasarkan renungan fikir filsafatb dan zauq tasuf. Sayangnya hanya sedikit saja orang yang mengetahui sedikit dasar pendiriannya.Baginya wujud yang ada itu hanya satu. Wujudnya mahluk adalah ain ujudnya khalik.
Pada hakikatnya tidaklah ada perbedaan diantara keduanya. Kalau dikatakan ada berlainan dan berbeda ujud mahluk dengan ujud khalik, itu hanyalah lantaran pendeknya faham dan singkatnya akal dalam mencapai mengetahui hakikat.
Dalam putuhat dia pernah berkata: Subhanaman Kholaqol Asyya Wahuwa Ainuha, artinya: Amat sucilah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu, dan dialah Ain sesuatu itu.
Amat sucilah pula, wujud alam adalah ain wujudnya Allah. Allah itulah hakikat alam. Tidak ada disana perbedaan diantara ujud yang qadim yang disebut khalik itu dengan ujud yang baharu yang dinamai mahluk. Tidak ada perbedaan abid dengan ma’bud, bahkan abid dengan ma’bud adalah satu. Perbedaan itu hanya rupa dan ragam dari hakikat yang Esa jua. Kadang kadang menjelma sebagai adikara gagah perkasa, sebagai Fir’aun dan kadang kadang menjelma sebagai seorang mulia dan tinggi, dan sebagai nabi nabi dan rasul rasul. Kesegalaannya adalah dari ain dan keAkuannya adalah hakikat ma’bud jua adanya dalam ujudnya dan keAkuannya jua.
Ibnu Arabi ada bersinandung, katanya: HAMBA adalah TUHAN, dan TUHAN adalah HAMBA. Demi syukurku siapakah yang mukallaf? Kalau engkau katakan HAMBA, padahal dia TUHAN. Atau engkau kata TUHAN, yang mana diperintah? Kalau memang antara hakikat dan mahluk itu satu ujudnya, mengapakah kelihatan dua?
Maka Ibnu Arabi menjawab dengan tegas: sebabnya ialah karena insan tidak memandangnya dari wajah yang satu. Mereka memandang dengan wajah keduanya dengan pandangan wajah yang pertama ialah HAK dan wajah yang kedua ialah kholk (kholk asal kata dari khalik). Tetapai kalau dipandang dalam ain yang satu dan wajah yang satu: atau dia adalah wajah yang dua daripada hakikat yang satu, tentulah manusia akan memperdekat  HAKIKAT ZAT YANG ESA, yang tiada berbilang dan tiada berpisah. Jadi  Ibnu Arabi telah menegakkan faham serba ESA, dan menolak faham serba dua atau lebih. Segala sesuatu hanyalah satu, tetapi dia merupa dalam bentuk yang berbagai bagai atau berobah robah. Berhampir dengan faham pitagoras dalam dunia filsafat, yang mengatakan bahwa jiwa segala bilangan adalah satu.




CINTA MUTHLAK

Cinta hakiki tidak mau dibelah dua, tetap satu. Inilah akidah ataupendirian seorang sufi atau waliallah. Menurut Ibnu Sabi’in: Allah adalah sumber segala akal yang mengatur alam ini, yang terbit daripadanya karena semata mata limpahan dan anugerah. Puncak segala akal ialah al aqlul faal atau akal pembuat dan dialah yang mengatur buni dan segala yang ada dalam bentuknya yang tetap.
Dan dialah masdar atau tempat timbul jiwa insani. Oleh karena jiwa - jiwa itu senantiasa ingin hendak kembali kepadanya. Maka apabila manusia menyediakan dirinya belajar dan menuntut dan merenungkan dan tidak puas- puas atau tidak bosan-bosan menyelidiki sedalam dalamnya, niscaya akan berobalah dia dengan kebahagiaan yang tak dimiliki orang lainnya yaitu dengan marifatul kamilat atau pengetahuan yang sempurna.
Dan hakikat mujaradat atau hakikat semata. Sampai tercapai pertemuan dengan Al aqlul faal itu. Permulaan kesudahan ujud adalah Allah. Diatasnya tidak ada apa apa lagi, walaupun Adam. Dia jadi sendirinya dan tidak berkehendak kepada pencipta lainnya buat menciptakan dirinya. Karena kalau demikian timbullah bertali tali dan berlingkar lingkar yang tiada putus putusnya. Kainat atau segala hal yang ada yang lainnya adalah mazhor atau kenyataan daripada adanya, daripada ilmunya dan iradatnya dan daripadanya terambil hayat seluruhnya dan ujud seluruhnya.
Memang ujud alam itu adalah mendatang(ardi). Sebab itu yang ada itu hanya satu yang hakikatnya, bahkan Dialah ujud semesta. Kainat yang nampak ini hanyalah ujud mazazi, bukan hakiki. Jadi fahamnya kembali kepada keesaan ujud jua. Beramal bukan ingin sorga dan bukan pula takut pada neraka. Karena Tuhan itu adalah tumpukan segala cinta. Jadi siapa siapa yang telah sampai pada cinta hakiki dan cinta muthlak atau cinta qudus, maka mereka berhak disebut INSAN KAMIL. Atau dengan kata lain, MUHAMMAD INSAN KAMIL. Muhammad insan kamil itu ialah:
- Orang yang berahlak dengan ahlak Allah.
- Orang bersifat dengan sifat Allah.
- Orang yang berakal dengan akal Allah.
- Orang yang berbuat dengan perbuatan Allah.
- Orang yang berpandangan dengan pandangan Allah.
Semuanya demi Allah, bukan demi itu dan demi ini. Orang yang seperti itu pandangannya hanya satu. Yaitu: SEMUA ITU ALLAH DAN ALLAH ITU SEMUANYA. Inilah orang yang sudah MENUGGAL dengan TUHANNYA. Inilah yang dimaksud dengan: MEMBARA DI API TUHAN. Fana dalam cahaya dan lebur dalam api. Demikianlah aqidah atau pendirian seorang wali.




TANYA-JAWAB

Untuk memudahkan faham dan memudahkan pengertian kita,maka hamba buat sedemikian rupa supaya para siswa mudah mempelajarinya. Bermula masalah ini kita ambil dari pada hadits nabi s.a.w yang berbunyi:
THOLABUL’ILMA FARIDHATUN ’ALA KULLI MUSLIMIN WA MUSLIMATUN”, artinya: Bermula menuntut ilmu itu fardu atas tiap tiap muslim laki laki dan muslim perempuan.
·         Tanya: Manakah ilmu fardu ian menuntut dia?
·         Jawab: Bermula ilmu yang fardhu ain menuntut dia itu yaitu: tiga ilmu. Pertama ilmu fikih, kedua ilmu usuluddin dan ilmu tasauf (ilmu hakikat). Ringkasnya ialah: ilmu fikih dan ilmu tasauf.
·         Tanya: Manakah had ilmu usuluddin yang fardhu menuntut dia, dan mana had ilmu fikih yang fardhu menuntut dia, dan mana had ilmu tasauf yang fardhu menuntut dia?
·         Jawab: Adapun had ilmu usul itu yang fardhu menuntut dia yaitu: Mengetahui sekedar barang yang wajib dan barang yang mustahil dan barang yang harus kepada Tuhan dan seperti demikian itulah segala rasul dengan sekira kira yang mengesahkan imannya dan adapun had ilmu fikih yang fardhu ain menuntut dia yaitu: Dengan sekira kira mengesahkan akan awalnya seperti mengetahui segala saratnya dan segala rukunnya dan segala yang membatalkan dan adapun had ilmu tasauf yang fardhu ain menuntut dia dengan sekira kira mengetahui akan membatalkan amal pahala ibadatnya seperti: ujub, ria, sombong, takabur, sum’ah dll. Maksudnya ialah: orang yang belum ketemu dengan ilmu yang satu ini.
·         Tanya: Bagaimana kepada orang yang beramal dengan tiada mengetahui  ilmu yang ketiga perkara itu?
·         Jawab: Nabi s.a.w ada bersabda: tiada sekali kali diterima segala amal ibadatnya jikakalau mengerjakan haji sekalipun dan lagi diharamkan menuntut ilmu fardu kifayah sebelum mengetahui yang fardu ain itu dan meninggalkan ilmu fardi ain itu hukumnya fasik: dan kalau tiada menuntut ilmu fikih dan ilmu tasauf itu maka tiada syah jadi wali nikah dan saksi nikah, karena fasik
·         Tanya: Manakah asal amal dan asl marifat?
·         Jawab: Bermula asal amal dan asal marifat itu ilmu. Maka dengan sebab itu wajiblah hukumnya menuntut ilmu agama. Rasulullah s.a.w bersabda: Tuntutlah ilmu itu walaupun sampai kenegeri cina atau tuntutlah ilmu itu mulai dalam buaian sampai keliang lahat (liang kubur).
·         Tanya:  Manakah asal ilmu itu?
·         Jawab: Bermula asal ilmu itu adalah Al Qur’an. Bermula ilmu yang tiada mufakat dengan al Qur’an dan dengan Al Hadits. Hanya kebanyakan para ulama johir tidak mau menggali sedalam dalamnya isi Al Qur’an itu. Bahkan ada yang menyembunyikannya, karena mereka takut difitnah orang (takut dikafirkan). Maju terus jangan pantang mundur, Tuhan bersama kita.
·         Tanya: Mana awal awal agama dan mana yang dinamakan agama?
·         Jawab: Awal awal agama itu mengenal Allah dan yang dinamakan agama itu ialah: Iman, Islam, Tuhid dan Marifat.
·         Tanya:  Mana asal mengenal Allah Taala?
·         Jawab:  Adapun asal mengenal Allah Taala itu mengenal diri.
·         Tanya:  Apakah arti islam, iman, tauhid dan marifat?
·         Jawab: Arti islam itu menjunjung titah Allah Taala. Arti iman itu percaya kepada Allah Taala dan percaya kepada rukun iman yang enam perkara itu. Adapun tauhid yang sebenarnya ialah: mengesakan zat Allah, sifat Allah, asma Allah dan af’al Allah dan marifat itu dapat membedakan antara yang qadim dengan yang muhaddats atau dapat dibedakan antara yang HAK dan yang BATAL. Demikianlah jawaban kita yang sebenarnya.
·         Tanya:  Betapa mengesakan zat Allah Taala dan sifatNya?
·         Jawab: Adapun yang mengesakan zat Allah Taala itu ialah: tiada yang maujud didlam alam ini hanyalah Allah Taala, hanya seperti ujud bayang bayang tiada hakikat baginya dan arti mengesakan sifatnya yaitu: tiada yang hidup, tiada yang tahu, tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang mendengar, tiada yang melihat, dan tiada yang berkata kata pada hakikatnya, melainkan Allah. Adapun zahir sifat ini kepada mahluk tempat memandang sifat Tuhan zahir pada mahluk. Yakni bayang bayang sifat Tuhan kepada hamba: seperti ujud kita bayang bayang bagi ujud Allah. Mustahil ujud bayang bayang dengan tiada ujud yang empunya bayang bayang dan juga mustahil bergerak bayang bayang dengan tiada bergerak yang empunya bayang bayang dan mustahil pula bercerai bayang bayang dengan empunya bayang bayang. Ini hanya sebagai misal saja untuk memudahkan faham, dan Allah Taala suci dari misal dan tasbih, hanya bayang bayang itu yang ada seperti benda beku dan batu dan kayu. Seperti ujud NUR matahari, menunjukkan adanya matahari demikian adanya.
·         Tanya:  Betapakah mengesankan af’al Allah Taala?
·         Jawab: Tiada yang empunya perbuatan didalam alam ini, hanyalah perbuatan Allah Taala.Tentunya tiada perbuatan mahluk walau sebesar zarroh sekalipun dalam alam maya pada ini dan jikalau terlintas dalam hatimu, ada usaha ihtiar atau perbuatan mahluk didalamnya, maka siriklah engkau(sirik hafi).
·         Tanya:  Kemanakah marifat itu takluknya?
·         Jawab:  Adapun marifat itu takluknya kepada mengenal diri.
·         Tanya:  Mengenal diri itu takluknya kemana?
·         Jawab:  Mengenal diri takluknya kepada mengenal Allah.
·         Tanya:  Mengenal Allah Taala itu takluknya kemana?
·         Jawab: Mengenal Allah Taala itu takluknya kepada membinasakan/melenyapkan ujudnya lahir dan batin. Inilah isyarat sabda Rasulullah s.a.w: Man Arofa Nafsu Faqod Arofa Robbahu, Waman Arofa Robbahu Fasadal Jasadu, artinya: Siapa yang mengenal dirinya sama dengan mengenal Tuhannya dan siapa mengenal tuhannya niscaya binasa/hilang dirinya (ingsun dalam bahasa jawa).
·         Tanya: Siapa yang mengenal dan siapa yang dikenal?
·         Jawab: Adapun yang mengenal itulah yang dikenal dan yang dikenal inilah yang mengenal. Sabda nabi s.a.w; ”Araftu Robbi Birobbi”artinya:Aku mengenal Tuhanku dengan Tuhanku.
·         Tanya: Apakah kita mengenal Tuhan itu, karena Tuhan itu tiada ain baginya?
·         Jawab: Adapun kita kenal Tuhan itu dengan sifatnya, yakni bekas bekas perbuatannya dan bekas bekas sifat sifatNya, seperti firmanNya yang artinya: Aku jadikan akan tiap tiap sesuatu karena hendak mengenal daku pada tiap tiap sesuatu adanya.
·         Tanya:  Manakah yang dinamai sifat?
·         Jawab: Adapun yang dinamai sifat yaitu: sesuatu yang menunjukkan akan suatu  yang zaidah atas zat, maka sifat namanya.
·         Tanya: Apa arti zat, sifat, asma dan af’al?
·         Jawab: Arti zat itu dirinya. Arti sifat itu kelakuannya. Arti asma itu namanya. Arti af’al itu perbuatannya.
·         Tanya: Mana yang dinamai asma?
·         Jawab: Sesuatu yang menunjukkan ia akan suatu, maka yaitu asma namanya.
·         Tanya: Bermula nam Allah itu siapakah yang menamainya?
·         Jawab: Nama Allah itu ialah: Allah Taala jua yang memberi nama sendirinya, dan tiada nama yang dihantarkan oleh mahluk adanya.
·         Tanya: Apakah nama Allah itu qadim ataukah muhaddats?
·         Jawab: Bermula nama Allah itu qadim, bukan muhhaddats.
·         Tanya:  Bagaimanakah hukum Allah Taala itu ADA?
·         Jawab: Adapun Allah Taala itu qadim, baqa, muhalafatuhulilhawadits, qiamuhu binafsif dan wahdaniat.
·         Tanya: Apa faroq sifat dengan mausuf dan apa faroq ujud dengan maujud dan apa faroq ilah dan ilahiah dan apa faroq ilah dengan Allah?
·         Jawab: Adapun faroq sifat dengan mausuf, yaitu: sifat itu kenyataan bagi mausuf. Adapun ujud itu kenyataan bagi maujud dan adapun ilah itu kenyataan bagi ilahiah. Adapun faroq ilah itu yaitu: ilah yang kaya daripada tiap tiap barang yang lainnya dan berkehendak kepadanya tiap tiap barang yang lainnya dan adapun nama bagi Tuhan yang wajibal wujud yang mewajibkan duapuluh sifat.
·         Tanya: Bermula apakah sikap itu bersekutu dengan zat? Berilah jawabannya?
·         Jawab: Bermula sifat itu tiada bercerai dengan zat, dan tiada bersekutu dengan zat. Siapa mencerai atau menyekutukan zat dengan sifat orang itu syrik hafi. Jadi disini tidak ada persatuan dan perceraian. Masalah ini sudah kita kupas habis habisan. Karena keesaan Tuhan itu meliputi kesegalaan mahluknya. Hamba dan Tuhan itu Esa jua adanya.
·         Tanya: Bermula sifat itu satu saikah atau dua saikah dengan zat?
·         Jawab: Bermula sifat itu tiada boleh dikata satu sai dengan zat dan tiada boleh dikata dua sai dengan zat. Sebab tidak ada sifat berdiri diatas zat. Seperti titik hitam yang berada pada kertas yang putih dan tidak pula dua sai dengan zat. Jawaban lengkap sudah kita uraikan pada halaman halaman yang lalu.
·         Tanya:  Apa faroq(perbedaan) antara zat dengan sifat?
·         Jawab:  Adapun perbedaan zat dengan sifat itu yaitu: zat itu dirinya dan sifat itu kelakuanNya.
·         Tanya: Apakah dua puluh sifat itu dibagi dengan empat bahagi, seperti sifat nafsiah, salbiah, ma’ani dan ma’nawiyah, apa hukumnya?
·         Jawab: Adapun dua puluh sifat itu dibagi kepada empat bahagi, karena dua puluh sifat itu empat bangsa. Pertama bangsa ujud, Kedua  bangsa Adam, Ketiga bangsa hal, Keempat bangsa ’itibar.
·         Tanya: Manakah bangsa ujud, bangsa Adam, bangsa hal dan bangsa ’itibar?
·         Jawab: Adapun bangsa ujud itu sifat ma’ani, karena sifat ma’ani itu maujud pada zihin pada harij. Adapun bangsa Adam itu sifatnya salbiah. Keadaan sifat salbiah itu tiada maujud ke pada zihin tiada pada harij. Adapun bangsa hal itu sifat nafsiah, karena sifat nafsiah itu kelakuan atau fi’il maujud dan yang terakhir ialah: bangsa ’itibar. Adapun bangsa ’itibar itu kepada sifat ma’nawiah. Karena sifat ma’nawiah itu nama/asma bagi zat. Dibilangkan sifat itu bernama hayyun yang hidup, karena berdiri sifat hayat itu kepada zatnya. Tetapi bukan seperti berdirinya sifat hitam kepada adasar yang putih. Inilah arti yang dikarenakan suatu karena adanya. Bukanlah faham umum/awam.
·         Tanya: Sifat duapuluh/duapuluh sifat itu berapa martabat adanya? Berilah petuah akan kami?
·         Jawab: Adapun duapuluh sifat itu terbagi atas tiga martabat, yaitu: martabat zat, martabat sifat dan martabat asma.
·         Tanya: Manakah yang dinamakan martabat zat, martabat sifat dan martabat asma?
·         Jawab: Adapun martabat zat itu ialah: sifat nafsiah dan sifat salbiah. Sedangkan martabat sifat itu ialah: sifat ma’ani. Adapun martabat asma itu ialah: sifat ma’nawiyah.
·         Tanya: Apakah sebabnya sifat nafsiah dan sifat salbiah dinamakan martabat zat?
·         Jawab: Adapun martabat zat itu tiada siapa siapa yang boleh mengetahuinya, kecuali orang yang beroleh ilham dan petunjuk daripada Allah Taala.
·         Tanya: Apakah sebabnya ma’ani dinamakan martabat sifat?
·         Jawab: Adapun martabat sifat itu dinamakan bagi ma’ani. Karena sifat itu kenyataannya kelauannya, bekas pada menjadikan alam. Adapun sifat ma’ani itu  ada kenyataan memberi bekas menjadikan alam. Itulah jalannya.
·         Tanya:  Apakah sebab ma’nawiyah itu dinamakan martabat asma?
·         Jawab: Adapun sifat ma’nawiyah dinamai martabat asma, karena sifat ma’nawiyah itu adalah nama bagi zat. Seperti keadaan zat bernama qadir yang kuasa. Dikarenakan berdiri sifat kuderat kepada zat. Adapun sifat nafsiah dahulu itu tadi tiada kenyataannya pada harij. Sedangkan sifat itu tiada mau ujud kenyataannya pada harj, hanya sifat habar jua
·         Tanya: Apa sebab ujud, qidam, baqa, muhallafatuhulilhawadits,qiamuhu Taala binafsif, masuk kepada sifat kaya apa jalannya?
·         Jawab: Adapun jawab yang lima itu masuk kepada sifat kaya, karena sifat yang lima itu bernama kaya zat. Adapun zat Allah itu tiada dikarenakan dengan sesuatu kerena.qidamnya tiada ada permulaanya dan baqanya tiada ada kesudahannya dan qiamuhu Taala binafsih tiada berkehendak kepada tempat. Itulah sebabnya dinamai sifat kaya.
·         Tanya:  Apa sifat asma,bashar, kalam, samiun, basirun, mutakallimun, masuk kepada sifat kaya?
·         Jawab: Sebab masuk kepada sifat kaya, karena sifat itu bernama sifat kaya. Maha suci Tuhan Allah itu daripada sifat kekurangan.
·         Tanya: Apa sebab Tuhan itu bersifat dengan sifat hayat, ilmu, quderat, iradat, dan hayyun, alimun,qadirun, muridun, dan wahdaniyat, beri kami jawabannya?
·         Jawab: Jikalau Allah Taala tiada bersifat dengan sembilan sifat itu tadi, niscaya tiada diperoleh sesuatu dari alam ini.
·         Tanya: Apakah arti dari maujud kepada zihin dan apa arti maujud kepada harij?
·         Jawab: Arti maujud kepada zihin yaitu maujud sifat kepada zat dan arti maujud kepada harij yaitu: memberi bekas sifat pada menjadikan alam ini.
·         Tanya: Apa sebab sifat nafsiah dan sifat ma’nawiyah maujud kepada zihin dan tiada maujud kepada harij?
·         Jawab: Adapun sifat itu kenyataannya bagi maujud  dan adapun sifat ma’nawiyah itu nama bagi zat. Bermula mula nama itu tiada memberi bekas sekali kali, itulah adanya.
·         Tanya: Apakah sifat salbiah itu tiada maujud kepada zihin dan kepada harij?
·         Jawab: Adapun sifat salbiah itu sifat Adami tiada maujud kepada zat, hanya sifat kepada habar jua adanya. Hanyalah sifat menggali dan menafikan barang yang tiada patut bagi Tuhan kita. Inilah sebabnya adanya.
·         Tanya:  Apa sebab sifat ma’nawiyah itu diibaratkan dengan hal yang wajib bagi zat, selama zat itu bersifat ma’ani itu diibaratkan dengan sifat yang ujudiyah yang berdiri dengan zat Allah Taala?
·         Jawab: Adapun sifat ma’nawiyah itu diibaratkan dengan hal yang wajib, karena wasithoh anatara ujud dan ma’dum, karena sifat itu tiada maujud dan tiada ma’dum dan karena dikaitkan dengan sifat ma’ani, memfaroqkan atau membedakan anatara ma’nawiyah qadim dan ma’nawiyah hadits.
·         Tanya:  Mana kalimat yang menghimpunkan dia?
·         Jawab: Bermula kalimat yang menghimpunkan dia yaitu: kalimat LA ILAHA ILLALLAH adanya.
·         Tanya:  Berapa terkandung dalam kalimat LA., Berapa terkandung dalam kalimat ILAHA, berapa terkandung dalam kalimat ILLA, dan berapa terkandung dalam kalimat ALLAH?
·         Jawab: Adapun yang terkandung dalam kalimat La itu ada lima perkara yaitu: ujud, qidam, baqa, muhalafatuhu lilhawadits, qiamuhu Taala binafsih.
     Adapun terkandung dalam kalimat ILAHA itu ada enam yaitu: sama, bashar,  kalam, samiun, basyirun, mutakkallimun.
     Adapun terkandung dalam kalimat ILLA itu, yaitu: hayyun, alimun, gadirun, muridun.
     Adapun yang terkandung dalam kalimat ALLAH itu yaitu: hayat, ilmu, kuderat, iradat, wahdaniat.
·         Tanya: Apa sebab sifat lima dahulu itu terkandung kepada kalimat LA itu, dan apa sebab sifat yang enam itu terkandung pada kalimat ILAHA. Apa sebab sifat yang empat terkandung kepada kalimat ILLA  dan apa sebab sifat yang empat terkandung kepada kalimat ALLAH. Terangkanlah apa sebabnya?
·          Jawab: Adapun sifat yang lima itu, ujud hingga qiamuhu Taala binafsih, yaitu: martabat zat lata’yin tidak nyata nyatanya. Adapun kalimat La itu kalimat tauhid, inilah sebabnya  dan adapun sifat sama, bashar, kalam, samii’, basyir, mutakkalim, sebab terkandung kepada kalimat ILAHA itu, sebab sifat itu bernama sifat kaya. Adapun ma’na ILAHA itu yang kaya daripada tiap tiap barang yang lainnya, itulah sebabnya dan adapun sifat hayyu, alimun, qadirun, terkandung kepada kalimat ILLA, karena sifat itu melazimi bagi ma’ani dikarenakan sifat ma’ani, itulah sebabnya. Adapun sifat yang lima yaitu: hayat, ilmu, kuderat, iradat, dan wahdaniat, sebab terkandung kepada kalimat ALLAH. Karena dia dengan dia zahir segala sifat itu ujud kepada zihin dan kepada harij dan adapun makna Allah itu nama bagi zat yang wajibal ujud yang mewajibkan dua puluh sifat.
·         Tanya: Apakah perbedaan kudrat dengan qadir dan sama’ dengan samii’ hingga ketujuhnya?
·         Jawab: Adapun perbedaan kudrat dengan qadir dan sama’ dengan samii’ hingga ketujuhnya, dengan bahwasanya kudrat itu sifat yang berdiri sendiri bagi zat, tiada dikarenakan dengan suatu karena. Adapun sifat qadir itu dinamakan bagi zat, sebab berdiri sifat kudrat kepada zat, mewajibkan zat itu bernama qadir yang kuasa, dan seperti demikianlah sami’ dan samii’.
·         Tanya: Apakah sebabnya sifat kudrat itu dinamai sifat ma’ani dan qadir itu dinamai sifat ma’nawiyah?
·         Jawab: Adapun sifat kudrat yaitu nyata, kenyataannya memberi bekas kepada  menjadikan alam. Ma’nawiyah, karena tiada memberi bekas kepada menjadikan alam, kerena menjadikan alam, karena ia nama bagi zat yang kuasa karena berdiri sifat kuadrat kepada zat.
·         Tanya: Apakah perbedaan anatara ma’ani dengan ma’nawiyah?
·         Jawab: Adapun sifat ma’ani itu qadim dengan zat, tidak dikarenakan oleh suatu karena mewajibkan suatu hukum dan adapun sifat ma’nawiyah itu tiada qadim dengan zat ma’ani dikarenakan dengan suatu karena, yakni karena ma’ani.
·         Tanya: Zat itu jadi apa kepada kita dan sifat itu apa kepada kita, dan af’al itu apa kepada kita dan asma itu apa kepada kita?
·         Jawab: Adapun zat itu rahasia kepada kita, sifat itu nyawa kepada kita, af’al itu adalah tubuh kepada  kita, dan asma itu adalah hati kepada kita.
·         Tanya: Berapa jalan kepada Allah Taala didalam tubuh kita manusia ini?
·         Jawab: Adapun jalannya itu ada empat hal, pertama jalan sariat, kedua jalan tarikat, ketiga jalan hakikat, dan yang keempat jalan marifat.
·         Tanya: Sariat itu apa kepada rasul, tarikat itu apa kepada rasul, hakikat apa kepada rasul, dan marifat itu apa kepada rasul?
·         Jawab: Sariat itu perkataanya. Tarikat itu jalnnya, hakikat itu kediamannya, dan marifat itu fi’ilnya (kelakuannya).
·         Tanya: - Sariat itu apa kepada kita, dan apa zikirnya?
                   - Tarikat itu apa kepada kita, dan apa zikirnya?
                   -  Hakikat itu apa kepada kita, dan apa zikirnya?
                   - Marifat itu apa kepada kita, dan apa zikirnya?
·         Jawab:  - Sariat itu tubuh kepada kita dan zikirnya: LA ILAHA  ILLALLAH.
                   - Tarikat itu hati kepada kita dan zikirnya: ALLAH, ALLAH (YA
                      ALLAH, YA ALLAH)
                    - Hakikat itu nyawa kepada kita dan zikirnya: HU, HU (YA HU,
                      YA HU)  hakikat Allah itu kunhu zat
                    - Marifat itu rahasia kepada kita dan zikirnya: LA HURUFIN
                      WALA  SAUTIN.
·         Tanya: Manakah istana sariat dan mana istana tarikat dan mana istana
      hakikat dan pula istana marifat itu?
·         Jawab: Adapun istana sariat itu lidah kepada kita. Istana tarikat itu hati kepada kita dan istana hakikat itu nyawa kepada kita. Sedangkan istana marifat itu lengkap meliputi kepada seluruh wijud kita lahir dan batin.
·         Tanya: Bumi itu apa kepada Muhammad, air itu apa kepada Muhammad, angin itu apa kepada Muhammad, dan api itu apa kepada Muhammad?
·         Jawab: Adapun bumi itu badan Muhammad, Air itu cahaya nur Muhammad, Agin itu nafas Muhammad, dan Api itu adalah nazir Muhammad.
·         Tanya: Mana oleh awal Muhammad dan ahir Muhammad, dan mana zahir Muhammad dan mana batin Muhammad?
·         Jawab: Adapun awal Muhammad itu nurani, nyawa kepada kita, dan adapun ahir Muhammad itu nurani, hati kepada kita, Adapun zahir Muhammad itu insani, tubuh kepada kita dan batin Muhammad itu robbani, menjadi rahasia kepada kita.
·         Tanya: Marifat itu ada berapa perkara?
·         Jawab: Bermula marifat itu ada tiga perkara. Pertama marifat sariat, marifat tarikat dan marifat orang hakikat.
·         Tanya: Apakah perbedaan yang tiga itu?
·         Jawab: Marifat orang sariat yaitu mengenal hukum hukum yang zahir ini. Marifat orang tarikat yaitu mengenal barang yang seni seni seperti: ujud, ria, takabur, sum’ah dll dan mengenal buruk dan bail, lahir dan batin. Marifat orang ahli hakikat yaitu: anatara antazahu tasybihi dan tiada terdinding pandangan batin akan yang zahir.
·         Tanya: Apakah cukup dalam agama itu ilmu zahir semata?
·         Jawab: Belumlah cukup kala ilmu zahir semata sebelum menuntut ilmu batin/hakikat.
·         Tanya: Adakah ilmu hakikat itu bersalahan dengan ilmu sariat?
·         Jawab: Adapun ilmu hakikat itu bersalahan dengan ilmu sariat. Barang siapa mengatakan bersalahan hakikat dengan sariat, maka orang itu langsung kapir. Karena hakikat itu sariat nabi yang batin. Sedangkan sariat itu ilmu fikih, yaitu sariat nabi yang zahir. Sebab yang batin itu hakikat nyawa, sedangkan yang lahir hanyalah hakikat tubuh.
·         Tanya: Apakah yang dinamakan derzat hakikat?
·         Jawab: Yang dinamakan derzat hakikat itu adalah hilang segala ujud yang zahir ini pandangan basirah mata hati. Bukan hilang pada nafsu amarah.
·         Tanya: Manakah yang dinamakan hakikat tauhid?
·         Jawab: Hakikat tauhid itu adalah barang yang terlintas lintas didalam hati sanubari maka yaitu binasa lagi baharu.
·         Tanya: Apakah hakikat tasauf itu?
·         Jawab: Hakikat tasauf adalah meninggalkan da’wah dan mencabut segala perkataan dan ucapan, sebab disini tiada lagi gunanya huruf, suara dan kata kata.
·         Tanya: Berapakah yang bernama diri?
·         Jawab: Adapun diri itu ada tiga perkara. Pertama yang sebenar benar diri. Kedua diri terperi. Ketiga adalah diri terdiri.
·         Tanya: Manakah yang sebenar benar diri, manakah diri terperi dan mana diri terdiri?
·         Jawab: Sebenar benar diri itu keadaannya kapas yaitu keadaan Allah. Diri terperi keadaan benang yaitu keadaan Muhammad. Sedang diri terdiri adalah keadaan kain, yaitu keadaan Adam dan ini hanya sebagi misal dan contoh saja/perumpamaan.
·         Tanya: Apakah yang menyampaikan kita kepada Allah?
·         Jawab: Anugerahnya jua kepada kita.
·         Tanya: Apakah yang dinamakan ilmu?
·         Jawab: Ilmu itu hanya untuk mengetahui hukum hukum yang nyata yang termaktub dalam Al Qur’an  dan dalam hadits. Inilah yang disebut ilmu nyata/nampak.
·         Tanya: Apakah ada lagi yang mengalahkan ilmu?
·         Jawab: Yang mengalahkan ilmu itu nafsu.
·         Tanya: Apalagi yang boleh mengalahkan nafsu?
·         Jawab: Yang mengalahkan nafsu ialah orang yang bertemu dengan TuhanNya. Maksudnya orang yang hilang diri (ingsun).
·         Tanya:  Manakah keadaan sudah marifat itu?
·         Jawab:  Keadaan sudah marifat itu ialah jahil akan dirinya.
·         Tanya:  Apakah islam itu dan apakah iman itu?
·         Jawab:  Islam itu zahir sedang iman itu batin.
·         Tanya:  Sholat itu ada berapa bangsa?
·         Jawab:  Sholat itu ada dua bangsa. Pertama sholat batin. Kedua sholat zahir.
·         Tanya:  Manakah yang harus didahulukan sholat zahir dan sholat batin?
·         Jawab:  Sholat batin lebih utama, sholat zahir mengikut dari belakang.
·         Tanya:  Bolehkah kita  melaksanakan sholat zahir saja, sedangkan sholat batin kami belum tahu ilmunya?
·         Jawab: Awaluddin Marifatullah, artinya: awal awal agama itu mengenal Allah. Kenalilah dulu tuhanmu baru sempurna ibadatmu. Sebab beramal dengan tiada mengenal kepada orang yang disembahnya, hukumnya mardut.
·         Tanya:  Adakah syarat dalam beramal beribadah?
·         Jawab:  Memang ada dan itu pasti adalah ikhlas.
·         Tanya:  Apakah arti ikhlas itu?
·         Jawab: Jawabnya hanya singkat, yaitu fana dan baqa kedalam Tuhan, demikianlah adanaya. Jelaslah telah marifat kepada Allah.
·         Tanya:  Ikhlas itu ada berapa perkara?
·         Jawab: Bermula ikhlas itu ada tiga perkara.
                   Pertama ikhlas orang mubtadi.
                   Kedua ikhlas orang mutawwasit.
                   Ketiga ikhlas orang muntahi.
·         Tanya:  Cobalah jelaskan kepda kami satu persatu?
·         Jawab: - Ikhlas orang mubtadi itu mengharap upah dan inginkan sorga dan
                     minta  jauhkan dari azab neraka, itulah akidahnya.
                   - Ikhlas orang mutawwasit yaitu: bersih dari riya dan sum’ah, hanya
                     semata mata karena Allah, hanya mengerjakan perintah Allah,
                     karena dia hamba Allah. Orang ini, tidak ingin apa apa hanya taat
                     kepada Allah.
                   - Ikhlas orang muntahi itu tiada menilik bagi dirinya, amalnya    
                     hanya memandang fi’il kelakuan Allah Taala pada dirinya.
·         Tanya:  Apa perbedaan antara ketiga perkara itu dan apa hukumnya?
·         Jawab:  Orang mubtadi itu sirik semata mata. Karena memandang amal itu atas akuannya. Sedangkan amal orang mutawwasit itu kena juga hukum sirik, tetapi lebih halus siriknya. Karena dalam beramal ada ujudnya belum fana dan baqa. Apabila ujud Adam masih ada, dosalah sepanjang umur. Adapun amal orang muntahi itu  telah lepas dari sirik zali dan sirik hafi. Ia telah manuggal dengan Tuhannya.
·         Tanya: Cobalah beri kami sebuah contoh untuk mudah kami fahami. Misal hamba dengan Tuhan dan misal Tuhan dengan hamba?
·         Jawab: Misal Tuhan dengan hamba seperti: matahari dengan cahaya, api dengan asapnya. Tentunya tiada bercerai dan tiada sekutu. Memang pada hakikatnya adalah satu jua adanya. Sabda rasulullah s.a.w: ” LA YUFRIQU BAINAN NAFI WAL FARAQA BAINAHUMA FAHUWA KAAFIRUN IBATI WAMAN”, artinya tiada bercerai nafi dan isbat, dan siapa yang menceraikannya orang kafir. Na’ujubillahi Minzalik.
·         Tanya:  Mana rupa yang tiada bercerai dan tiada bersekutu?
·         Jawab:  Rupa yang tiada bercerai yaitu: kuasa engkau itu adalah kuasa Allah. Kehendak engkau adalah kehendak Allah. Ihtiar engkau adalah ihtiar Allah dan arti tiada sekutu tiadalah engkau kuasanya serta walau seberat zarroh juapun. Hanya semat mata kuasa Allah Taala padamu. Tiada bergerak suatu zarrohpun, melainkan dengan Allah. Allahlah yang mendengar lagi maha melihat dan maha tahu. Inilah arti nafi danm isbat. Nafi mengandung isbat dan isbat mengandung nafi. Inilah arti tiada bercerai dan tiada sekutu. Fahamkanlah wahai saudarakau muslimin dan muslimat. Haya hamba pandang diri hamba sebagai........dan hamba pandang segala yang ada ini QOIM dengan Allah Taala. Pandangan hamba tiada lain dan tiada bukan hanyalah: Allah itu semua, dan semua itu Allah. Yang memandang ialah yang dipandang.yang menyembah ialah yang disembah. Yang mengenal ialah yang dikenal. Yang mencintai ialah yang dicintai. Yang menyruh ialah yang disuruh. Yang dipuji ialah yang dipuji. Puji qadim bagi qadim. ILA ANA YA LANA. Aku bagiku jua, tiada untuk siapa siapa. Aku adalaj Aku dalam segala hal.demikianlah akidah/pendirian seorang insan kamil.manakah yang dinamai kepada Allah Taala itu yaitu: hapus sekalian yang dalam alam seluruhnya ini daripada pandangan dalam hatinya, ujud Allah Taala yang ada, serta hadir dalam hatinya senantiasa adanya. Karena Allah itu selalu hadir kepada setiap hambanya: inilah arti sampai kepada Allah Taala. Tiada lupa dan tiada lalai walau sekejap mata.
·         Tanya:  Manakah anasir yang empat yang batin itu?
·         Jawab:  Anasir yang empat itu yaitu: ujud, ilmu, nur, syuhud.
·         Tanya:  Apakah arti ujud, ilmu, nur, syuhud?
·         Jawab:  Arti ujud itu zat, arti ilmu itu sifat, arti nur itu asma dan arti syuhud itu af’alnya.
·         Tanya:  Zat itu apa kepda kita, sifat itu apa kepada kita, asma itu apa kepada kita, dan afal itu jadi apa kepada kita?
·         Jawab:  Adapun zat itu rahasia kepada kita,  sifat itu nyawa kepda kita, asma itu hati kepada kita, dan afal itu jadi tubuh kepada kita.
·         Tanya: Mana yang dinamai qadim dan mana yang dinamai azalnya(azalinya)?
·         Jawab: Adapun qadim itu dan yang azali itu makna saja yaitu:  barang yang tiada awal baginya ujudi dan adami. Yakni bermula segala sifat itu qadim lagi azali.
·         Tanya:  Manakah yang fhardu daripada fhardu?
·         Jawab: Adapun yang fhardu dahulu daripada yang fhardu yaitu ilmunya(fikih, tauhid,tasauf).
·         Tanya:  Manakah yang fhardu dalam fhardu?
·         Jawab: Adapun yang fhardu dalam fhardu itu ialah: hadir hati dalam sembahyangmu kepada Allah. Artinya hadir hati serta Allah. Bagaimanakah menghadirkan serta Allah ? sedangkan kamu jauh daripada Allah. Kalau demikian hanya dibuat buat saja.
·         Tanya: Berapa macamakan orang yang mengatakan kalimah” LAI LAHA ILLALLAH”?
·         Jawab: Ada tiga macam orang yang mengatakan kalimah:” LA ILAHA ILLALLAH”. Pertama orang mubtadi. Kedua orang mutawwasit. Ketiga orang muntahi.
·          Tanya:  Manakah beda antara yang tiga macam itu?
·         Jawab:  Adapun orang  mubtadi itu yaitu: oarang yang memandang daripada dirinya kepada Allah: ialah: ”LA MA’BUUDUN BIHAQQIN ILLALLAH” artinya ”tiada yang disembah melainkan Allah. Dan orang yang mutawwasit itu yaitu orang yang memandang daripada Allah kepada dirinya, ialah: ”LA MATHLUUBU BIHAQQIN ILLALLAH” artinya: tiada yang dituntut dengan sebenarnya melainkan Allah Taala. Jadi keduanya golongan ini adalah sirik semata. Karena dirinya masih ada dan belum lagi fana. Sabda Rasulullah s.a.w ” WUJUDUKA ZANBUN LAQIAASA LAHU LIGAIRIHI” artinya: bermula ujudmu itu adalah DOSA. Maksudnya adalah hadits  ini tidak bisa dikias dengan apapun jua dan hendak dipakreli sendiri menurut akal orang awam. Sebab memang banyak sekali hukum hukum dikias kesana kemari menurut fahamnya (logikanya) dan yang ketiga itu tadi yaitu faham orang yang muntahi atau golongan muntahi yaitu orang yang memandang daripada Allah kepada Allah, yaitu: ”LA MAUJUUDAN BIHAQQIN ILLALLAH” artinya tiada yang maujud didalam alam ini, kecuali ujud Allah Taala. Golongan inilah yang lepas daripada sirik. Baik sirik yang halus maupun sirik yang kasar. Inilah wajib daripada yang wajib. Inilah yang fhardu daripada yang fhardu. Inilah ilmu yang paling sempurna daripada segala ilmu dan marifat.
·         Tanya:  Apakah janji kalimah LA ILAHA ILLALLAH?
·         Jawab:  Mengandung NAFI dan ISBAT dan tiada cerai dan tiada sekutu.
·         Tanya:  Kalimah LA ILAHA ILLALLAH itu isyarat kepada apa?
·         Jawab: Isyarat kepada ujud mahluk dan isyarat kepada ujud Allah Taala, yang qadim dan azali.
·         Tanya: Bagaimanakah memasukkan atau menyempurnakan islam, iman, tauhid, dan marifat?
·         Jawab: Adapun islam, iman, tauhid dan marifat itu ada dua bagian. Karena tidak sah islam melainkan dengan iman, dan tiada sah iman itu melainkan dengan marifat (mengenal Tuhan Allah). Karena bermula kalimat ILLALLAH adalah kalimat MARIFAT adanya.
·         Tanya: Apakah sebabnya kalimah LA ILAHA ILLALLAH itu dinafikan dengan kalimah LA ILAHA, dan apa sebabnya disabitkan dengan kalimah ILLALLAH? kita sudah yakin bahwa Allah Taala itu ESA dengan dalil dan burhan dan bahwa baharu sekalian alam ini. Sekarang apa jua yang dinafikan dengan kalimah itu?
·         Jawab:  Adapun nafi ada tiga perkara yaitu:
                    -  Pertama nafi orang awam/mubtadi.
                    -  Kedua nafi orang alim/mutawwasit.
                    -  Ketiga nafi orang arif/muntahi.
                    Jadi ilmu yang ketiga macam ini tiadalah yang sama.
·         Tanya:  Terangkan perbedaan ketiga golongan itu tadi?
·         Jawab:  Adapun nafi orang awam/mubtadi adalah menafikan yang bersifat ketuhanan yang lain daripada Allah Taala. Maka itu nyata batalnya, karena menafikan barang yang tiada mustahil ujudnya. Karena yang tiada itu tiada berkehendak kepada nafi karena sudah nafi sedia jadi tahsibul hashil: jadi tiada faedah nafinya dan setengahnya menyatu, ia yang dinafikan itu Tuhan difhardukan yakni yang ditakdirkan. Bermula nafi ini sangat batalnya dan apabila ada akalnya seberat zarrohpun karena mafum takdir itu berdiri pada tempat maujud. Bermula yang maujud itu tiada penerima nafi dan jikalau tiada sekali kali Tuhan takdirkan itu, niscaya tiada berkehendak kepada nafi, karena sudah nafi sedia tahsilul hasil, jadi tiada faedah nafinya lagi. Jadi tiada faedah lagi mangatakan musrifah itu karena yang itu adalah isinya, bukan kulitnya. Maka yang dimaksud disini adalah ISInya. Bukanlah kulit atau bacaanya dan nafi yang seperti itu tadi adalah umumnya bercerai nafi dengan isbat. Sedang dalam janjinya nafi dan isbat tiada bercerai keduanya. Jadi tetaplah nafi mengandung isbat dan isbat mengandung nafi. Keduanya tiada cerai dan tiada sekutu. Sabda Rasulullah s.a.w ” LA YUFARRIQU BAINAN NAFI WAL ISBATI WAMAN FARAQA BAINAHUMAA FAHUWA KAFIRUN” artinya tiada cerai nafi dan isbat dan barang siapa yang menceraikannya sesungguhnya orang itu kafir dan yang kedua adalah nafinya alim yaitu menafikan syak dan ragu berdirinya sifat ketuhanan hambanya seperti sangka orang awam. Disangkanya mahluk itu bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan. Sehingga dipujinya orang yang mendatangkan kebaikan dan dicelanya/dibencinya orang yang berbuat keburukan. Mereka syak wasangka itulah yang menafikan. Yang sebenarnya tiada sekali kali fi’il kelakuan mahluk yang mendatangkan kebaikan dan kejahatan itu. Hanyalah fi’il kelakuan Allah yang berlaku pada sisi hambanya. Itulah yang wajib diisbatkan ketuhanan itu kepada Allah, supaya syak dan waham itu. Inilah arti nafi yang mengandung isbat dan isbat yang mengandung nafi dan tiada bercerai dan tiada bersekutu pada kalimah LA ILAH ILLALLAH. Demikianlah faham orang alim yang kedua tadi. Mereka masih mengandung sirik yang halus dan yang ketiga orang arif itu tadi atau muntahi. Mereka menafikan seperti kata mereka: LA MAUJUN, LA HAYYUN, LA ALIMUN, LA QADIRUN, LA MURIDUN, LA SAMI’UN, LA BASYIRUN, LA MUTAKAL LIMUN,FIL HAQIQATIN ILLALLAH, artinya: tiada yang maujud, tiada yang hidup, tiada yang tahu, tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang mendengar, tiada yang melihat dan tiada yang berkata kata pada hakikatnya kecuali Allah Taala. Hanyalah sifat yang jahir pada mahluk, tempat zahir sifat Tuhan kepada hambanya. Seperti ujud kita ini bayang bayang bagi ujud Allah Taala dan mustahil bayang-bayang berdiri dengan sendirinya. Ini adalah suatu misal jua yang memudahkan faham kita. Yang betul tempat zahirnya jua seperti firman Allah Taala yang artinya: ”Hanya kujadikan sesuatu itu karena hendak mengenal engkau kepadaku, dalam tiap tiap sesuatu kujadikan dan dalam tiap tiap sesuatu maka fanakan wahai insan akan ujudmu dalam ujud Allah, dan fanakan segala sifatmu dalam sifat Allah Taala dan fanakan afalmu dalam afal Allah Taala dan juga fanakanlah asmamu dalam asma Allah Taala. Allah Taalalah yang hidup dalam dirimu itu. Allah Taala yang kuasa dan yang berkehendak dalam dirimu itu wahai segala tholib.
·         Tanya:  Adakah usaha dan ihtiar mahluk didalam alam ini?
·         Jawab:  Sekali kali tidak ada usaha dan ihtiar mahluk didalam alam ini. Sabda Rasulullah s.a.w ”LA TATAHARAKA ZARRATUN ILLA BI IZNILLAH”, artinya tiada bergerak didalam alam ini suatu zarrah juapun, kecuali dengan kehendak Allah Taala. Jadi nyatalah kepada kita ini sebenarnya tiada mempunyai gerak dan gerik, usaha dan ihtiar, walaupun dia seorang wali. Orang banyak syak dan ragu dalam soal ini. Syak wasangka itulah yang wajib kita nafikan pada kalimah LA ILA ILLALLAH, karena sekali kali kita tak punya perbuatan walau sebesar debu. Sebab kita mati sebelum mati. Maksudnya adalah mati nafsu/mati fil hakikat.
·         Tanya: Apakah sebabnya sifat orang muntahi itu lepas daripada sirik hafi dan sirik zali?
·         Jawab: Adapun orang muntahi itu dikatakan lepas daripada sirik hafi dan sirik zali karena mereka memandang daripada Allah kepada Allah, tiada memandang bagi amal dirinya hanya apabila ia beramal ditiliknya dalam hatinya akan amal itu daripada Allah dengan Allah bagi Allah dan untuk Allah MINALLAH, BILLAH, LILLAH (ILLA ANA YA LANA)
·         Tanya:  Kenapakah orang ahli hakikat itu kami dengar jarang sekali mengata kalimah LA ILAHA ILLALLAH? Benarkah kata kata orang itu?
·         Jawab: Kata kata itu benar, karena bahwasanya Allah Taala itu benar hadir dalam hatinya, maka daripada itu mereka malu kepada Allah menyebut Dia.
·         Tanya: Coba terangkan kepada kami tentang hadir hati serta Allah Taala, supaya kami tahu?
·         Jawab: Ringkasannya begini: pertama kita wajib mengetahui dan kita ’tiqatkan yaitu mengetahui barang yang wajib padaNya dan barang yang mustahil padaNya dan barang yang harus padaNya dan wajib me’itiqadkan padaNya seperti: ”LAISYA KAMISTLIHI SYAI’UN FIL ARDHI WALAA FISSAMA’I”. Allah Taala itu tidak didalam sesuatu dan tidak diluar sesuatu dan tiada sesuatu dalamnya. Tuhan itu tidak diatas, tidak dibawah, tidak dimuka, tidak dibelakang, tidak dikanan, tidak diluar manusia, dan tidak sesuatu dalamnya. Jauh tiada antara, dekat tiada tersentuh, hanya muhiitun pada sekalian alam. Tiada masa, tiada saman tiada hingga, tiada sekarang, tiada kemudian, tiada awal dan tiada akhirnya, tiada bersatu dan tiada bercerai. Tetapi memang satu atau tunggal, pada hakikatnya. Jelaslah ia Tuhan ada pada setiap diri. Karena zahir Tuhan ada dimanusia, dan batin manusia ada di TUHAN. Johirnya mahluk, batinnya Tuhan. Zohirnya  mahluk batinnya tuhan.
·         Tanya : Ada orang berkata menengah menuntut ilmu tasauf, katanya ilmu tasauf bukan untuk orang awam atau umum melainkan hanya untuk orang-orang yang ada di atas saja kedudukannya. Benarkah perkataan itu dan dapatkah kita pegang
·         Jawab : Perkataan itu mardut, tak dapat anda pegangi, orang itu hukumnya sesat karena salah paham. Tidak ada larangan dalam Qur’an, dalam hadist dan ittifaq ulama yang hak, sebaliknya ada perintah wajib menuntut ilmu hakikat. Memang orang yang diatas itu asalnya dari bawah juga.
·         Tanya : Apa hukumnya orang alim hakikat kalau ia berbuat kesalahan dan apa hukumnya kalau orang alim sariat berbuat dosa ?
·         Jawab: Baiklah hamba bawakan hadist Rasulullah S.A.W yaitu yang berbunyi: “WAL ULAMAAU HABIBULLAH WALAU FAASQUN WAL JAAHILU ADUWWULLAHI WALAU SHOOLIHAN” artinya: ulama kekasih allah itu, walau fasik dan orang jahil atau ingkar itu seteru allah, walaupun sholeh atau ahli ahli ibadah sekalipun, maksudnya ialah orang alim yang sebenarnya bila terlanjur berbuat salah hukumnya hanya fasik, artinya bisa dapat ampunan dari allah, sedangkan orang alim biasa atau alim ahli sariat semata, bila berbuat salah hukunnya kufur atau kafir, sebab dia ahli sariat semata tiada dengan ilmu hakikat. Sebab sariat semata adalah sesat karena jahinya tau ingkarnya itu. Orang jahil atau ingkar itu menurut sabda nabi s.a.w telah dekat dengan kufur atau kafir, sebab ia buta dalam dunia dan niscaya buta pula diakhirat.
·         Tanya : Berapa macam orang yang sembahyang atau sholat ?
·         Jawab : Orang yang sholat atau sembahyang itu ada tiga macam
·         Tanya : Tolonglah terangkan sedikit tentang yang tiga macam/ tiga martabat itu?
·         Jawab : Pertama sembahyang orang ahli sariat yaitu mengharap pahala dan menjauhi dari dosa atau neraka, mereka memandang daripadanya kepada allah, orang ini sirik atau taklid atau buta. Kedua sembahyang orang ahli tarikat yaitu hadir allah di hadapannya  inilah itiqotnya, orang ini sirik jua adanya karena dirinya masih ada dan ketiga sembahyang orang ahli hakikat itu yaitu orang yang memandang bagi dirinya amal. Hanya ia memandang Fi’il kelakuan allah taala yang berlaku pada dirinya yang ditakdirkan pada azali sebelum dijadikan dia, hanya memandang bagi dirinya jadi alat seperti kalam pada tangan orang yang menyurat, maha suci allah daripada alat, hanya dipandangnya segala amalnya minalla, billah dan lillah, inilah yang sebenar-benar sembahyang. Inilah yang disebut otak sembahyang atau sholat.  
·         Tanya: Coba terangkan kepada kami mana yang sebenar puasa? dan puasa itu ada berapa martabat?
·         Jawab: Puasa itu memang ada tiga bagian pula. Samalah halnya dengan sembahyang itu tadi. Martabat pertama dan martabat kedua adalah batal. Sedang martabat yang ketiga adalah: memeliharakan hati daripada mencita cita akan kemulian dunia, dan selalu ingat kepada Allah dalam stiap gerak dan geriknya dan lainnya dan orang yang seperti ini puasa terus menerus tiada hentinya dan tiada waktunya. Inilah puasa orang ahli hakikat/insan kamil.
·         Tanya:  Bisakah kita melihat Allah dalam dunia ini?
·         Jawab: Pertanyaan anda sudah dijawab tuhan dalam kitabNya Al Qur’an” WAMAN KANAFI HAJIMI AMA FAHUWA FIL AKHIROTI AMA WA ADHOLLU SABILA”, artinya: siapa siapa yang buta dalam dunia ini, niscaya diahirat akan buta pula dan sesat dijalan. Jelaslah ialah: melihat Allah itu dengan ilmu, dengan ruh dengan perasaan.
·         Tanya:  Amanah apakah yang utama sekali yang diamanahkan Tuhan kepada hambanya?
·         Jawab: Amanah yang utama dan yang wajib dilaksanakan oleh hambanya ialah marifatullah artinya mengenal Tuhan Allah.
·         Tanya:  Siapakah perintis pertama ilmu tasauf?
·         Jawab: Perintis pertama ilmu tasauf/ilmu hakikat adalah Muhammad Rasulullah s.a.w.
·         Tanya:  Siapkah penerus ajaran tentang ilmu hakikat/ilmu batin sesudah para sahabat?
·         Jawab:  Penerus ajaran ilmu hakikat/ilmu batin adalah Abu Hasyim Al Kufi dan beliau meninggal tahun 150 H atau tahun 761 M
·         Tanya:  Apakah ajaran tasauf itu berasal dari Al Qur’an dan Hadits?
·         Jawab:  Memang ajaran tasauf itu mengambil dari Al Qur’an dan Hadits.
·         Tanya: Apakah sebabnya sebagin ulama mengatakan bahwa ilmu tasauf itu atau ilmu batin itu dida’wahnya bukan dari Al Qur’an?
·         Jawab:  Sebab mereka hanya menelaah kulitnya, bukanlah isinya. Sedangkan bagi ulama batin/hakiki mengutamakan isinya.
·         Tanya:  Apakah dinding/hujab itu? Berilah kami paham supaya kami paham petuahnya?
·         Jawab: Dinding/hijab itu adalah: ”RU’YATUN NAFSI WATADBIIRUKA”, artinya melihat diri sendiri dan mengaturnya.
·         Tanya: Di dalam ilmu tasauf atau ilmu ketuhanan itu, apakah yang palinh ditakuti orang?
·         Jawab: Yang paling ditakuti orang dalam ilmu ketuhanan adalah AKUNYA ITU ADANYA. Sebab mereka takut disuruh mencipta. Maksudnya bukan demikian, itu salah paham. Sering terjadi pada diri nabi s.a.w. disuruh mencipta oleh orang orang yang jahil. Apakah nabi segera mencipta? Sekali kali tidak kecuali Allah yang menghendakinya. Tidak kamu layani oarang orang ang jahil itu, karena toh mereka tidak percaya juga. Kan sudah banyak bukti tentang kekeramatan para wali wali. Mereka toh tetap tidak percaya, sebab mereka adalah orang orang yang bahil dan jahil. Yang penting/utamanya adalah untuk dirimu pribadi, lain tidak.
·         Tanya:  Bagaimanakah ITIQAT AHLUL KASYAF?
·         Jawab: Itiqat ahlul kasyaf adalah mereka yang terbuka dinding hijab. Pandangannya segala kerja dari Allah. Sedangkan hambanya itu hanya tempat majhor dan kenyataan perbuatan Allah. Seperti halnya orang yang menulis surat degan pena, bukanlah pena yang menjadi huruf, tapi adalah orang yang menulis itu sendiri. Sedangkan penanya hanya kesadaran bagi orang yang menulis itu, jadi pada kesadaran inilah yang disebut hukum syara/sariat.
·         Tanya:  Apakah cukup bagi kita mengkaji Al Qur’an itu hanya menurut tafsir yang ada?
·         Jawab: Belumlah cukup kita menggali Al Qur’an itu kalau hanya kulitnya saja, bukan isinya. Kitab Al Qur’an itu selalu dibolak balik dikaji tidk ada habis habisnya. Sedangkan isinya tidak pernah dicari, tidak pernah ditemukan: seluruh dalilnya yang ada didalamnya tidak pernah dirasakan, tidak dihayati dan tidak pernah diserapkan kedalam hati sanubari yang halus mulus. Orang yang seperti ini pendiriannya kukuh dalam mengkaji kulit luarnya belaka. Dirinya hanya ditutupi keindahan luarnya saja, sedangkan dalamnya penuh dengan kotoran basi dan najis yang amat sangat. Mereka berlomba lomba dalm amal ibadah lahirnya saja, yaitu sehebat hebat mungkin. Menyembah dan memuji dengan lagu yang dipariasikan dengan segala keindahan, yang ditirunya dari langgam Mesir dan Timur Tengah. Tetapi nyatanya yang disembah belum juga ketemu, mereka tidak mencukupi dalil Al Qur’an yang sebenarnya menurut isi. ”WA’BUDA ROBBAKA HATTA YA’TIYAKAL YAKIN”, artinya kalau menyembah Tuhan haruslah ainal yakin. Dan haruslah tahu yang disembah dan siapa yang menyembah. Jangan hanya dijudikan saja, Tuhan ada dilagit dan dibumi.
·         Tanya:  Apakah bedanya ruh dengan nyawa?
·         Jawab: Ruh itu adalah sifat cahaya. Sedangkan nyawa adalah sifatnya darah. Maka daripada itu tiap tiap barang yang bernyawa mesti mengalami mati  (Al Qur’an). Yang mati hanya jasadnya sedang ruhnya tetap tiada mati, hidup kekal dan abadi.
·         Tanya: Cobalah uraikan kepada kami dengan jelas tentang ruh dengan nyawa itu tadi?
·         Jawab:  Ruh itu adalah Ruhullah. Sedangkan nyawa itu adalah sifat darah. Kehadiran darah itu juga belakangan bukan? Mungkin anda dapat merasakan sewaktu kita dalam kandungan ibu kita. Sifat hidup itu sudah ada disana, oleh sebab itu kita dapat usik dalam perut ibu kita. Itu tanda bahwa disana itu sudah ada kehidupan. Bahkan sebaliknya saat saat kita lahir kedunia ini belum ada nyawa, sebab belum memiliki rasa dunia dan belum punya nafsu.
·         Tanya:  Apakah sebanya jadi demikian?
·         Jawab: Sebabnya kerena belum ada pendengaran, penglihatan dan penciuman.
·         Tanya:  Coba terngkan selanjutnya?
·         Jawab: Sebabnya ialah karena masih didalm ruang lingkup HAKKULLAH TAALA, yaitu hidupnya Tuhan yang amat sucinya, bersih tanpa noda. Stelah ia menghirup hawa dunia dan dimasuki makanan dan minuman yang ada didunia ini barulah mulai timbul memiliki rasa dan dapat merasakan enak dan tidak enak. Barulah disitu mulai mendengar, melihat, dan berbicara. Lama kelamaan keluarlah sesuatu dari rasa itu suatu keinginan dan itulah yang disebut nafsu dan barulah sekarang lengkap antara hidup dan nyawa menjadi satu. Tadi semenjak ada rasa itu disebut hidup dan hidup sejatinya disebut ruh suci.
·         Tanya:  Coba tolong dijelaskan tentang mati hisyi?
·         Jawab:  Kita ini ada dua rupa yaitu rupa yang sejati yang tiada menempuh maut. Sedangkan rupa yang kedua adalah sebagi manusia. Rupa yang kedua inilah yang menempuh maut. Sebab tadi sudah kita katakan yang disebut nyawa itu ialah darah. Apabilah darah itu habis atau beku maka matilah kita. Inilah yang disebut tiap tiap barang yang bernyawa mesti menjalani mati. Sedang hidup yang sebenarnya tiada mati mati. Itulah kehidupan ILAHI ROBI YANG MAHA AGUNG. Maka kita harus kembali kepada kehidupan ILAHI ROBBI yang maha tinggi. Jadi orang yang sudah kembali kepada Allah Taala itu: itulah yang disebut iman yang sempurna.
·         Tanya:  Apakah orang memiliki iman yang sempurna itu tidak ada memiliki hawa nafsu hewani/nafsu saiton?
·         Jawab: Memang demikian, sebab sesungguhnya tidak merupakan rasa terpisah lagi dengan Tuhan, karena sudah WAHUWA MA’AKUM, berbaringan siang dan malam. Kalau sudah demikian sukar akn dibandingi, karena tidak bakal terpikat lagi dan tidak hanyut lagi oleh kejahatan dunia ini. Akhirnya lama kelamaan syaitonpun menyingkir, tidak mau/tidak bisa menggoda rencana kita ini. Sebab ia itu sudah berjanji kepada Tuhan Allah. Semuanya mahluk didunia ini dihiasinya dengan kejahatan, kecuali orang yang telah marifat zat.
·         Tanya:  Apakah sariat bisa menghukum hakikat?
·         Jawab:  Sariat tidak bisa menghukum hakikat.
·         Tanya:  Apa sebab sariat tidak bisa menghukum hakikat?
·         Jawab:  Sebab syariat hanya bertugas membetulkan aturan amal ibadah yang lahir ini. Bagaimana adap terhadap Tuhan dan mengetahui cara perilaku kehidupan sariat. Sedangkan hakikat itu mengurusi tentang iman. Sudah benarkah imannya kepada Allah Taala? Sariat itu adalah islam dan hakikat itu iman. Islam tanpa iman sesat, dan iman tanpa marifat yang sesat pula.
·         Tanya: Apakah bisa melihat Tuhan didunia ini?
·         Jawab:  Sudah ada dalam Hadits dan Al Qur’an. Dalam Hadits mengatakan: ”RUKYATULLAHI FIDDUNYA” yang menyebabkan BAINIL QALBI, artinya melihat Tuhan didunia tidak bisa salah atau tidak boleh keliru, haruslah degan ketajaman kalbu/mata hati dan ketajaman penglihatan mata kepala. Seba orang yang terbuka hijab itu pandangan lahirnya tiada beda dengan pandangan batinnya: inilah makam yang tertinggi.
·         Tanya:  Berapa macamkah iman manusia ini kepada Tuhan?
·         Jawab:  Ada dua macam seperti: pertama imannya orang ahli syariat. Kedua imannya orang ahli hakikat.
·         Tanya:  Imanya ahli hakikat kami sudah mengerti. Tinggal lagi imannya ahli sariat, tolong jelaskan kepada kami, supaya kami tahu?
·         Jawab: Iman ahli sariat adalah beriman kepada segala perintah dan larangannya dan haruslah melaksanakan rukun rukun islam dan rukun iman seperti yang umumnya diajarkan orang. Sedangkan iman ahli hakikat tidak seperti imannya ahli sariat. Orang ahli sariat mau sembahyang sudah tidak bisa bangun, hendak ingat saja belum ada ilmunya, memang serba susah/sulit. Kalau begitu kapiran berhenti ditegah perjalan, sudah pasti masti dengan iman.
·         Tanya: Apakah diri kita ini dengan yang empat buah kitab suci itu? Yaitu taurat, zabur, inzil dan Al Qur’an?
·         Jawab: Sesungguhnya taurat itu pendengaran kita. Zabur itu adalah pengucap kita. Inzil itu adalah penglihatan kita dan Al Qur’an itu adalah penciuman kita.
·         Tanya:  Apakah buktinya yang empat macam itu tadi?
·         Jawab: Bukti nyata bagi kita adalah nyawa kita ini. Itulah hidup kita ini, dan Al Qur’an yang nyata bagi kita ini, yaitu yang disebut dalil yang dahulu adanya semenjak kita lahir. Sedangkan yang ketiga itu disebut hadits karena belakangan hadirnya seperti pendengaran, penglihatan dan pengucapan kita ini.
·         Tanya: Sebelum kita mendengar, melihat dan berkata kata apa sebab lama kelamaan bisa mendengar, melihat dan berkata kata?
·         Jawab: Dengan kudrat dan iradat Allah s.w.t sianak itu tiada menyusu keibunya/susu bayi. Maka disana terjadi proses darisari makanan yang dimakan akan melalui susu ibunya. Disitulah terjadi pembakaran atau sari api, angin, air dan tanah. Karena makanan dan minuman itu berasal dari bumi ini juga atau dari sari tanah jua, yang mengandung zat zat yang rahasia. Buktinya lama lama sianak itu mulai mendengar. Melihat dan berkata kata begitu juga dikala kita hendak mati hisyi, pendengaran, penglihatan, dan pengucap lebih dahulu dikukut/diambil baru nafas akan sirna.
·         Tanya:  Cobalah tolong terangkan tentang yang empat anasir itu seperti api, angin, air dan bumi?
·         Jawab:  Madi/wadi itu berasal dari sari api, itulah yang menjadi daging. Madi itu berasal dari sari atau anasir angin, yaitulah yang menjadi sumsum. Mani itu berasal dari sari air itulah yang menjadi tulang. Manikan adalah sari bumi, yaitu yang menjadi kulit pada badan kita ini. Nah inilah kejadian empat unsur itu tadi.
·         Tanya: Bibit manusia itu ialah Adam dan Hawa. Apakah bibit selanjutnya membuat manusia itu pasti dengan manusia pula?
·         Jawab: Membuat manusia itu tentunya dengan manusia lagi, ini secara kenyataan. Lain halnya dengan kejadian Adam dan Hawa dan kejadian Isya a.s itu kejadian luar biasa dan tentunya membuat kambing akan dibuat oleh kambing lagi. Membuat musang akan dibuat musang lagi. Begitulah kuasa ilahi robbi hanya satu kali saja menjadi bibit dan bibit itu terus berlanjut sampai hari kiamat/hari yang terakhir. Memang pada lahirnya yang membuat itu manusia. Tetapi pada batinnya tiada lain daripadanya jua.
·         Tanya: Apakah kesimpulan daripada Muhammad Rasulullah itu secara mendalam?
·         Jawab:  Muhammad Rasulullah yang sebenarnya yang kita cari dan yang kita tuntut siang dan malam ialah tidak lain dan tidak bukan adalah rasa ujud kita ini, begitulah penjelasan yang tidak salah lagi dan perlu diragukan lagi.
·         Tanya:  Bagaimanakah antara Muhammad Rasulullah itu dengan Allah Taala?
·         Jawab: Muhammad Rasulullah itu dengan Allah tiada lain. Sedangkan Adam dengan Muhammadpun tiada lain. Begitu juga Adam dengan manusia lainnya atau yang disebut insan kamil juga tiada lain.
·         Tanya:  Apakah kesimpulan yang empat perkara ini?
·         Jawab:  Kesimpulannya ialah: ALLAH, MUHAMMAD, ADAM., DAN INSAN KAMIL ADALAH SATU JUA ADANYA. Muhammadpun Allah jua. Adampun Allah jua. Insan kamilpun Allah jua. Semua itu Allah dan Allah itu semuanya.
·         Tanya: Apakah semua nabi dan rasul rasul itu telah menyatu didalam diri kita ini?
·         Jawab:  Memang betul perkataanmu itu wahai tholib
·         Tanya:  Apakah buktinya kami minta contoh barang sedikit?
·         Jawab: Buktinya adalah Adam itu adalah rupa dan bentuk kita ini, inilah buktinya. Sedangkan Nuh adalah telinga kita ini. Dan Ibrahim adalah mata kita ini. Juga seperti nabi Musa adalah mulut kita ini.
·         Tanya:  Apakah hakikat penciuman kita ini?
·         Jawab: Hakikat penciuman adalah ISYA RUHULLAH/nabi Isa a.s. itulah hidung kita ini adanya.
·         Tanya:  Apakah rasa kita ini, masuknya kemana?
·         Jawab: Bukankah pendengaran, penglihatan, penciuman, dan pengucapa itu telah masuk kedalam rasa.
·         Tanya: Apakah rasa itu hanya terikat pada yang empat itu saja? Seperti contoh diatas tadi?
·         Jawab: Bukan itu saja, tetapi ujud keseluruhan ini yang memikul tanggung jawab ini adalah hanya melalui rasa, samapai kita bisa berdiri, duduk, berbaring, bagung, berjalan, bicara, diam  dan segala gerak gerik yang diusik itu adalah karena RASA. Sedangkan rasa itu tanpa ada sikap hidu itu tiada kuat rasa.
·         Tanya:  Jadi apakah hidup itu dan apakah rasa itu, dan apa pula ujud itu, dan apa pula nafsu itu?
·         Jawab: Sebenarnya yang anda katakan tadi tidaklah ada perpisahan satu sama lainnya. Hidup itu telah menyatu dengan rasa. Sedangkan rasa telah menyatu dalam ujud kita dan ujud kita ini telah manyatu pula dengan nafsu.
·         Tanya: Apakah ilmu wali itu harus bertafa?
·         Jawab: Tidak perlu semua orang harus bertafa, cukup hanya dengan mewarisi tafaan itu saja dan tidak perlu semua orang akan ilmu laduni. Cukup hanya mewarisi yang ada saja. Tetapi bila ia langsung kepdamu, itu lebih baik. Seseorang umpamanya memiliki ilmu laduni, lalu diajarkannya kepada muridnya toh itupun ilmu laduni juga hukumnya.
·         Tanya: Umpamnya ada orang berkata: tidak perlu mengaji ilmu wali nanti kamu bisa tersesat. Atau tak usah mengaji ilmu yang bukan untukmu itu hanya khusus bagi wali wali saja. Apakah perkataan itu dapat dibenarkan?
·         Jawab:  Perkataan itu mardut dan tidak boleh kita mengikutinya karena itulah penghalang kebenaran.
·         Tanya:      Sekarang kami ingin menanyakan tentang empat perihal  yaitu:
                  Pertama   : HAK MUHAMMAD.
                        Kedua      : HAKIKI MUHAMMAD.
                        Ketiga      : MUHAMMAD KARID.
                        Keempat : MUHAMMAD MAZAZI.
·         Jawab: Baiklah hamba nyatakan sebuah dalil Al Qur’an yang berbunyi”WA ASMA INI TAALA ABADAN BI KUFRO”, artinya barang siapa manusia mengaji asma hadits saja, tetap hukumnya kapir bila tidak bertemu dengan barang buktinya. Jadi kalau mengaji harus dengan bukti bukti nyata ialah
     A’ IN dengan barangnya/buktinya. Kalau sudah tahu namanya saja, 
     sedangkan barangnya belum pernah melihat, itu taklid buta namanya. Jadi
     perihal empat rupa itu tadi adalah:
1.      HAK MUHAMMAD/MUHAMMAD HAK.
Yang disebut hak Muhammad adalah zat, sifat Allah Taala buktinya terang dan hening ialah: SAMUDRA HIDUP yaitu bibit seluruh nyawa. Nah itulah ujudnya yang nyata. Kan sudah bisa ketemu bukan?
2.      HAKIKI MUHAMMAD/MUHAMMAD HAKIKI.
Muhammad hakiki ialah keluar memancar dari zat, sifat Tuhan yang disebut NARUM, dan cahanya merah. Sesudah itu HAWAUN, dan cahayanya kuning, lalu MAUN cahayanya putih dan yang keempat TAROBUN cahayanya hitam. Jadi keempat inilah yang menjadi lafay Muhammad adanya. Jadi jelaslah begini cahaya nerah membentuk huruf MIM. Sedang cahaya kuning membentuk huruf HA dan cahaya putih membentuk huruf MIM lagi. Yang keempat cahaya hitam membentuk huruf DAL. Inilah Muhammad hakiki namanya.
3.      KARID MUHAMMAD/MUHAMMAD KARID.
Muhammad karid ialah pada kenyataannya adalah rasa pribadi kita sendiri, ialah rasa jasmani itu tentu sebagai sifatnya.
4.      MAZAZI MUHAMMAD/MUHAMMAD MAZAZI.
Muhammad mazazi adalah rupa atau bentuk jasmani kita ini adanya. Buktinya ialah MIM awal itu kepala kita. HA adalah dada kita, MIM akhir pusat atau pingang kita, sedang DAL adalah kaki kita ini.
·         Tanya:  Apakah yang disebut zikir nafi-isbat?
·         Jawab:  Zikir nafi-isbat itu adalah LA ILAHA ILLALLAH.
·         Tanya:  Zikir lidah itu ada berapa tingkat?
·         Jawab:  Zikir lidah itu ada tiga tingkatan.
                    Pertama  : LA ILAHA ILLALLAH................................
                    Kedua     : ILLAHLAH, ILLALLAH..............................
                    Ketiga     : ALLAH, ALLAH............................................
·         Tanya:  Bagaimanakah menutup pintu shaiton?
·         Jawab:  Untuk menutup pintu pintu shaiton itu mudah saja asalkan tahu rahasianya/kejadiaanya. Yaitu melepaskan AKUAN sendiri kepada AKUAN Tuhan, itulah penutup pintu pintu shaiton.
·         Tanya:  Apakah puncak dari segala puncak marifat itu?
·         Jawab:  Puncak dari segala puncak marifat itu ialah KOSONG.
·         Tanya:  Manakah Al Qur’an yng rahasia itu?
·         Jawab:  Al Qur’an yang rahasia itu ialah tiada huruf, tiada suara dan tiada kata kata.
·         Tanya:  Apalah nama Tuhan yang azali itu?
·         Jawab: Nama Tuhan yang azali itu tiada bernama hanya disebut huwa: sesudah itu baru HU. HU itu Allah Taala dan NUR itu bernama Muhammad.
·         Tanya:  Apakah bedanya NUR Allah dengan NUR Muhammad?
·         Jawab: NUR ALLAH dengan NUR MUHAMMAD tiada lain. Siapa menyangka berlainan kapirlah orang itu.
·         Tanya:  NUR itu artinya cahaya, benarkah itu?
·         Jawab: Itu tidak benar hanya kata kata kiasan saja. Nur sebenarnya bukan cahaya, bukan benda, dan bukan materi dan bukan zat dan bukan sifat, tidak seorangpun yang tahu, kecuali orang yang memperoleh petunjuk dan hidayat.
·         Tanya:  Apakah yang dimaksud MAKKAH itu?
·         Jawab: Yang dimaksud MAKKAH itu adalah MUHAMMAD.
·         Tanya:  Apakah yang dimaksud MADINAH itu?
·         Jawab: Yang dimaksud MADINAH adalah dua kalimah syahadat/syahadattain.
·         Tanya:  Apa yang dimaksud KA’BAH?
·         Jawab: Yang dimaksud KA’BAH adalah ADAM.
·         Tanya:  Huruf MIM, HA, MIM, DAL itu masuknya kemana?
·         Jawab: Huruf Muhammad itu masuk kepada huruf: ALIF, LAM, AWWAL, LAMAHIR, dan HA.
·         Tanya:  Bagaimanakah cara menyatukan itu?
·         Jawab: Caranya begini: ALIF dengan MIM. LAM AWWAL dengan HA. LAM AHIR dengan MIM. HA dengan DAL.
·         Tanya:   Apakah arti SIN, BA, QOB?
·         Jawab:  SIN itu adalah rahasia alam semesta.
                     BA itu adalah kejadian alam semesta.
                     QOB itu meliputi sekalian alam.
·         Tanya:   Coba tolong diuraikan sedikit tentang SIN, BA, QOB?
·         Jawab:  SIN itu Rahasia Allah. BA itu Rahasia Muhammad. QOB itu Rahasia Adam. Baiklah ringkasnya saja hamba uraikan ALLAH YA MUHAMMAD, MUHAMMAD YA ADAM.
·         Tanya:  Apakah arti BA, ALIF, MIM, dan LAM?
·         Jawab: Arti yang empat huruf itu adalah BAKHRUL ABU MALUN LAQUT.
·         Tanya:  Apakah yang dimaksud dengan Bahrul abu malun laqut itu?
·         Jawab: Itulah yang disebut: BISMILLAHIR RAKHMANIR RAKHIM. Itulah asma Tuhan yang paling rahasia. Tutuplah kepada yang bukan ahlinya. Karena bias membawa fitnah yang besar  dimata umum.
·         Tanya:  Apakah mungkin ada BA, ALIF, MIM, LAM kalau tidak ada SIN, BA, QOB?
·         Jawab:  Kalau SIN, BA, QOB tidak ada, tentunya BA, ALIF, MIM, LAM pun tidak ada jua. Jelasnya kalau Muhammad itu ada, siapa yang mengatakan Tuhan itu ADA? Jadi buktinya Tuhan itu ada adanya AKU. ADANYA TUHAN itu ADANYA AKU. Dan ADANYA AKU, ADANYA TUHAN. Jadi intisari kalimah LA ILAHA ILLALLAH itu, tidak ada Tuhan, melainkan AKU dan tidak ada AKU melainkan AKU. Sekarang AKUKU lenyap didalam JIBU. LA HURUFIN WALA SAUTIN, artinya tiada huruf dan tiada suara dan tiada kata kata. AKU ini tiada disana, hanya engkau tunggal semata. Kini Aku tiada lagi mengata Aku, hanya Aku mengata ENGKAULAH TUHANKU. Maksudnya YANG TUHA ITU ADALAH AKU.
·         Tanya: Tolonglah kami, karena kami belum tahu apa arti surat FATIHAH yang sebenarnya menurut isi?
·         Jawab: Arti surat fatihah menurut jalan marifat tentunya sudah hamba uraikan dalam buku/kitab jilid I. Sekarang kita uraikan menurut arti yang kedua yaitu: dalam artian hakikat.

                                       Bismillahir Rakhmanir Rakhim.
            Adapun bismilah itu ya Muhammad itu adalah mana bagi zat yang wajibal wujud yang menamai ia akan dirinya sendiri dan yang menyebut  bismillah itu tiada diketahui keadaanya. Hanya wajibalujud jua adanya.  Hamba tiada bisa menyebut Allah, yang sebenarnya yang menyebut itu   tiada lainnya dengan kalamnya jua.
            Adapun arrakhman itu ialah: murah daripada Allah. Karena menganugrahi seperti zat, sifat asama, dan afal dan adapun arti arrakhim   itu adalah rahmat yang dianugrahi daripada Allah Taala yang mengadakan sekaliannya, maka habislah dengan sesungguhnya yang  lain, hanya yang ada itu maujud jua adanya.
 Adapun alhamdulillah itu adalah keadaannya sendirinya, tiada terganti   keadaan insan dan keadaan Allah yaitu yang bernama Allah itu atau zat. Adapun robbil alamin itu adalah Akulah Tuhan yang lebih tahu  akan zahir dan batinmu, bahwa itu adalah Aku jua.
             Adapun arrakhmanir rakhim itu adalah yang berfi’il itu Aku jua.  Karena Aku tahu keadaannya yakni yang membaca fatihah itupun Aku jua adanya. Tetapi karena keadaan zat Allah itu tiada keadaannya, dan tiada diketahui lagi keadaan yang sesungguhnya. Adapun Malikiyaumiddin itu adalah: Akulah raja yang maha besar, dan  engkaulah ganti akan pekerjaanku, karena engkau adalah Aku dan Aku  adalah engkau jua. Yakni tiada bedanya Allah dengan Muhammad dan jikalau ada bedanya, maka tiadalah kuasa membaca sholawat dan jikalau Allah itu satu dengan Muhammad itu, hanya Allah yang wajiblujud.
            Adapun iyyakan’budu itu ya Muhammad engkau tiada bedanya dengan keadaanKu, yakni sembahyangmu itu ganti sembahyangKu, maksudnya ialah tiada engkau dengan Aku dan tiada pula tersentuh. Adapun waiyyakanastain itu ya Muhammad engkau itu adalah Aku dan Aku adalah engkau dan tiada nyataku: Aku dan engkau adalah dekat. Kerena keadaanmu itu adalah keadaanKu jua.
            Adapun ihdinasshitotol mustaqim itu adalah: ya Muhammad petunjuk nyata nyatanya keadaanKu ini dan keadaan  kesudahannya ialah keadaanKu itu jua adanya dan Aak menjadikan sekaliannya itu kerenamu ya Muhammad.
             Adapun syirotollazina anta alaihim itu ya Muhammad, karenaKu   menjadikan keadaan sekaliannya yang mengikuti kepadamu lahir dan   batin akan mendapat sorga dan yang tidak percaya padamu, akan  mendapat neraka jahanam dan semuanya itu adalah  daripada RAHASIA RACHMATKU.
                 Adapun goirilmagdu bi alihim itu ya Muhammad, tiada bedanya engkau dengan AKU dan Aku menganugrahimu sekaliannya.
           Adapun waladdhollin itu ya Muhammad engkau semupama Aku jikalau tiada engkau yang sesungguhnya maka tiadalah nyataku pada tiap tiap segala sesuatu.
           Adapun min itu ya Muhammad engkaulah ganti  RAHASIAKU, karena rakhmatKu itu adanya sekalian alam ini, dan alam seluruhnya. Demikianlah hamba teruskan kepada artian dalam tarikat/dalam pelaksanaan sholat. Sebab kalau belum tahu arti yang sebenarnya niscaya segala amal ibadahnya sia sia belaka. Baiklah hamba  mulai dengan Bismillahirrahmani Rakhim. Bismillahir Rakhamir Rakhim,
gugurnya kepada ujud.
Allamdulillah Robbil Alamin,......................................................    hayat.
 Malikiyaumidin,..............................................................................  ilmu.
 Iyyakana Budu Waiyya Kanastain...............................................   iradat.
Ikhdinasshirotol Mustaqim...........................................................    sama.
Syirothollazina An’amta Alaihim,................................................    basar.
Goirilmaqdu Bi Alaihim Waladdhollin........................................   kalam. Amin,.................................................................................................    rahmat.
             Inilah surat Al Fatihah menurut isi dengan jalan tharikat, dan inilah pelaksanaan  dalam sholat . sedang surat fatihah dalam artian sariat: kita sudah maklum semunya yaitu sudah ada tafsirnya dalam Al Qur’an/Qur’an tafsir. Kesimpulannya ialah kitab suciyang diturunkan Allah Taala mdidalam bumi ada 104 buah dan jumlah yang 104  tersimpun dalam empat buah kita saja lagi yaitu, taurat, zabur, inzil, dan Al Qur’an dan empat buah kitab ini tersimpun pula kepada Al Qur’an.
          Dan Al Qur’an ini tersimpan pula dalam kitab suci Al Fatihah dan surah Fatihah ini tersimpun pula kepada bismillahir rakhmanir rakhim. Bismillahir Rakhmanir Rakhim ini tersimpun pula kepada BISMILLAH dan bismillah ini tersimpun pula kepada BI ISMI dan bi ismi ini tersimpun pula kepada huruf  Ba dan huruf Ba ini tersimpun pula kepada titik Ba dan titik Ba ini hilangkan pula menjadi kosong (0).
LA MAUJUDAN BI HAQQIN ILALLAH, artinya tidak ada yang maujud didalam alam ini, melainkan Allah. Ini berarti sudah kosong. LA ILAHA ILLALLAH, artinya tidak ada Tuhan, melainkan Allah. Kalimah ini terbagi dua yaitu ADA dan TIADA. Tiada TUHAN berarti kosong.  Melainkan Allah berarti ADA. Tuhan itu ADA, sebelum ADA, kata kata ADA, itu ADA.  Yang kosong disini adalah mahluk. Sedang yang ADA adalah ADA. Tidak ada yang beraku didalam alam ini, kecuali Allah. Siapa mahluk yang beraku aku berarti ia merampok hak milik Allah dan siapa merampok AKUan Allah, berarti berhasil segala amal perbuatan itu adalah hasil dari rampokan itu. Kalau hasil rampokan itu dibawa kealam ahirat nanti, maka perampok itu bersama hasil rampokannya akan dilemparkan kedalam api neraka jahannam dan dia akan kekal disana. Cepatlah kembalikan AKUMU itu kepada Allah. Niscaya Allah senantiasa hadir kepadamu.
Dan apabila kamu sudah mengosongkan dirimu yang hadir hanya Allah yang mendengar hanya Allah yang melihat hanya Allah dan yang berkata-kata hanya Allah. Inilah zikir yang sebenarnya. Walaupun tak kau ingat-ingat, walaupun tak kau gores-gores, walaupun tak kau ucapkan, walaupun tak kau bayangkan semuanya itu telah berjalan dengan hikmahnya.
Inilah zikir yang di sebut MUDAWWATUZ ZIKRI, inilah zikir yang tiada berbekas seperti air di daun keladi. Mengenai zikir ini tidak seorang dari malaikatpun boleh tahu, hanya Allah sendiri yang maha tahu. Inilah zikir yang tiada hurup dan tiada suara, tiada kata-kata dan tiada dirasa lagi. Zikir ini disebut ingat didalam ingat. Inilah sholat dhoim yang maha tinggi dan yang maha mulia, orang yang seperti ini DIAMNYA ZIKIR, bicaranya ZIKIR. Karena masuk dan keluarnya telah diketahuinya, sebab dia sudah berbaringan siang dan malam. Lupanya berarti ingatnya dan ingatnya berarti lupanya. Kan menyalahi adat? 
Siapa yang paham beruntung dan siapa belum paham supaya menuntut lebih rajin, demikianlah adanya. Simpanlah baik-baik dan kuburlah ia pada yang bukan ahlinya, demikianlah hamba sampaikan supaya anda menjadi seorang yang sempurna dunia dan ahirat.
Sekarang baiklah hamba jelaskan lagi tentang orang yang beroleh petunjuk daripada Allah. Orang yang telah fana dengan Allah adalah seperti matahari dengan sinarnya, seperti api dengan panasnya, seperti air dengan sejuknya, seperti gula dengan manisnya, seperti ruh dengan badannya dan seperti zat dengan sipatnya. Demikianlah contoh oarang yang telah benar-benar telah satu dengan tuhannya. Orang yang seperti ini berhak mendapat julukan wali Allah atau Halifatullah di muka bumi ini, karea orang itu telah bersifat denga sifat-sifat Allah, bertindak demi Allah tiak bertindak demi itu dan ini, orang yang seperti ini tidak ada rasa takut lagi dan kalau sudah diputuskan tidak mau mundur lagi, karena orang itu sudah memiliki apa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Orang yang seperti itu tadi telah dan sudah memiliki sifat-sifat istimewa, bukan sifat tujuh yang engkau ketahui itu, tetapi sifat tujuh yang lebih mulia dari sifat tujuh yang biasanya.
Mereka berhak atas sesuatu perkara yang tak dapat di putuskan oleh mahkamah atau persidangan agama, umpama dalam Al Qur’an tidak ada dan dalam hadispun tidak ada maka mereka berhak menjatuhkan atau mengadili suatu hukum diluar jangkauan umum. Demikianlah penjelasan hamba tentang seorang ahlul marifat.













INTI SARI ILMU TASAUF

Pada hakikatnya manusia ini adalah Tuhan, semua itu Allah dan Allah itu semuanya, Allah adalah hakikat alam, nur Muhammad juga hakikat alam, alam dan Allah adalah satu. Ujud alam ain ujud Allah, ujud Allah ain ujud alam, alam adalah cermin bagi Tuhan, kalau tuhan hendak melihat dirinya, iapun melihat kepada alam, begitu juga ujud mahluk ain ujud khalik dan ujud khalik ain ujud mahluk.
Abid dan ma’bud adalah satu
Alah dan Muhammadpun satu
Muhammad dan Adampun satu
Insan kamilpun satu dengan Allah
Jadi Allah, Muhammad, Adam, insan kamil adalah satu.  Aku Allah, engkaupun Allah, semua Allah dan seluruh semesta alampun Allah jua. Jadi tidak ada di dalam Allah atau diluar Allah. Ia yang diluar dan ia juga yang ada di dalam, Ia yang di tengah ia juga yang di muka, Ia jua yang di belakang dan ia juga yang di kiri, ia jua yang di kanan, ia jua yang di bawah, ia jua yang di atas, ia jua yang meliputi, ia jua yang diliputi, ia jua yang zahir, ia jua yang batin, ia jua yang nampak, ia jua yang goib, ia jua yang awal dan ia jua yang akhir. Awal tidak ada permulaannya dan akhirnyapun tida ada penghabisannya.

Awalnya Allah dan akhirnya Allah
Zahirnya mahluk batinnyapun Tuhan
Zahirnya Tuhan batinnyapun Tuhan.
Mahluk itu Allah, hamba itu Alah, manusia itu pun Allah, islam itu Allah, iman itupun Allah, makrifat itupun Allah, tauhid itupun Allah, mahluk apapun jua walau sebesar zarroh itupun Allah, ujud apapun Allah jua. Semua zat itu zat Allah, semua sifat itu adalah sifat Allah, semua nama itu adalah nama Allah, semua perbuatan itu adalah perbuatan Allah baik yang kadim maupun yang muhaddast tetap hak Allah.
Tidak ada selai Allah di dalam alam seluruhnya, iman dan thoat, kapir dan maksiat, jahat dan baik semuanya datang dari Allah. Tetapi bagi akhlul tidak ada dua kata hanya satu saja yaitu semuanya baik. Wahai para  tholib janganlah ada dualisme lagi dalam fahammu, itu adalah membuatmu bisa sak dan ragu, bulatkanlah hatimu, himmahmu dan cita citamu, insya Allah Tuhan selalu bersamamu dimana saja kamu berada. Mesrakanlah dirimu lahir dan bathin dan leburkanlah dirimu dalam kemanusia seluruhnya dan bersatu dengan seluruh alam. Demikianlah anjuran hamba, supaya di laksanakan.





PENUTUP KATA.

Bagai kata penutip fari hamba, maka hamba tuturkan ucapan ampun maaf lahir dan batin, sekiranya dalam memberikan wejangan. Ada kata kata yang janggal didengar telinga. Maka hamba tidak akan lupa sekali kali menghaturkan maaf yang sebesar besarnya. Karena ada pepatah lama yang mengatakan tak ada gading yang tak retak demikan pula adanya dan perlu hamba sampaikan yaitu peliharalah baik baik buku/kitab ini, janganlah sampai jatuh pada tangan orang bukan sehaluan dengan kita ini, nanti akan membawa fitnah. Karena fitnah lebih kejam daripada membunuh. Tetapi bila seseorang itu benar benar kau pandang sehaluan/satu jalur dengan kita maka berikanlah keterangan yang sesuai dengan ajaran /wejangan silahkanlah dan dalam ajaran tidak boleh taklid kepada syeh/guru, yang engkau ajarkan ialah menurut yang ada dalam keyakinanmu/akidahmu/pendirianmu. Itulah seorang guru yang benar benar guru/syeh. Menjadi seorang guru harus konsekwensi dalam ajarannya dan berani menanggung resiko berupa apapun jua dan berani menanggung resiko berupa apaun jua sekalipun maut tantangannya. Cukuplah samapi disini dan sebagai akhir kata hamba ucapkan Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Summas Salam.

                                                                              WASSALAM.